Choice

14 6 0
                                    

Elio duduk disofa kamarnya sambil menatap lekat kotak biru berisi foto yang menampakan dua bocah kecil yang sedang tersenyum bahagia.

Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Fikirannya kembali mengingat masa-masa indah saat itu.

Tes...

Setetes air mata terjun bebas dari pelupuk mata Elio. Senyumnya berubah menjadi senyum miris. Ini adalah saat dimana ia harus memilih, memilih diantara dua pilihan yang sulit. Dibenci... Atau membenci.

Kedua tangan Elio kini memangkup wajahnya sendiri. Sakit, perih, bingung semua bercampur menjadi satu. Ingin sekali ia berkata yang sebenarnya pada gadis didalam foto itu, tapi ia tak siap jika orang yang sangat ia cintai harus membencinya. Ia tak sanggup melihat kilat kebencian dimata indah itu lagi. Mungkin membenci akan lebih baik daripada dibenci.

* * *

Shasa benjalan kearah kelas 11 IPS 5, yah, itu adalah kelas Elio. Ditangannya terdapat kotak bekal berisi cheese cake buatan Nathalie.

Niatnya itu akan diberikan kepada Elio sebagai ucapan terimakasih sekaligus tanda damai.

Shasa sudah berada didepan pintu kelas 11 IPS 5. Entah mengapa jantungnya terpompa dua kali lebih cepat dari biasanya, ia memberanikan diri masuk. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan mencari keberadaan Elio, dan dia menemukannya.

Elio tengah duduk dikursi paling belakang, kedua kakinya ia naikan keatas meja, tangannya ia taruh di tengkuknya, matanya terpejam sambil menggunakan earphone.

Shasa menghampiri Elio perlahan. Kebetulan saat itu kelas sedang sepi, hanya ada Elio dan Shasa disana, jadi Shasa tak begitu grogi.

"Ekhemm!! " dehem Shasa keras. Namun tak ada pergerakan sama sekali dari Elio, posisinya masih sama seperti tadi.

"Ekhem ekhemm!! " kali ini Shasa mengeraskan lagi dehemannya. Namun tetap tak ada respon. Shasa yang mulai geram menarik earphone Elio sampai siempunya terlonjak kaget.

"Lo gila ya? " protes Elio setelah mendapati bahwa Shasa lah pelakunya.

"Ya salah lo sendirilah, daritadi gue udah manggil lo, tapi gak direspon.. "

"Mau lo apa? " ketus Elio.

Dalam hati Shasa menggerutu, bagaimana bisa Elio terlihat sangat berbeda, padahal dua hari lalu ia terlihat sangat lembut.

"Nih! " Shasa menyodorkan kotak bekal ditangannya.

Elio melirik bekal itu sekilas lalu beralih menatap gadis dihadapannya lagi.

"Buat apa? " sinis Elio.

"Buat lo lah! "

"Gue gak butuh! " sahut Elio sambil berlalu meninggalkan Shasa. Shasa yang tak terima diperlakukan seperti itu langsung mengejarnya.

"Heh lo tuh gak punya sopan santun ya? Gue udah bawain ini buat lo tapi lo malah gak ngehargain!" bentak Shasa.

"Emang gue nyuruh lo?"

"Ya seenggaknya terima kek! "

"Yaudah sini! " Elio merebut kotak bekal ditangan Shasa lalu beranjak menuju tong sampah disudut ruangan lalu membuang bekalnya begitu saja.

Shasa yang melihat itu langsung terperangah. Ia segera menghampiri Elio.

"Kenapa lo buang??? " teriaknya.

"Kenapa? Lo kan udah ngasih ke gue, jadi ya terserah gue lah mau digimanain! "

"Harus banget ya lo buang? Kalo lo gak suka, lo kan bisa kasih ke orang lain! "

"Gue maunya buang gimana? " Ujar Elio sambil tersenyum sinis.

"Lo kenapa si El? Kemarin kemarin lo baik banget, dan sekarang lo kaya IBLIS... Atau lo punya kepribadian ganda? " balas Shasa sambil menekan kata iblis.

"Gue gak mungkin kasar sama orang yang udah ngerawat gue, makanya kemarin gue bersikap baik... Dan sekarang kita udah impas, jadi buat apa gue maksain diri buat bersikap baik sama lo!!! " sahut Elio, tenang namun menusuk.

Shasa tersenyum miris,
"Nyesel gue sempet punya niatan buat damai sama lo! " ujarnya sebelum keluar dari kelas.

Elio menatap Shasa yang menghilang dibalik pintu dengan tatapan nanar.

Bughh! 

Dinding disamping Elio tak luput dari amukannya. Tangannya yang digunakan untuk menonjok dinding itu kini mengeluarkan darah segar. Perih, tapi tak seperih hatinya saat ini.

* * *

Shasa masuk ke kelasnya dengan wajah ditekuk. Ia masih sangat kesal dengan Elio.

"Napa lo Sha? Muka lo udah kek bajunya si Ucup, lecek banget!!" sambar Banyu yang kini duduk di depan Shasa.

Shasa merengut sebal, bagaimana bisa wajahnya dibandingkan dengan baju seragam si Ucup yang setiap hari selalu kucal. Shasa mengeluarkan ponsel dari sakunya dan langsung bercermin disana. Wajahnya memang terlihat masam.

Shasa membuang nafas lelah lalu menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan. Banyu yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Berat betul beban hidupmu nak! " ujar Banyu dramatis sambil mengelus kepala Shasa pelan. Shasa mendongakkan kepalanya menatap pria laknad dihadapannya ini.
"Sssssss... " desis Shasa dengan tatapan membunuh.

Banyu mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Peace! " ujarnya sambil nyengir kuda.

"Woyy... Lo ngapain Shasa Yu?? " tanya Mawar yang kini sudah duduk disamping Shasa.

"Biasalah, palingan dia galau abis diputusin sama si Ucup! " sahut Banyu seenak jidatnya.

"Isi otak lo tuh cuma ada si Ucup doang ya! " sinis Shasa.

"Hehe.. " Banyu nengir tanpa dosa.

"Udah ah. Lo berdua napa jadi ribut dah... Heh, balik lo sana ke alam lo! " tegas Mawar pada Banyu yang masih duduk anteng dikursi milik Karisa.

"Etdah... Lo kira gue mahluk dari alam lain apa? " protes Banyu tak terima.

"Gue gak bilang gitu ya,,, " balas Mawar acuh. Banyu mencebikan bibirnya sebelum melenggang pergi dari hadapan dua gadis itu.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang