Segala hal nampak kusam, kelabu, dan memuakkan seperti yang seharusnya terjadi. Lampu-lampu kota berubah warna dari merah menjadi orange kemudian kuning untuk kembali menjadi merah yang menyakitkan untuk memudar menjadi orange menjijikkan dan berubah menjadi kuning memuakkan.
Semua warna ini menyakiti Jeongin. Dari biru pastel ke biru tua, dari hijau mint pudar ke hijau lumut - warna botol tergeletak dilantai bersama dengan kawan-kawannya dengan warna yang sama. Berapa banyak botol soju yang tergeletak disana? Tiga? Tujuh? Sepuluh? Sudah lama sejak Jeongin berhenti menghitung jumlah botol-botol itu.
Leher botol soju itu bersandar di bibirnya, cairan transparan mengaliri bibirnya, membakar tenggorokannya dan meninggalkan rasa manis, hampir manis sebagai aftertaste.
Sejujurnya Jeongin tidak benar-benar bisa merasakan rasa terbakar atau rasa soju itu sendiri, ia hanya bisa mengingat rasa itu, seperti sentuhan, ciuman, tawa, dan suara yang bergema di kepalanya setiap hari. Dan Jeongin mencintai setiap kenangan yang muncul dalam pikirannya.
Ia merindukan sosok itu seperti bumi merindukan matahari pada musim dingin yang beku. Jeongin ingin menenggelamkan dirinya dalam pelukan hangat itu, bersembunyi. Ia ingin menghapus, melupakan penjara abu-abu yang mengikatnya. Namun, kenyataannya hal itu tidak terjadi malaikatnya tidak ada disana.
Jeongin menarik lututnya ke dada, memeluknya erat dan menyembunyikan wajahnya disana. Kemeja hitam longgar yang ia kenakan tak mampu membendung kencangnya angin musim dingin yang bertiup masuk melalui jendela yang terbuka. Jeongin terisak membiarkan air matanya membasahi lengan kemeja hitam yang ia kenakan.
"Aku merindukanmu"
"Aku sangat merindukanmu, Hyunjin"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
heaven on earth || hyunjeong ✔️
FanfictionJeongin terjebak dalam sebuah tempat dimana ia tidak bisa merasakan apapun -tidak kebencian, tidak pula cinta- hanya sebuah kegelapan mutlak. Jeongin tidak bisa pergi kemanapun... sampai surga sendiri datang dan menjadi bagian hidupnya. A Pieces of...