Pagi Itu

226 14 1
                                    

Fajar mulai terlihat yang disambut siulan burung pagi, sementara Frankenstein nampak tertidur di samping Raizel yang masih setia membuka bukunya, Raizel menoleh pelayannya itu yang terlihat kelelahan, tak lama tangannya bergerak dan menaruhnya di punggung Frankenstein sambil menepuk-nepuknya. Frankenstein langsung terperanjat dan menoleh pada tuannya.
"tuan" ucapnya.
"sudah pagi, Frankenstein" celoteh Raizel yang kemudian segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya
"maafkan aku tuan, aku ketiduran" jelas Frankenstein.
"...................." Raizel kembali melanjutkan langkahnya.

Frankenstein berjalan menghampiri kamar trio RK dan menggebraknya, "apa kalian sudah bangun?" ucapnya.
"zzz... Zz" tak ada jawaban.
"mengetahui ucapannya tak dijawab, Frankenstein menyebut nama mereka satu per satu, "Tao, Takio, M-21" teriaknya.

Mereka terperanjat mendengar sebuah teriakan, "gajiku.../angkat tangan/tidak mungkin" teriak Tao, Takio dan M-21 beramaan kemudian mereka saling menoleh satu sama lain, "itu suara bos, apa ini sudah pagi?" tebak M-21, "sepertinya memang begitu" jawab Takio.

"aaaaa...kami sedang mandi satu persatu bos" teriak Tao sambil menendang Takio untuk mandi duluan.
"cepatlah ini sudah pagi, kalian harus berangkat duluan !!" perintah Frankenstein.
"siap bos" balas Tao.

"hhh anak-anak ini susah sekali diatur" keluh Frankenstein mengela nafas (gak nyadar dia sendiri juga susah diatur 😂😂), kemudian ia berjalan menghampiri kamar Seira lalu Regis, menyuruh mereka untuk pergi bersama Raizel.

"hm, akhirnya mereka semua bangun, semoga berhasil tuan, semoga nilai anda memuaskan" celotehnya
Frankenstein berjalan menghampiri kamarnya, tubuhnya terasa lengket ingin segera menyentuh air, tapi sejenak ia berhenti di depan pintu kamar, ia ragu saat hendak membukanya, ia ingat jika dirinya 'menyimpan sesuatu' dalam kamarnya, tentu saja gadis werewolf itu, sepertinya dia masih tertidur pulas.
"ah tak apa aku masuk, lagipula aku hanya ingin berendam di kamar mandi ku" celotehnya sambil membuka pintu kamarnya.

Frankenstein berjalan dalam kamarnya dan benar saja Lunark masih terlelap, sejenak Frankenstein menatap gadis itu, sebuah ingatan muncul dalam fikirannya seorang wanita cantik bersurai pirang yang tergerai lembut dengan mata hijau menyala, berlari menghampirinya sambil tersenyum. Frankenstein menggelengkan kepala berusaha keluar dari ingatan itu kemudian berjalan menuju kamar mandinya untuk berendam, ia menutup tirai bath tub nya dan merelaksasi tubuhnya yang kelelahan itu setelah selama dua hari ia mengerjakan pekerjaan yang ditinggalkannya selama beberapa bulan, "hm akhirnya aku bisa berendam dengan nyaman" ucapnya sambil memejamkan mata.

Pelupuk mata Lunark terbuka ketika melihat bias-bias cahaya muncul dari celah-celah jendela kamar Frankenstein, ia bangkit dan melangkah menghampiri jendela itu kemudian membukanya, semilir angin segar menerpanya dengan lembut, "hm sudah pagi, udara yang segar" celotehnya, kemudian ia menoleh kesana kemari meperhatikan keadaan lalu keluar kamar mencari para penghuni rumah, "hm sepertinya mereka semua sudah berangkat, aku kesiangan padahal hari ini harus kembali ke tanah werewolf" celotehnya kemudian kembali ke kamar Frankenstein lalu melangkah menuju kamar mandinya.

Satu persatu ia mencopot pakaiannya lalu menyalakan keran shower untuk membasuh tubuhnya, aliran air pagi yang terasa segar menyejukkan membuatnya tersenyum ceria. Di balik tirai, Frankenstein yang sempat terlelap, membuka matanya tatkala mendengar suara gemericik air di dekatnya lalu ia sedikit membuka tirainya, matanya terbelalak ketika melihat seorang gadis yang sedang berdiri di bawah kucuran air tanpa sehelai benangpun.

"astaga, Lunark juga mandi" bisiknya.
Frankenstein mencoba bersikap sadar dan menjernihkan otaknya, tapi hatinya mengkhianati dirinya, ia kembali menoleh si cantik yang sedang asyik mengguyur tubuhnya itu, tubuh yang semampai dengan dada yang padat berisi serta bokong yang seksi dibalut dengan kulit putih mulus yang nyaris tak bernoda sedikitpun di sekujur tubuhnya, Ia menjilat bibirnya dan menelan ludah, kemudian memejamkan mata untuk menghilangkan fikiran kotornya. Spontan ia menepuk air rendaman tubuhnya, "sial, di bawah sana sudah terbangun" gerutunya.

Lunark yang mendengar suara cipratan air segera mencari sumber suara kemudian menyingkirkan tirai bath tub, "aaaaaa..kkk" teriaknya sambil berlari mencari handuk. "kenapa kau mandi di situ Frankenstein?" kesal Lunark.

"ah yah, ini kan kamar mandiku, jadi ku pikir aku boleh menggunakannya sementara kau masih tertidur" jawabnya santai.
"tapi kau sendiri yang bilang jika kamarmu kau pinjamkan padaku" protes Lunark.

"iya aku ingat, tapi yang kupinjamkan itu kamarku bukan kamar mandiku. Lagipula ku kira para werewolf itu jarang mandi" belanya tanpa berfikir lagi.
"apa kau bilang??, ocehan omong kosong apa itu?, kau bilang aku jarang mandi? Enak saja" protes Lunark lagi.

"iya aku tahu setelah melihat tubuhmu yang mulus sekali, sebelumnya aku tak mengetahuinya karena yang aku tahu Muzaka sendiri jarang mandi, maaf" ucap Frankenstein.
"kau melihat sekujur tubuhku???" ujar Lunark kaget.

"aaaa...aku tak sengaja, maafkan aku" jawab Frankenstein.
Lunark mematung, tubuhnya tak bergerak, "aku masih perawan, bagaimana mungkin aku terlihat oleh lelaki yang bukan pasanganku" celotehnya, "aku malu...." katanya sambil menyembunyikan wajah meronanya.

Frankenstein terperanjat, "selama seribu tahun usiamu, kau masih perawan??" tanya Frankenstein.
"diam kau, aku tak suka seperti ini" protes Lunark.

"lalu bagaimana, kan sudah terlanjur, aku tak bisa mengulang waktu, lagipula aku hanya melihatnya bukan menyentuhnya" bela Frankenstein.
"hhhh yasudah, kau ku maafkan" ujar Lunark sambil melengos pergi dan mengerucutkan bibirnya.

"tunggu..!!" teriak Frankenstein. "aku yakin kau masih tak rela tubuh polosmu terlihat olehku, aku merasa tak enak, jadi ku pikir sebaiknya aku..." lanjutnya kemudian bangkit dari dalam bath tub dan berjalan menghampiri Lunark.
Lunark terbelalak kaget dan bergerak mundur, "aaaa....apa yang kau lakukan Frankenstein?, kau mau apa?" protesnya.

"aku hanya memperlihatkan 'milikku' agar kita impas, sekarang tataplah aku baik-baik" ujar Frankenstein sambil mengucurkan air membasuh tubuhnya.
"tidak Frankenstein, aku tidak..." Celotehnya mencoba menghindar dari Frankenstein, tapi matanya mengkhianati ucapannya, ia malah terus menatap tubuh polos Frankenstein, "besar sekali" gumamnya seraya pipinya kian memerah.

Frankenstein menyeringai mendengar gumaman Lunark yang cukup jelas, "hm, kau mau? Ini masih segar" godanya.
"ah apa kau bilang?" teriak Lunark.

"maksudku membasuh tubuhmu lagi, coba kau lihat bahkan kepalamu masih penuh dengan shampoo" jawab Frankenstein.
"hm nanti saja" ketus Lunark.

"sudahlah tak usah malu, kita sudah saling terbuka, sudah sama-sama tahu jadi kau cuek saja" ujarnya, "sial..., adikku bangun lagi" gerutu Frankenstein.
Pipi Lunark semakin merah merona hingga nampak terlihat seperti demam, kemudian melepaskan handuknya dan berjalan menghampiri Frankenstein dengan ragu, 'ku akui aku mengagumi tubuh kekarnya sejak lama, tapi sebenarnya aku tak mau dilihatnya secara cuma - cuma, hahh baiklah yang penting dia tidak menyentuhku, hanya melihatku saja' pikir Lunark.
Frankenstein melirik Lunark yang nampak polos di sampingnya, "dadamu terlihat pejal sekali" ucap Frankenstein.
"diam kau mesum" potong Lunark sambil terus membasuh tubuhnya dan segera mengenakan handuk.

Noblesse : The Werewolf and The ScientistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang