Orang yang Beruntung

475 28 0
                                    

ORANG YANG BERUNTUNG MENURUT RASULULLAH ﷺ*
.
Di dunia ini, setiap manusia ingin menjadi orang-orang yang beruntung setiap saat dan di manapun berada. Mereka berharap menjadi manusia-manusia yang bernasib mujur dan baik di alam fana ini. Dan pandangan mereka ttg keberuntungan dan kemujuran lebih terpaku pada raihan materi- materi duniawi dan selamat dari keburukan dan semua yang mereka takuti.
.
Apakah demikian hakikat keberuntungan dan nasib baik? Di atas, keberuntungan didefinisikan dgn meraih yg baik dan selamat dari yg buruk, akan tetapi dlm urusan-urusan yg bersifat duniawi. Bagaimana pandangan Rasûlullâh ﷺ orang-orang yang beruntung itu?

Rasûlullâh ﷺ telah menerangkan karakter orang-orang yang memperoleh keberuntungan dan menjadi manusia-manusia yang bernasib mujur. Beliau ﷺ bersabda:
.
Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup dan Allâhmenjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya. [HR. Muslim]
.
Dalam petunjuk di atas, Rasûlullâh ﷺ menetapkan keberuntungan bagi orang-orang yang menggenggam tiga karakter tersebut. Sebab, 3 sifat tersebut telah memadukan kebaikan agama dan dunia.

Seorang manusia bila telah memperoleh hidayah untuk memeluk Islam yg merupakan agama Allâh عزوجل yang tidak ada ajaran agama yang diterima selainnya, ia telah memiliki kunci untuk memperoleh pahala dan selamat dari siksa.
.
Selanjutnya, ia memperoleh rezeki yg mencukupi kebutuhan dirinya, sehingga dengan itu ia dapat menjaga kehormatannya untuk tidak meminta-minta atau mengemis kepada orang lain.
.
Lalu, Allâh عزوجل menyempurnakan anugerah pada dirinya dengan menjadikannya manusia yg bersifat qana’ah. Yaitu, orang yang ridha dengan rezeki yang Allâh عزوجل berikan kepadanya. Jiwanya menerima, tidak lagi rakus dengan menginginkan yang lebih dari itu.
.
Tentang ridha dengan pembagian rezeki ini , dlm hadits lain, Nabi ﷺ bersabda:
.
Ridhailah apa yg Allâh bagikan untukmu, makaengkau akan menjadi oeang yang paling berkecukupan [HR. At-Tirmidzi dan lainnya]
.
Orang yang telah memperoleh 3 hal ini, ia telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
.
Ada kekurangan dengan tidak terpenuhinya tiga sifat ini atau salah satunya, semisal ia tidak mendapat hidayah untuk memeluk Islam, orang ini bagaimanapun keadaannya, sesungguhnya kesudahannya adalah hidup celaka selamanya, di neraka.
.
Atau orang tersebut sudah memeluk Islam, namun ia diuji dengan kekurangan harta yang menyebabkannya lupa kepada Allâh عزوجل, sehingga memforsir seluruh tenaganya untuk bekerja dan bekerja atau kekayaan yang menjadikannya berbuat melampaui batas, dua keadaan ini berbahaya dan lubang kelemahan yang besar bagi orang itu.
.
Demikan juga orang yang sudah dikaruniai rezeki yang banyak, namun ia tidak qana’ah dengan rezeki dari Allâh عزوجل tersebut, akibatnya hatinya masih gelisah dengan apa yg Allâh عزوجل karuniakan kepadanya. Orang ini orang yang berhati dan berjiwa miskin.
.
Sesungguhnya kekayaan hakiki itu bukanlah karena berlimpahnya materi. Kekayaan hakiki adalah kecukupan yang ada dalam hati
.
Berapa banyak pemilik kekayaan yang berlimpah-ruah, akan tetapi hatinya merasa kekurangan lagi kecewa.
.
Dan sebaliknya, berapa banyak orang yang miskin dan segi materi, akan tetapi hatinya kaya. Ia ridha dan menerima rezki pembagian dari Allâh عزوجل  dgn qana’ah.
.
Orang yang berpendirian teguh, ketika dunia menyempit di hadapannya, ia tidak menggabungkan pada dirinya kesempitan dunia dan kemiskinan hati. Ia tetap berusaha utk meraih ketenangan jiwa dan ketentraman, sebagaimana ia berusaha untuk mencari rezeki.
.
Wallâhua’lam.

(Diadaptasi dari Bahjatu Qulûbil Abrâri Wa Qurratu ‘Uyûnil Abrârifii Syarhi Jawâmi’I al-Akhyâr, Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di, Cet. I, Th.1415H-1995M)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XX/1437H/2016M.

Sharing Motivasi HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang