PROLOG

578 75 24
                                    

Jangan lupa budayakan vote sebelum membaca, dan komentar setelah membaca!
Selamat membaca!

===

TETESAN hujan membasahi kota malam ini. Vely membuka album foto lamanya sambil menikmati coklat panas buatan bunda tercinta. Deru angin menusuk kulit kala itu. Ia bergegas menutup jendela dan kembali berjalan keatas tempat tidur mencari kenyamanan. Vely sangat suka keadaan seperti ini, ditariknya selimut setinggi dagu kemudian kembali menikmati kesibukannya.

"Ini pas gue umur berapa sih? Kok cantik banget ya?" monolog Vely. Memang sesekali memuji diri diperlukan untuk hiburan semata, namun kenyataannya dia memang cantik dengan dress biru selutut senada dengan sepatu heels miliknya.

"Kayaknya foto ini diambil pas gue punya camera baru waktu itu deh," tebaknya sambil berfikir.

Tak lama foto demi foto lainnya kembali ia liat. Setelah selesai semuanya, dia menutup album itu kemudian kembali meletakkan di atas nakas disudut ruangan.

Sebuah notifikasi dari aplikasi komunikasi Line, terdengar dari ponsel milik Vely. Lagi-lagi Aldin yang mengirimkan beberapa gambar ke ruang chat mereka.
Setelah menunggu lama, gambar kiriman Aldin pun muncul dengan menampakkan wajah Rey bersama seorang wanita yang sedang berada di club. Berengsek, sangat menyesal Vely mengunduh gambar itu.

Rey, cowok itu sebenarnya baik. Selalu penuh kasih sayang memperlakukan Vely sebelum mereka putus. Begitu bodohnya dia menerima Rey kala itu. Sudah cukup berdusta persahabatan menjadi cinta yang begitu menyakitkan jika gagal. Dan, sangat bodoh lagi Vely menjadi orang yang konyol karena belum bisa mengikhlaskan Rey. Sudah kehilangan kekasih, ikut-ikutan kehilangan sahabat dekat. Sungguh kesialan.

Vely hanya tersenyum kecut menanggapi itu semua. Marah? atau malah cemburu? mungkin iya, tapi dia sadar bahwa dia tidak lebih dari mantan pacar seorang Rey. Cowok yang bisa dibilang biasa saja tapi penuh dengan candaan yang membuat siapa pun betah untuk bertahan dan singgah.

===

PAGI ini ayah Vely sudah pergi duluan, karena ada rapat pagi dan belum ada persiapan dari hari kemarin. Bundanya juga sedang pergi ke pasar bersama Bi Inah. Kesiangan. Satu kata itu membuat Vely sekarang pusing tujuh keliling. Lima belas menit lagi bel sekolah berbunyi dan Vely belum sampai halte bus saat ini.

Berlarian ke halte bus berjarak sedikit jauh membuat Vely mengomeli dirinya sepanjang jalan. Bisa-bisanya dia lupa mengaktifkan alarm-nya hanya karena memikirkan Rey semalaman.

Memang jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, tapi lumayan kan harus menunggu bus lewat dahulu. Ditambah lagi, ponselnya yang habis baterai pagi ini. Paket komplit tentu saja, karena tidak bisa menggunakan aplikasi ojek online miliknya.

Setelah tiba disekolah, tidak lain dan tidak bukan, gerbang sudah ditutup rapat oleh satpam. Gawat bisa kalau dia tidak diizinkan masuk jam pertama, dia tidak mau berurusan dengan malaikat maut nantinya.

Vely terus memohon dengan satpam agar dibukakan pintu. Dengan pertimbangan yang cukup lama, satpam akhirnya membukakan pintu gerbang itu untuknya. Tidak peduli namanya menjadi catatan guru kesiswaan atau dia masuk ruang BP setelah ini, yang terpenting dia harus masuk jam pelajaran pertama pagi ini.

Vely terus berlari kencang melewati parkiran, lalu tidak sengaja menabrak spion mobil putih hingga berbunyi keras.

"Aduh, mampus. Apalagi habis ini?" pikir Vely

Lampu mobil itu menyala, sedetik kemudian alarm mobil berbunyi dengan kerasnya.

Kesialan apa lagi yang didapatkan Vely setelah ini?

===

Next?
Sampai jumpa di bagian berikutnya!

RAZBLIUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang