❌tragedi ke-6❌

14 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Saat ini Woojin dan Jihoon sedang berada di kafe setelah melayat dari pemakaman Guanlin.

Akhirnya, orang yang ditunggu pun datang, ada Jinyoung, Jisung, dan juga Daehwi, mereka bertiga duduk di meja yang sama dengan Woojin Jihoon.

"Apa yang mereka lakukan di sini?" Tanya Woojin dalam bisikan.

"Nanti kau akan tahu," balas Jihoon sekenanya.

"Hai," sapa Jisung.

"Silahkan duduk," Jihoon mempersilahkan ketiganya duduk, sedangkan Woojin hanya menyeruput kopinya dengan malas.

"Woojin," panggil Jinyoung.

"Hm?" Balasnya singkat.

"Aku, Daehwi dan Jisung turut berduka cita atas meninggalnya Guanlin," kata Jinyoung.

"Ya."

Lengan Daehwi bergerak untuk menyenggol Jisung, supaya ia cepat berbicara.

"Jadi begini Jin, kita semua yang berada di sini adalah para korban yang selamat dari kecelakaan pesawat beberapa minggu yang lalu, tapi kita selamat dengan cara tidak mengalami kecelakaan itu," kata Jisung.

Woojin tetap diam, tidak merespon, namun mendengarkan.

"Aku bersama yang lain sudah memikirkan tentang ini. Ada sebelas orang yang selamat, dan satu persatu dari mereka akan mati secara perlahan, dengan cara yang tidak masuk akal dan mengenaskan," ucap Jisung

"Tapi, ada beberapa juga yang selamat, yaitu Jinyoung dan Jisung," timpal Daehwi.

"Hah?"

"Iya. Pertana ada Ha Sungwoon, kedua Jinyoung, ketiga Hwang Minhyun, dan yang keempat adalah Lai Guanlin, dan sepertinya cara mengetahui korban selanjutnya sesuai dengan urutan kursi saat di pesawat."

Woojin berdecih, "Omong kosong macam apa ini?"

"Jin! Tenanglah sedikit," peringat Jihoon.

Woojin berdiri dari kursinya wajahnya terlihat kesal, "Kita baru saja kehilangan sahabat kita, dan kau sudah mau membahasnya lagi? Kau sahabat macam apa hah?" Ketusnya kepada Jihoon.

"Dan untuk kalian bertiga," Woojin menunjuk Jinyoung, Jisung, dan Daehwi secara bergantian.

"Jangan sok tau jadi orang! Kalian bukan peramal dan sejenisnya, bodoh!" Mereka semua tersentak, kemudian Woojin menginggalkan mereka semua.

Jihoon berlai mengejar Woojin yang sudah hampir sampai pintu keluar.

"Jin, tolong dengarkan aku dahulu, ini semua demi kebaikan kita," mohon Jihoon.

Woojin menghempaskan tangan Jihoon, "Tidak! Aku tidak mau!"

Woojin tetap keluar dari kafe, Jihoon menatap sahabatnya itu dengan nanar, bahkan Jihoon masih berdiri di dekat pintu kafe.

PRANG!

"AAAAAAAAAAA!"

Suara hempasan kaca dan pekikan seseorang yang histeris membuat Jihoon kembali memfokuskan pandangannya, hal tersebut membuat seluruh pengunjung terkejut.

Atap kaca yang masih dalam proses pembangunan jatuh tepat mengenai seseorang, bahkan sangat jelas darah yang bercipratan dimana-mana.

"Hoon? Kau tidak apa-apa?" Tanya Jisung.

"W-woojin," Jihoon menunjuk tepat ke arah atap kaca yang pecah dan juga banyak darah. Hal tersebut membuat Jisung, Jinyoung, dan Daehwi saling pandang.



















"Perkataan bisa menjadi sebuah boomerang yang dapat melukai...,

Dirimu sendiri."













"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang