Terimakasih Vanessa

11 7 0
                                    

Shasa membunyikan bel apartemen Elio dengan ragu-ragu.

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan sosok Robert yang tampan.

"Eh, lo udah dateng... Ayo masuk" ajak Robert dengan senyuman manisnya.
Shasa mengekor dibelakang Robert menuju kamar Elio.

Robert membuka pintu kamar Elio, menampilkan Elio yang terbaring lemah dikasur. Tubuhnya dibalut selimut tebal. Shasa berjalan menghampiri Elio.

"Tolong ya Sha! " pinta Robert tulus yang hanya dibalas senyuman oleh Shasa.

Robert keluar dari kamar Elio meninggalkan Shasa.

Shasa mengarahkan tangannya kedahi Elio, dirasakannya panas yang sangat tinggi. Shasa keluar menuju dapur, apartemen ini tidak begitu luas jadi ia bisa dengan mudah menemukan dapur.

Shasa mengambil wadah lalu diisinya dengan air es, ia juga mengambil handuk kecil untuk mengompres Elio.
Shasa memasuki kembali kamar Elio yang bernuansa serba biru donker. Mulai dari warna dinding, perabotan, hingga sprei yang sedang ditiduri Elio pun berwarna senada.

Shasa memandang wajah polos Elio, ia terlihat sangat tenang. Shasa mulai mengompres dahi Elio dengan lembut.

"Lo manis banget kalo lagi tidur gini, tapi kenapa kalo bangun selalu bikin gue naik darah sih? " batin Shasa.

Shasa langsung menepis jauh-jauh pikirannya tentang Elio yang manis, manis apanya?  Bisiknya dalam hati.

* * *

Jam menunjukkan pukul 19:25 Shasa masih bergelut dengan kompresan Elio.

"Sha, gue sama Dicky pulang dulu ya" pamit Robert diikuti Dicky.

"Eh, jadi gue sama Elio cuma berdua gitu disini? " tanya Shasa yang langsung diangguki oleh keduanya.

"Tenang aja, Elio gak bakal ngelakuin yang macem macem ko, gue kenal dia....lagian kan sekarang Elio lagi sakit! " terang Robert, Shasa mengangguk.

"Elio sih gak bakal ngapangapain lo, tapi nanti lo lagi yang ngapangapain Elio" ujar Dicky tanpa dosa sambil terkekeh, yang dihadiahi pelototan dari Shasa.

"Bercanda... Titip Elio ya Sha" ujar Dicky lalu pergi diikuti Robert.

Kini hanya tinggal ada Shasa dan Elio yang masih terlelap. Shasa merogoh sakunya, mengeluarkan benda pipih lalu mencari kontak Nathalie, mamanya.

"Halo ma! "

"iya kenapa sayang? "

"Ma, hari ini Shasa nginep ya dirumah temen Shasa"

"Temen kamu yang mana? "

"Namanya Karisa, mama gak bakal kenal" Shasa berbohong, karena tidak mungkin ia jujur jika ia menginap dirumah pria, bisa-bisa Nathalie langsung menyusulnya dan menyeretnya pulang.

"Oh, oke lah kalau begitu... Hati-hati ya nak, jangan telat makan! "

"Sip ma! Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Shasa menutup telfonnya, Nathalie mengingatkannya bahwa ia belum makan sejak tadi siang, Shasa juga memiliki penyakit magg. Ia menimbang-nimbang, bagaimana jika magg nya kambuh. "Duh gimana ya, kalo magg gue kambuh gimana? Tapi kan gak mungkin gue numpang makan dirumah Elio... Gue gak bawa dompet pula, mau pulang ngambil dompet gak mungkin... Haduhh tau ah, biarin aja mau kambuh kek... " batin Shasa.

Jam sudah menunjukkan pukul 23:20.
Namun Elio belum juga bangun. Shasa masih setia duduk dikursi disebelah ranjang Elio, ia mengarahkan tangannya kedahi Elio, panasnya sudah mulai turun. Shasa kembali mengompres dahi Elio, agar panasnya cepat hilang.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang