7. Satu Kenyataan

43 11 0
                                    

Orang sakit kalau diganggu, bisa-bisa jadi macan.

◾◾◾◾◾◾

Diruangan serba putih dan beraroma khas obat-obatan itu, Citra tertidur sangat pulas menghadap ke arah dinding, setelah Sisil memberinya obat. Asila sahabatnya, yang juga menjabat sebagai ketua PMR itu menemaninya sejak ia berada di UKS.

Tiba-tiba saja dari luar terdengar keributan, suara lagu dangdut menggema di sepanjang koridor. Sontak Citra membuka mata di tengah tidur pulasnya. Buru-buru mendudukkan tubuhnya di atas brankar dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, dan menoleh ke arah pintu.

Sisil yang sejak tadi mendengar keributan yang bersumber dari luar, sudah terlebih dahulu keluar dan berdiri di ambang pintu sambil menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi.

Citra menatap Sisil yang juga menatap ke arahnya. Citra menggakat satu alisnya ke atas, meminta jawaban pada Sisil atas apa yang baru saja ia saksikan. Sisil menggeleng cepat, tanda tidak ada sesuatu yang perlu di khawatirkan, toh lagu yang sejak tadi diputar pun sudah tidak terdengar.

Bukan seperti itu, Sisil hanya takut jika keributan itu membuat Citra bertanduk merah di kepala, seperti hari kemarin saat ia bertengkar di taman ibu kota. Citra mengangguk tanda mengerti, ia pun kembali merebahkan tubuhnya di atas brankar. Sisil yang melihat respon itu pun kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam UKS.

Tepat saat Sisil berada di pintu masuk alunan suara dangdut itu pun terdengar lagi, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Citra pun terbangun untuk kedua kalinya, "tidak bisakah sekali saja ia beristirahat dengan damai", batinnya. Dengan wajah pucat ia mengacak-ngacak rambutnya, ingin sekali kepalanya ini meledak. Sisil yang melihat Citra seperti itu mulai sedikit takut dan juga khawatir. Citra bergegas turun dari brankar dan melangkah ke arah pintu.

"Eh tunggu dulu, lo mau kemana?," Sisil dengan sigap menahan pergerakan Citra. Menghalang-halangi  jalan yang Citra pilih dengan tangan dan juga kakinya.

Mulai kesal dengan kelakuan Sisil, Citra pun angkat bicara, "ck, lo liat gak gue mau keluar!?" Citra melangkah lagi ke sisi yang tidak terhalang oleh Sisil, tetapi Sisil lebih cekatan menahan Citra kembali.

"Jangan dulu keluar! lo istirahat lagi aja, kepala lo kan masih sakit." Ujar Sisil beralibi.

Citra menghembuskan napas berat sebelum berbicara, "Sisil, dengerin gue," menangkup kedua tangannya di bahu sahabatnya, "gimana gue bisa istirahat kalo telinga gue kekanggu." Citra menyakinkan Sisil agar ia mengerti.

Dan akhirnya Sisil pun tanpa berkata apa-apa, mengenyahkan tangan dan kaki yang sejak tadi menghalangi pintu masuk, mempersilahkan Citra untuk keluar dari ruangan itu. Wajah Citra berseri sumringah karena ia mendapat jalan untuk keluar, ia pun mengucap terima kasih sebelum akhirnya berlari meninggalkan ruang UKS.

◾◾◾◾◾◾

Di sisi lain di lorong koridor, Devin dan juga Kevan berjoget ria menikmati jamkos-nya bersama dengan pasukan yang mereka bawa di setiap lorong yang tadi sempat mereka lewati. Bagi mereka, jamkos merupakan sebuah fenomena langka yang jarang terjadi di SMA GALAKSI, karena SMA ini merupakan salah satu SMA favorit yang disiplin pada waktu pembelajaran berlangsung. Lantunan lagu dangdut yang berjudul "Sayang" dari Via Vallen itu seakan menjadi saksi bisu kebahagiaan yang dirasakan oleh mereka.

His Name Is DevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang