Frankenstein yang baru datang ke sekolah disambut beberapa guru, "selamat pagi pak, hari ini ujian sedang berlangsung, apa anda mau mengecek setiap kelas?" tanya salah seorang guru.
"tidak perlu, kalian awasi saja para siswa" perintahnya
"baik pak, kami kembali" jawab mereka.Raizel yang duduk paling belakang terlihat tekun mengerjakan soal, sementara Shinwu nampak masih mengantuk, "hhh dasar tukang tidur" gerutu Ikhan.
Sebuah kertas dilemparkan Shinwu pada ikhan, "apa ini??" gumam Ikhan sambil membuka gulungan kertas itu, nampak sebuah tulisan "jawaban nomor 11 apa?" Ikhan membacanya, lalu dia sedikit membetulkan kacamata sambil tersenyum hingga akhirnya menuliskan sesuatu.Shinwu memungut kertas yang dilempar Ikhan, "antara B dan D" baca nya. "wah sepertinya Ikhan juga masih ragu dengan jawabannya" gumamnya lagi.
Tak lama bel pertama berbunyi pertanda istirahat, sementara trio RK masih asyik bercakap sambil berjaga-jaga di depan sekolah, "aku meninggalkan sesuatu di rumah" celoteh Tao.Takio menyelidik, "memangnya apa?" katanya.
"sebuah perangkat untuk mendeteksi sekitar sekolah, khawatir ada anak yang membolos atau mungkin ada musuh yang mendekat" jelasnya.
"hhh kenapa sampai lupa begitu, padahal itu sangat penting, biar ku ambil di rumah" tawar M-21.
"wah kau baik sekali M-21, hehehehe" jawabnya sambil menggaruk kepala.Drrrrt...drrrrrtt, hp Tao berdering, "halo bos, ada apa?" katanya. "kalian ke ruanganku sekarang!" peritah Frankenstein. "siap bos" jawab Tao.
"bos menyuruh kita ke ruangannya sekarang" ujar Tao
"lalu aku bagaimana, aku kan mau ke rumah" jawab M-21.
"yasudah kau pulang ambil perangkatnya lalu aku dan Tao yang menghadap bos" ucap Takio.
"oke aku pergi" ujar M-21 lalu melengos meninggalkan sekolah.Sementara Tao dan Takio pergi menghadap bos mereka. Tok tok tok, "bos ini kami" ucap Tao, "masuklah!!" perintah Frankenstein.
"ada apa bos kau memanggil kami?" tanya Tao.
"duduklah" perintah Frankenstein lagi.
Mereka duduk di sofa dekat meja kerja Frankenstein, "dimana M-21?" tanya Frankenstein. "ah dia sedang pulang dulu bos" jawab Takio.Frankenstein langsung berdiri, "siapa yang menyuruh kalian pulang?" katanya dengan nada yang meninggi, "suruh dia kembali sekarang juga sebelum sampai di rumah!" perintah Frankenstein.
"ba...ba...ba...baik bos" sigap Tao, lalu ia segera menelepon M-21, tapi tak ada jawaban. Frankenstein terlihat panik, "sial, Lunark masih di sana memakai kemejaku tanpa celana" gerutu Frankenstein."aku akan pulang lebih cepat, kalian diam di sini, aku akan menyusul M-21" ujar Frankenstein tergesa-gesa.
"siap bos" jawab Tao dan Takio bersamaan.Tak sempat mereka berkata, Frankenstein sudah menghilang, mereka saling menatap, "ada apa dengan bos, kenapa dia terlihat panik begitu?" ucap Takio heran.
"aku curiga bos menyembunyikan sesuatu" tebak Tao.
"Tao kau bicara apa, jangan sembarangan kalau kau masih ingin hidup" jawab Takio.
"aku hanya menebak, Takio..." tambah Tao.***
Frankenstein sampai di rumahnya dengan terburu-buru, nampak M-21 yang juga baru sampai, tangannya baru hendak menyentuh pintu, "tunggu!!" teriak Frankenstein.
M-21 menoleh, "bos kau kemari juga" kata M-21.
"sedang apa kau disini, bukankah kau harus berjaga sekolah hingga sore" ujar Frankenstein.
"ah bos kau pulang, aku cuma ingin mengambil perangkat pendeteksi milik Tao, dia bilang ketinggalan jadi aku yang mengambilnya kemari" jawab M-21."tunggu di sini biar aku yang mengambilnya" perintah Frankenstein.
"baik bos" jawab M-21 setengah gugup, "kenapa bos aneh sekali, menyuruhku menunggu di luar" gumamnya. Tak lama Frankenstein datang membawakan perangkat yang dicari Tao."ini perangkatnya, cepat kembali ke sekolah, ujian belum selesai" perintah Frankenstein.
"baik bos" jawab M-21 sambil melengos pergi.
Frankenstein menghela nafas lega, "untunglah dia belum sempat masuk" ujarnya sambil bersandar di pintu. Lunark berlangkah kecil mendekati pintu depan."hhhh rupanya kau Frankenstein" celotehnya.
Frankenstein menatapnya masih seperti tadi pagi, "yah ini aku" katanya.
"ouh, kau pulang lebih awal" tebak Lunark."benar, hari ini sedang ujian jadi tak terlalu banyak kegiatan, sepenuhnya aku serahkan kepada para guru pengawas" jawab Frankenstein.
"hm begitu, oh ya aku sudah memasak untukmu, semua makanan sudah ada di meja" ucap Lunark.Frankenstein melangkah mengikuti si gadis werewolf itu menuju ruang makan, aroma khas masakan sudah tercium sebelum sampai ruang makan. Frankenstein menatap masakan di atas meja yang terlihat sangat lezat, tak lama ia menyeringai.
"kau kenapa tersenyum kecut begitu?, kau tak suka?" tanya Lunark.
"bukan begitu, hanya saja aku teringat sesuatu" jawab Frankenstein.
"huhh, apa itu?" ucap si gadis penasaran."kau tau kan, kadang Seira juga memasak makanan tapi tak banyak, namun yah dia harus lebih fokus belajar jadi biasanya aku menyuruhnya untuk tak memasak, terlebih lagi biasanya di meja makan ini hanya tersedia ramyeon, makanan yang paling tuan sukai. Karena itu ketika aku melihat masakan sebanyak ini aku merasa senang, karena meja makan ini sekarang sudah ramai lagi" jelas Frankenstein.
"hmm, cobalah!!" ujar Lunark."aku coba yah" jawab Frankenstein sambil mengambil beberapa masakan ke dalam mangkuknya. "ayo temani aku makan" pintanya.
"hm yah" jawab si gadis.Frankenstein tampak lahap menyantap makanan lezat itu hingga tak tersisa di piringnya.
"oh yah, ini pakaianmu. Tadi pagi sebelum ke sekolah aku mampir ke sebuah butik, aku membeli beberapa pakaian yang cocok denganmu termasuk tiga buah jubah yang mirip jubah kebesaranmu" ucap Frankenstein terkekeh.
"apa maksudmu jubah kebesaranku?, itu adalah jubah wajib di klan ku, para werewolf harus memakainya sebagai kehormatan" jelas Lunark sambil memajukan bibirnya.Frankenstein kembali terkekeh lebih keras, "yah aku tau itu, maaf aku tak bermaksud membuatmu tersinggung, aku hanya bercanda Lunark, kau tak perlu mengambil hati. Ambillah, ini ku belikan khusus untukmu" katanya.
Dengan bibir yang masih maju, Lunark mengambil bingkisan yang disodorkan Frankenstein, tiba-tiba Frankenstein menarik pinggangnya ke dalam pelukannya dan cup, bibir tipisnya melumat lembut bibir si gadis werewolf yang tampak kesal itu hingga nafasnya terengah - engah, ia memukul dada Frankenstein sedikit keras hingga kemudian Frankenstein melepaskannya, Lunark menghirup nafas dengan rakus "kau bodoh, dasar mesum, kenapa tiba-tiba kkhmmpppp......." protes Lunark yang kemudian dihentikan oleh ciuman kedua,kali ini Frankenstein tak melepaskan gadis itu dengan mudah, ia menahan kepalanya agar tetap tegak dan sesekali memainkan lidahnya dengan lembut hingga membuat si gadis lupa kalau ia sedang diperdaya hingga membuat pipinya memerah padam.Puas melumat bibir gadis werewolf itu, akhirnya Frankenstein melepaskannya, "bagaimana, itu enak kan...?" katanya dengan nada menggoda.
"bagaimana mungkin kau melakukan ini padaku, itu adalah ciuman pertamaku dan bagaimana kalau ada yang datang" kesal Lunark."ehm, tidak akan ada yang datang, mereka kembali sekitar pukul tiga sore nanti, lagipula bukankah kau senang mendapatkan ciuman pertama dariku?, dulu kau pernah bilang saat pertama kali kita bertemu bahwa kau menginginkanku di pertarungan pertama kita?, nah sekarang kau sudah mendapatkannya" ucap Frankestein percaya diri.
"Frankenstein, dulu itu kita bermusuhan. Aku mengatakan itu hanya untuk menggodamu agar kau cepat dikalahkan" jelas Lunark kesal.
"aaahh begitu yah, apakah mungkin dilakukan oleh seorang gadis yang bahkan belum pernah ciuman untuk menggoda pria sangar?, aku rasa tidak, ku kira itu adalah ucapan yang berasal dari hati" bela Frankenstein percaya diri.
"terserah kau saja, aku ganti baju dulu untuk siap-siap. Terima kasih pakaiannya" ucap Lunark dengan wajah yang masih kesal.
Frankenstein memperhatikan langkah gadis itu berlenggak lenggok menuju kamar pribadinya dengan kemeja yang masih melekat di tubuh seksi wanita itu dan paha serta kaki jenjangnya yang nampak mulus menjadi pemandangan yang sangat indah dimata pria yang telah lama menjomblo itu. "suatu saat akan ku santap paha mulusmu itu" celoteh nakalnya sambil berseringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse : The Werewolf and The Scientist
RomantizmCerita asli by Son Jeho Fanfic by me *** Kehidupan Frankenstein yang penuh kegelapan sebelum ia membuat perjanjian dengan Raizel membuatnya mudah emosi, puncaknya ketika ia pernah kehilangan orang terkasihnya saat perang dunia antar umat manusia pec...