Bagian 9

47 15 51
                                    

Who really are you?
-WHO-

****

Seorang lelaki bermata emerald menghembuskan napasnya berkali-kali. Menunggu teman-temannya datang adalah hal yang tidak disukai olehnya. Apalagi Lelaki itu tau jika teman-temannya selalu ngaret. Memang salahnya juga meminta berkumpul di saat jam sekolah seperti ini. Tapi memang ini adalah hal yang sangat penting sehingga tidak dapat diberikan nanti-nanti. Apalagi ini tugas pertama teman-temannya yang satu tahun lalu berkeinginan untuk membantunya.

Suara lonceng di daun pintu yang menandakan datangnya seseorang dari luar. Netto menghela napasnya kasar, melihat Felix yang datang seorang diri bersama dengan laptop di tangannya. Memesan minuman dan sedikit cemilan kemudian Felix menghampiri Netto yang berwajah kusut.

"Bukannya perjanjiannya 1 jam lalu?" tanya Netto dengan datar.

Felix meneguk ludahnya pelan. Lelaki itu yakin jika temannya sedang dalam mood yang kurang baik. Felix mengenal Netto saat dirinya menginjak kelas 11. Saat itu sekolahnya mengadakan turnamen basket dan sangat mengejutkannya lawan finalnya adalah sekolah yang di tempati Netto saat ini. Felix awalnya sempat meremehkan Netto yang tidak memiliki kemampuan bermain, tetapi ketika pertandingan dimulai Netto adalah pemain yang tidak dapat ditahan oleh para timnya.

"Biasa orang Indonesia, ngaret."

"Gue pulang aja."

"Eh jangan dong Nett, katanya ini tugas pertama kami. Gue ataupun yang lainnya udah nggak sabar nih."

Netto memutar bola matanya jengah. Tidak sabar dari mananya? Orang sudah 1 jam tidak ada yang datang kecuali lelaki di hadapannya ini, bisa disimpulkan jika mereka tidak berniat lagi.

"Lagian lo juga bilangnya dadakan. Bukannya mereka semua lagi di sekolah? Pasti susah buat mereka bolos dari kelas."

"Kaigo, dia sering bolos ke game center setiap hari setelah jam pertama. Alfa dan Beta, mereka sering membolos pelajaran pertama dan kedua untuk pergi ke kafe terdekat cari wifi," Netto meneguk minumannya hingga tak tersisa lalu menghela napas pela. "Gue tau kalian semua bahkan lo yang sering-"

"Okay okay stop! Gue hubungin mereka untuk dateng cepet."

Felix bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki menjauh sedikit dari Netto dengan ponsel yang menempel di telinganya. Terdengar suara teriakan dari Felix yang membuat Netto geleng-geleng kepala. Jika seperti ini lebih baik dia bekerja sendiri.

"Okay sebentar lagi mereka bakalan dateng, lo jangan pulang dulu ya."

"Tugas pertama lo." Netto menyerahkan selembar kertas kepadanya. Di atas kertas itu tertera angka 124 yang entah apa artinya.

"Cari siapa orang yang nempatin kamar itu di apartment yang gue tempati dan ada hubungan apa dengan Maelyn!"

"So easy."

"Gue suka orang yang banyak bertindak daripada berkata."

Felix meneguk ludahnya kembali. Berhadapan dengan Netto yang dalam kondisi mood tidak baik adalah hal terburuk baginya. Lebih baik menghadapi pacar yang sedang PMS daripada menghadapi Netto yang seperti ini. Kata-katanya pedas dan mengena di hati. Untung saja Felix sudah kebal mendapatkan semua ini.

"Lo bisa pulang."

"Hah?"

"Lo bisa balik sekarang. Belajar buat ujian."

Sebenarnya siapa di sini yang lebih tua? Kenapa seolah-olah dirinya yang lebih muda. Dan herannya lagi Felix menurut dengan meminum sedikit kopinya lalu memakan sedikit cemilannya kemudian menenteng laptop di kedua tangannya lalu pergi keluar. Menuju tempat les yang beberapa hari ini ia lakukan.

WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang