Cahaya mentari mulai masuk kedalam kamarku. Aku perlahan memaksakan mataku untuk bangun di pagi hari yang cerah ini.
Aku langsung segera ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.
Setelah mandi seperti biasa makan di meja makan bersama keluarga. Namun itu hanya formalitas saja, seperti biasanya dimeja makan selalu fokus sama kesibukannya masing-masing.
Ibuku fokus dengan pekerjaan yang numpuk. Pemandangan yang biasa aku lihat hanya tumpukan kertas dan laptop selalu ada di meja makan, bukan makanan yang terlihat.
Ayahku? tidak ada bedanya. Dua-duanya selalu sibuk dengan pekerjannya.
"Rin, sudah dapat pekerjaan?" tanya Ayah Stevan
"Belum, kemarin baru interview." Jawabku ketus
"Nunggu berapa lama?" lanjut ayah yang pandangan matanya tetap fokus pada laptop yang ada di depannya.
"Dua minggu"
"Itu udah pasti? kenapa ga langsung masuk ke perusahaan ayah aja sih Rin" Saran ayah yang nada bicaranya di naikan satu oktaf
"Yah udahlah Karina udah mencoba sebisa Karina. Karina juga ga mau pake koneksi-koneksi kaya gitu" Bentakku
"Yasudah" jawab ayah singkat
'bisa ga sih kalau ngomong sama anaknya ga fokus sama pekerjaannya dulu. Dari dulu ga ada perhatiannya' ucapku pelan tapi masih bisa terdengar oleh ayahku
"Kamu berani sama ayah"
"Terserah. Karina langsung ke kamar" ucapku dan langsung pergi kekamar untuk menghindari pertanyaan ayahku
Aku sekilas melirik Ibuku yang masih fokus dengan laptopnya tidak peduli dengan keadaan disekitarnya.
Didalam kamar seperti biasa aku menghidupkan speaker untuk mendengar lagu sekeras-kerasnya. kamarku udah di renovasi jadi kedap suara, sekeras apapun suara di kamarku tidak akan terdengar sampai keluar.
Dan begitupula di luar kamar, aku tidak mendengar apapun. Kecuali jika aku sedang tidak mendengarkan lagu.
Begitulah aku ketika ada masalah. Diplampiasin untuk mendengar musik, teman-temanku pada sibuk jadi aku jarang terbuka kepada mereka.
Bagiku masalahku hanya boleh aku yang tau dan pastinya Allah juga tau. Jadi ga seharusnya juga aku cerita ke orang banyak untuk sekedar cerita, kebanyakan orang-orang itu mendengar cerita hanya sekedar tahu tanpa peduli dengan apa yang aku ceritain.
Terdengar beberapa notifikasi di layar handphoneku, apalagi kalau bukan group chat dari ketiga sahabatku.
-Girls Squad-
GheaAndriani : Woii sepi banget groupnya
AnandaRtn : Bakar Ghe biar rame
Thalita : Bener, sekampung nanti liat
GheaAndriani : Sibuk ga hari ini? Mejeng kuyKebetulan hari ini weekend, jadi tidak salah juga untuk refreshing sejenak dengan ketiga sahabatku.
KarinaNtshy : Kemana?
GheaAndriani : Mall. Kita nonton sama karoke
AnandaRtn : Ide bagus. Btw Tha lu sibuk ga?
Thalita : Gue ada jam pagi sihh jam 8 sampe jam 10
GheaAndriani : Yaudah jam setengah 11 kumpul dirumahnya Karina
KarinaNtshy : Lah ko gua?
Thalita : Rumah lu kan strategis Rin, deket kalau ke mall mah
KarinaNtshy : Oke!Setelah sampai di Mall aku dan ketiga sahabatku langsung ke Cinema. Tanpa rencana mau nonton apa hari ini
"Woi nonton apa?" tanya Ananda
"Terserah" Ucapku singkat
"Tha coba lu cek di web cinema buat liat jadwalnya" perintah Ghea
"Nih ada film horror judulnya The Nun" Ucap Thalita dengan pandangan yang masih fokus ke layar handphonenya
"Jam 12 siang, masih lama tapi" lanjut Thalita
"Yaudah beli tiketnya dulu. Rin lu yang beli sama Ananda. Terserah lu aja tempatnya mau dimana" lagi-lagu Ghea merintah
"Kenapa ga lu aja? gua males. Lagian lu dari tadi enak banget nyuruh-nyuruh doang" Bentakku tapi dengan suara yang masih normal
"Yahh biasa aja kali Rin. Yaudah kalau lu gamau biar gue aja sama Ananda" jawab Ghea
"Bagus"
"Btw lu kenapa Rin? Oke gue tau lu orangnya kaya gini, tapi tadi keterlaluan sih ngebentak Ghea" tanya Thalita
"Gapapa Tha" jawabku malas
"Lu ada masalah apa sama keluarga lu?" lanjut Thalita
"Ga penting Tha. Udah ah gua males ngebahasnya" jawabku sinis
"Ohh yaudah" padahal Thalita punya banyak ribuan pertanyaan untuk Karina. Emang susah sih buat mencari tahu tentang seorang Karina, hanya orang yang paling terdekatnya lah yang tau semua masalah hidup Karina Natasya.
Siapa lagi kalau bukan Fiqri Yusuf. Seorang cowok yang notabenya sebagai saudara Karina
-
Beberapa menit kemudian Ghea dan Ananda kembali setelah mengantri panjang untuk membeli tiket, wajar kalau kita nonton perdana film The Nun.2 jam pun berlalu. Film The Nun pun selesai, kita berempat keluar dari cinema itu.
Muka Ananda sangat pucat setelah menonton film tersebut, karena Ananda orang yang paling penakut dari kita berempat.
Menurutku filmnya seru sih dan lumayan seram juga.
"Pokonya ini gue terakhir nonton horror di bioskop" ucap Ananda sambil marah-marah dengan muka ketakutan
"Yakin lu ini yang terakhir?" tanya Ghea
"Yakin lah. Kapok gue"
Setelah nonton. kami menghabiskan waktu di tempat karoke untuk melampiaskan semua masalahku.
"Tha si Karina kenapa tuh, nyanyi ga nyelow" tanya Ananda penasaran. Karena Karina karoke diatas batas wajar sampai ruangan karokepun berantakan
"Kaga tau daritadi juga sensi sama gue" sambung Ghea
"Lagi ada masalah kali. Lu kaya ga kenal Karina aja"
Setelah menghabiskan waktu 5 jam di ruang karoke. Kami berempat makan di restauran korea yang ada di mall ini. Merasa perut sudah terisi dengan banyak makanan, akhirnya kami pulang kerumah masing-masing.
----
29 Desember 2018
Dyta Ltfn
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH
Teen FictionKarina Natasya. Seorang perempuan yang jauh dari kata sempurna. Agama sangat berantakan, hingga akhirnya Karina bertemu dengan seorang pria yang perlahan membantu Karina berubah menjadi lebih baik. Adrian Kahfi. Seorang laki-laki yang terlihat alim...