Bagian 13

38 16 15
                                    

Siapa aku sebenarnya? Kenapa aku tidak mengingatnya?
-WHO-

***

"Kenapa lo tanya hal yang nggak penting kayak gitu?" Lelaki berambut hitam itu mendengus berulang kali menghadapi pertanyaan adiknya.

"Masalahnya Maelyn nggak pernah liat foto kecil Maelyn, jangan-jangan emang bener kalo Maelyn bukan anak dari-"

"Lo kebentur sesuatu pas ke sini ya?" Tanya Alleron dengan jari-jarinya yang sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya. Pekerjaannya sebagai seorang editor memaksanya untuk selalu siap sedia di depan layar laptop.

"Maelyn tanya bener-bener."

"Gini aja, lo inget nggak gue udah pernah bilang semenjak kepindahan ke Jakarta foto-foto lo sama gue ilang?"

"Tapi masa nggak ada satupun kak."

"Lagian kenapa lo tanya tentang foto? Ada tugas sekolah yang diwajibkan bawa foto anak-anak? Bilang aja fotonya belum ketemu karena-"

"Kakak, bukan itu! Maelyn cuma mau tau aja kenapa nggak ada satupun foto Maelyn saat kecil." Maelyn menggembungkan pipinya ketika lelaki bernama Alleron itu sama sekali tidak menanggapi ucapannya.

"Kak!" Maelyn mengguncang-guncang lengan Alleron membuat lelaki itu kesal. Pekerjaan yang menumpuk, masalah yang sedang dialaminya dan sekarang adiknya yang merengek meminta jawaban tentang penyebab tidak adanya foto ketika adiknya kecil.

"Maelyn sayang, bukannya gue udah bilang tadi! Sejak pindah, semua foto itu hilang atau mungkin aja belum ketemu jadi sekarang lebih baik lo tidur sana dan jangan ganggu gue sebentar."

"Bukannya kakak yang minta Maelyn kesini tadi malam." Maelyn mencebikan bibirnya kesal melihat Alleron yang walaupun sedang libur tetap saja bekerja. Kapan ada waktu untuknya dan keluarga?

"Karena kemarin lo membuat fungsi ponsel nggak berjalan semestinya."

"Memang kenapa sih kalau Maelyn nggak angkat panggilan kakak satu hari aja?"

"Masih tanya kenapa? Yang pasti gue khawatir Maelyn! Dunia ini nggak sebaik apa yang lo pikirin sayang."

"Kakak ini negative thinking terus."

"19 tahun gue hidup dan gue bisa menyimpulkan semua itu."

Maelyn kembali mendengus kesal, berdebat dengan kakaknya tidak akan pernah selesai. Justru dirinya akan semakin tersudutkan dengan segala opini yang entah bagaimana bisa masuk akal sehingga membuatnya percaya.

Maelyn melangkahkan kakinya memasuki dapur, mengabaikan kakaknya yang terus mengatakan jika dunia ini kejam, jahat atau semacamnya. Jika memang benar seperti itu, maka tidak akan Maelyn liat orang-orang berbahagia di luar sana.

Gadis itu membuka lemari pendingin untuk mengambil susu coklat kesukaannya yang selalu Alleron siapkan setiap hari. Namun untuk kali ini, susu kotak itu tidak ada di dalam sana membuatnya mendengus kembali. Moodnya yang buruk semakin buruk karena tidak adanya susu coklat kesukaannya.

"Kakak di mana susu coklat Maelyn?" Teriak gadis itu yang membuat Alleron di tempatnya mengusap telinganya.

"Jangan teriak Maelyn, gue masih punya pendengaran yang baik!!"

"Ya ya ya! Terus sekarang di mana?"

"Habis. Minum jus jeruk aja!"

Dengan kesal Maelyn meraih satu kotak jus jeruk yang sebenarnya tidak disukainya itu. Asam. Maelyn tidak suka rasa asam.

WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang