✔tragedi ke-8✔

17 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























"Sebuah kecelakaan terjadi di klinik mata Mitra Asuh. Seorang pasien dinyatakan meninggal dunia kemungkinan karena kecelakaan saat melakukan pemeriksaan, hal tersebut masih di selidiki oleh pihak berwajin, sekian dari kami."

"M-meninggal?" Lirih Jisung.

Tiba-tiba Jisung mendapatkan pesan dari Kepala Sekolah yang membuatnya terkejur.






From: Kepala Sekolah
Massage: Kabar duka kembali menyelimuti kita semua. Bahwasannya siswa yang bernama Hwang Minhyun, kelas 12-1 dinyatakan meninggal dunia saat melakukan pemeriksaan mata kemarin.

Kami sungguh berduka cita. Semoga ia diterima di sisi-Nya. Aamiin.







"Hwang Minhyun? Temannya Daniel bukan?" Lirih Jisung.

Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, itu tandanya waktunya Jisung untuk pulang dari pekerjaannya.

Ya. Jisung melakukan pekerjaan part-time untuk membantu Ibunya yang sedang sakit keras.

Jisung berkendara menggunakan sepeda, kini ia sesekali bersenandung dan ia sedang senang karena akan membawakan makanan enak untuk Ibunya.

"Assalamualaikum, Ibu. Jisung pulang," kata Jisung, kemudian memasuki kamar Ibunya.

Jisung tersenyum saat melihat kondisi Ibunya yang berangsur membaik.

"Alhamdulillah," gumam Jisung.

"Bu, Jisung membawakan makanan enak. Ini dari bos, mari makan bersama!" Ajak Jisung, sang Ibu hanya mengangguk dengan senyumannya, kemudian Jisung mendudukkan diri di atas kasur dan sesekali menyuapi Ibunya makan.

Malam itu adalah salah satu malam terindah yang pernah Jisung alami, pasalnya, tadi adalah kali pertama Ibunya tidak menolak makanannya sama sekali.










Pagi ini Jisung bangun dengan semangat, Ibunya pun sudah bangun. Kemudian Jisung membuatkan Ibunya sarapan terlebih dahulu.

"Bu..., Jisung berangkat sekolah dahulu ya, Ibu baik-baik di rumah. Jika Ibu membutuhkan sesuatu, bisa hubungi Jisung..., ya?" Ibunya mengangguk.

Biasanya, setiap pagi sampai sore, adik dari Ibunya akan menemani Ibu Jisung selagi di Jisung tidak ada di rumah. Syukur karena bibinya itu tidak mengharapkan imbalan apapun.

"Oh, hai Bibi," sapa Jisung saat berpapasan dengan Bibinya di depan rumah.

"Hai Jisung, kau mau ke sekolah ya?" Tanya sang Bibi.

Jisung mengangguk, "Ya Bi."

"Eh? Kau mau ke mana menggunakan sepeda itu?" Jisung langsung menghentikan sepedanya ketika Bibinya berteriak.

"Kan Jisung mau sekolah Bibi."

"Iya. Tapi tadi ada mobil di depan gang, ia menanyai keberadaanmu, mungkin itu temanmu," kata Bibi.

Jisung terdiam, siapa yant menjemputnya?

"Oh baiklah Bibi, terima kasih sudah memberitahu," Bibinya mengacungkan jempol, kemudian masuk ke dalam rumah.







"Kau?" Tanya Jisung.

"Ya. Tunggu apalagi? Ayo masuk," ajak sang pemilik mobil.

Jisung memasuki mobil tersebut, "Dari mana kau tahu rumahku?"

Daehwi tersenyum, "Itu gampang."

"Oke-oke. Terima kasih."

"Kau sudah dengar berita tentang Hwang Minhyun?" Tanya Jinyoung tiba-tiba.

Jisung mengangguk, "Ya..., aku cukup prihatin mendengarnya."

"Sudah dua orang meninggal dengan keadaan tidak logis, tapi aku terselamatkan," kata Jinyoung.

"Apakah kau yakin tentang hal itu? Kau juga masuk ke dalam daftar itu?" Tanya Jisung.

"Aku pernah menonton di televisi..., Final Destination kalau tidak salah judulnya. Beberapa dari mereka selamat dari maut, selepas beberapa waktu, satu persatu yang selamat mati dengan cara yang tidak masuk akal dan juga mengenaskan," jelas Jinyoung, membuat bulu kuduk Daehwi dan Jisung berdiri.

"Tidak ada yang selamat?"

Jinyoung menggeleng, "Tidak..., itu takdir."

"Lalu? Kau selamat kan?"

"Ya..., mungkin kedua kejadian kemarin bukanlah waktuku, kita tidak tahu kan?" Jisung mengangguk, mengiyakan ucapan Jinyoung.

"Kita sudah sampai, ayo turun."













"Jisung! Kau dipanggil oleh Pak Heechul di lantai tiga, katanya ada urusan," ucap teman Jisung.

"Lantai 3? Tumben," batin Jisung.

Walaupun Jisung kebingungan, dirinya tetap mengikuti perintah tadi. Lantai 3 ini sebenarnya tidak digunakan lagi karena bangunan yang terputus di tengah jalan.

"Pak Heechul?"











"Kau melihat Yoon Jisung?"

Lelaki yang ditanya menggeleng.

"Baiklah, terima kasih."

Orang yang mencari Jisung ini sedang kebingungan, karena dirinya merasa ada yang tidak beres dan seseorang yang bernama Yoon Jisung itu tiba-tiba terlintas di otaknya.

Gotcha! Matanya tak sengaja menangkap Jisung yang baru saja mau menaiki tangga, orang tersebut mengikuti Jisung hingga lantai 3.

"Untuk apa dia ke sini?"

"Pak Heechul?"

Orang yang mengikuti Jisung ini terkejut saat melihat Jisung berjalan ke arah sisi yang tidak dibatasi pagar apapun.

Jisung mau bunuh diri?

"YOON JISUNG!" Jisung menghentikan langkahnya ketika namanya dipanggil, Jisung sempat pangling namun dirinya tetap menoleh.

"Hah?"

"Kau bodoh!? Kau mau bunuh diri hah!? Bagaimana dengan Ibumu!? Bodoh bodoh bodoh!" Pekik orang itu.

"Aku? Bunuh diri?"

"Ya! Kau Yoon Jisung! Kau baru saja mau terjun bebas dari lantai 3!"

Jisung terdiam, kemudian dirinya menghambur ke dalam pelukan orang itu.

"Makasih Park Jihoon."

"Sama-sama. Kau tetaplah sahabat terbaikku."























"Tidak selamanya orang yang kalian nilai buruk itu selalu...,

Buruk."

















"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang