"Pagi guys! " sapa Shasa pada teman-temannya yang tengah duduk dikursi pojok.
"Pagi" balas Karisa, Diana, Mawar bersamaan."Eh, si upin sama ipin belum dateng? " ucap Shasa menanyakan keberadaan
Galang dan Banyu. Ya, Shasa memang selalu memanggil mereke dengan sebutan upin ipin karena Galang dan Banyu selalu bersama."Biasalah, lagi tebar pesona di koridor lantai 3" jawab Mawar, Shasa mengangguk mengerti lalu mereka berbincang bersama.
* * *
Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Kini Shasa, Mawar, Karisa, Diana, Galang dan Banyu sudah berada di kantin.
Galang melambaikan tangannya kearah pelayan kantin,
"Mau pesan apa? " tanya mbak Meli ramah.
"Saya bakso sama jus jeruk ya mbak!" pesan Shasa.
"Emm... Kalo saya mau siomay sama es teh aja mbak" susul Diana, lalu semua ikut memesan kecuali Galang."Eh, kalo mas nya mau pesen apa? " tanya mbak Meli pada Galang.
"Saya pesen mbak nya aja deh... cintanya banyakin, cemburunya kurangin, gak pake selingkuh, masa lalunya pisahin, masa depannya disatuin aja! " gombal Galang tapi ala-ala orang yang memesan.Mbak Meli tersipu malu, pipinya berubah menjadi merah. Ya, mbak Meli memang masih muda, umurnya baru sekitar 19 tahun, ia juga lumayan cantik.
"Ah, mas bisa aja" ucap mbak Meli sambil menunduk. Galang terkekeh.
"Yaudah deh, saya pesen mie ayang yah satu, minumnya jus jeruk" goda Galang.
"Tapi mas, adanya mie ayam, kalo mie ayang gak ada.." kata Meli.
"Kata siapa gak ada, kan ayangnya ada didepan saya sekarang" gombal Galang lagi. Membuat Meli semakin baper."Alah, udah mbak, kasih aja racun tikus... Itung-itung amal, ngebunuh buaya darat macem dia" celetuk Karisa. Semua orang tertawa.
"Eh mak lampir, siapa yang ngomong sama lo sih.. Kalo cemburu ya bilang aja! " sahut Galang.
"Gue cemburu sama lo? Iya tapi nanti, nunggu kebo peliharaan mang Anwar jadi kurus kaya selena gomez" ujar Karisa tak mau kalah.
"Kapan makannya kalo gini, laper woyy! " keluh Shasa.
"Tau nih, udah mbak... Gausah ladenin si Galang curut... Mbak bawain aja pesenan kita oke!" ucap Banyu.
Meli mengangguk lalu pergi dari meja mereka.
"Jangan lupa ya, mie ayang pake cinta! " teriak Galang pada Meli yang mulai menjauh. Shasa, karisa, Mawar, dan Banyu hanya mendengus kasar melihat raja gombal dihadapan mereka.* * *
Sekarang pukul 15:05.
Shasa tidur diatas kasurnya yang nyaman, ia melilit tubuh mungilnya dengan selimut tebal. Diluar hujan deras sejak dua jam yang lalu, karena itu juga latihan basket dibatalkan.Dilain tempat.
Robert, dan Dicky membopong tubuh Elio menuju kamarnya. Saat pulang sekolah tadi tiba-tiba hujan turun dengan deras, membuat para pengendara motor basah kuyup, begitu pula dengan Elio, Robert, dan Dicky yang mengendarai motor sport mereka.
Jangan kaget, Elio adalah jenis orang yang sama sekali tak bisa terkena air hujan, dan juga tak bisa merasa kedinginan, karena jika ia kehujanan ataupun kedinginan Elio akan langsung jatuh sakit. Mungkin dari luar Elio terlihat kuat, tapi sebenarnya fisiknya sangat lemah.
Sekarang Elio sudah terbaring dikasurnya. Robert dan Dicky menarik napas dalam.
"Kita harus gimana nih? " tanya Dicky sambil mengarahkan tangannya ke dahi Elio, dan terasa sangat panas.
"Dia udah demam" seru Dicky.
"Rumah sakit yang deket cuma satu, rumah sakit papinya El, gak mungkin kan kita bawa kesana!" ujar Robert.
"Iya juga sih, tapi gue gak bisa ngurus orang sakit, gue aja masih diurusin bunda gue kok... Lo bisa? " tanya Dicky pada Robert.
"Heh curut, kalo gue bisa dari tadi udah gue urus bego! " sahut Robert.
"Selow kali bang... terus kita harus gimana sekarang? "
"Telfon siapa kek! " ucap Robert.
"Siapa? "
"Ya temen cewek si Elio kek, cewek kan pasti bisalah ngurus orang sakit. "
"Lo lupa, Elio kan gak punya temen cewek! "
Robert menggaruk tengkuknya yang tak gatal, benar apa yang dikatakan Dicky, Elio sama sekali tak punya teman perempuan, walaupun banyak yang mengejarnya, tapi tak satupun Elio lirik. Robert berfikir sejenak.
"Aha! Gue tau kita harus telfon siapa! " seru Robert dengan senyum lebar.
"Siapa? " tanya Dicky heran.
"Shasa! " ucap Robert enteng.
"Heh, lo gila... Lo tau sendiri kan Shasa sama Elio tuh masih perang dingin, yang ada nanti mereka malah ribut"
"Ya justru itu, kita minta tolong Shasa buat ngurus El... Nah, nanti kan El bakal tersentuh, jadi dia bakal buka hatinya yang keras sekeras batu akik buat maafin Shasa... " jelas Robert panjang. Dicky mengangguk tanda mengerti.
"Bener juga ya, tumben otak lo jalan! " ujar Dicky tanpa dosa.
"Heh, gue rukyah mulut lo baru tau rasa" geram Robert, Dicky nyengir kuda sambil menunjukkan kedua jarinya.
"Peace man! Yaudah cepetan telfon"Robert merogoh saku jaketnya mengeluarkan benda pipih lalu dicarinya kontak Shasa.
* * *
Shasa mencoba menutup matanya, namun entah mengapa matanya sangat sulit terpejam. Tubuhnya menggeliat mencari posisi terbaik namun tak kunjung ia temukan.
Dering ponsel Shasa memecah keheningan, tangan Shasa meraba nakas dengan matanya yang masih terpejam. Tanpa melihat nama penelfon Shasa langsung mengangkatnya.
"Halo! "
"Halo Sha! " sapa pria diseberang sana.
"Hmm... Ini siapa ya? " tanya Shasa polos.
"Ini gue Robert Sha"
"Oh,,, ada apa lo telfon gue?"
"Kira-kira lo bisa gak dateng ke apartemen Elio? Dia sakit Sha, gue sama Dicky gabisa ngurus orang sakit. Tolong ya Sha" jelas Robert membuat mata Shasa yang tadi terpejam langsung terbuka. Shasa mengedip-ngedipkan matanya sejenak.
"Elio sakit? " tanya Shasa tak percaya
"Iya, lo bisa kesini kan"
"Eh, yaudah deh.. Lo kirimin alamatnya aja ya"
"Oke, makasih Sha! "
Shasa memutuskan sambungan telfonnya. Ia segera bangkit dan mengganti bajunya. Diluar hujan masih sangat deras. Jadi Shasa akan meminta supir untuk mengantarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction.Vanessa Qiandra Devangana, seorang gadis cantik yang terjebak antara dua pria. Satu adalah pria dari masa lalunya, dan yang kedua adalah pria yang berusaha masuk kedalam masa depannya. Siapakah yang dia pilih? Masa lalu yang menyakitkan, atau masa...