3-REY

231 47 7
                                    

Jangan lupa budayakan vote sebelum membaca, dan komentar setelah membaca!
Selamat membaca!

===

"Sebelum beraktifitas, isi tubuh dengan sarapan. Bukan harapan!"

===

"GUE tau lo takut Rey," sindir Adean dari arah belakang.

"Masih zaman ya, takut sama pacar?" timpal Asta.

"Cih, yakin ini ketua geng kita? sama cewek kaya gitu aja ditakutin,"

"Apa salahnya sih? gue kasih kesempatan terakhir. Iya atau nggak pernah sama sekali Rey," Adean tersenyum miring diikuti Kasta yang kini telah mengeluarkan cek senilai lima puluh juta dihadapan Rey.

"Oke, gue terima tantangan kalian," putus Rey dengan wajah khawatir.

"Nah gitu dong!" seru Asta kemudian memberikan cek yang di pegangnya tadi pada Rey.

Adean bergerak, kemudian berjalan kearah Rey. Ia lalu menyerahkan pistol beserta peluru dengan tampang puas.

"Kita mau liat, malam ini juga!" tegasnya.

Rey terbangun dengan nafas memburu. Mimpi itu lagi. Ingatan itu lagi. Setiap hari selalu mengahantui tidur malamnya.

Tangannya terulur mengambil gelas berisi air lalu meminumnya hingga tidak tersisa.

Ia mengambil ponsel kemudian membuka layar. Telihat wajah gadis cantik yang sedang memakan ice cream coklat kesukaannya. Vely. Wajah itu selalu saja membuatnya menyesal akan kejadian malam itu.

"Maafin gue Vel, gue terpaksa lakuin semua ini," batin Rey.

Matanya melirik kalender dilayar ponsel. Tepat tanggal ini. Tanggal dimana dia dan Vely memutuskan menjadi sepasang kekasih.

"Gue tau lo ga bakalan mau liat gue. Tapi maaf Vel, gue kangen sama lo,"

===

"VELY! Ayo bangun!" teriak bunda membuat Vely melemas dan akhirnya terbangun. Vely berjalan dengan langkah gontai menuju toilet. Setelah bersiap, dia segera menuju garasi untuk berangkat.

"Gak sarapan dulu nak?" tanya ayah yang datang dari arah belakang.

"Loh? Kok ayah belum mandi sih? Ayah nggak kekantor pagi ini? Terus Vely perginya sama siapa dong?" bukannya menjawab pertanyaan ayah, Vely yang sudah syok melihat penampilan ayahnya pagi ini akhirnya menyerbu sang ayah dengan banyak pertanyaan.

Ayah yang melihat itu hanya dapat tertawa kecil. "Ayah hari ini pergi terlambat. Mau ngantarin bunda dulu kerumah nenek kamu. Kamu nggak ingat apa? Rafa yang bakalan jemput kamu pagi ini," jawabnya.

Sial!

Vely lupa. Tante Reina mengatakan bahwa Rafa yang akan menjemputnya pagi ini. Alasannya karena sekolah mereka sama. Tentu mau tidak mau, Rafa menurut kepada mamanya.

"Pagi, om," suara berat dari arah pintu membuat Vely dan ayahnya menoleh. Ayah menyambut Rafa dengan senang hati. Mereka berjalan kearah luar gerbang. Vely hanya mengikuti pergerakan keduanya saja.

"Yaudah, kalian sekarang aja berangkatnya. Nanti telat," saran ayah.

"Vely pergi dulu, yah," ucapnya kemudian menyalami telapak tangan sang ayah.

Vely dan Rafa memasukki mobil. Tidak ada yang saling bicara. Rafa segera menancap gas. Setelah keluar dari area perumahan, Rafa menaikkan kecepatan mobil.

RAZBLIUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang