4. Pangerannya Andara

80 25 3
                                    

Dulu kau dan aku saling melengkapi satu sama lain, tetapi sekarang malah sebaliknya, kau dan aku saling membelakangi satu sama lain.

◽◽◽◽◽


"Ahahahah." Terdengar suara gelak tawa yang berasal dari bangku taman ibu kota. Disana terlihat ada dua orang anak remaja yang mengenakan seragam khas SMP, mereka tengah terbahak sambil sesekali menjilati ice creamnya.

"Aduh sumpah, gue udah gak kuat, ahahah." Sambil memegangi perutnya, "ngakak so hard." Ujar anak yang memakai jepitan di rambutnya.

"Lo udah dong ketawanya, gue kan juga jadi ikut-ikutan, hahaha." Ujar anak yang berada di sampingnya.

"Ya lagian ngapain tuh si norak pake banyak gaya, jadi kan kena azab, rasain tuh orang, emang enak, bwahaha." Balas anak yang memakai jepitan rambut itu.

Kini mereka berdua tengah asik menertawakan teman sekelas mereka, yang suka dandan menor, jalannya longgak-lenggok bak puteri kerajaan, ditangannya selalu terpasang banyak gelang, dan tak lupa juga kipas yang selalu ia bawa kemana-mana.

Kebetulan sekali tadi ia berjalan melewati tempat yang mereka duduki saat ini, sayangnya ia terlalu banyak tingkah sehingga ia terpeleset karena ia meloncat-loncat setelah menginjak kotoran ayam, dan akhirnya terjatuh dan mendarat di selokan.

"Iww... bauuu..., hahahah." Ujar sang anak yang rambutnya di kepang, sambil membayangkan kejadian konyol nan memalukan itu.

"Pasti enak tuh masuk comberan." Timpal si anak yang memakai jepitan rambut. "Iww... bauuu... , spa mahal gue, make up cantik gue, semuanya ancur. Aaaa... mamihhh...," lanjutnya, menirukan gaya dan suara milik orang yang sedang mereka tertawakan.

"Ahahah... udah, udah, ginjal gue geli tau." Ujar anak yang memakai kepang rambut.

"Iya, iya." Balasnya sambil menyeka pelupuk matanya yang berair karena banyak tertawa.

Hening sejenak...

Menghela napas berat, "Ra" Ujar anak yang memakai jempitan rambut.

Yang dipanggil Ra itu pun menoleh ke arahnya, "Hem." Ujarnya spontan sambil menjilati ice cream vanilanya.

"Gue bersyukur deh bisa ketemu sama lo." Ujarnya, menyuarakan isi hatinya.

"Gue juga bersyukur bisa punya sahabat kayak lo." Balasnya.

"Makasih ya Ra, lo udah mau jadi sahabat gue, disaat semua orang pergi ninggalin gue, cuman lo yang masih disini nemenin gue." Ujarnya kemudian.

"Gue kan udah bilang, lo itu sahabat gue, kita itu udah kayak anak kembar yang gak bisa dipisahin, gue gak bakalan mungkin ninggalin lo, disaat lo butuh gue." Balasnya dengan pasti.

"Makasih ya Ra, lo emang bener-bener sahabat gue, gue gak tau harus gimana kalo misalnya gak ada lo." Terharu, ia pun memeluk sahabatnya itu.

◽◽◽◽◽

"Woy." Andara menggebrak meja kantin.

"Ohok-ohok." Sisil terbatuk-batuk karena gebrakan itu berhasil membuat bakso yang ia telan, tertelan tanpa dikunyah. Sisil pun buru-buru mengambil dan menyedot es jeruk miliknya.

Sedangkan Citra yang dikagetkan malah menghela napas berat, kembali mengingat kejadian yang kurang lebih satu setengah tahun yang lalu.

"Ih ANDARAA..." Sisil berteriak, Andara dengan sigap langsung membekap mulut Sisil. Karena pasalnya sekarang mereka tengah berada di kantin sekolah, yang notabenya pasti banyak orang yang berkeliaran, dan sekarang orang-orang itu menatap aneh ke arah meja yang ditempati oleh mereka.

His Name Is DevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang