D U A

187 48 47
                                    

-Takdir mu sudah ditulis-

-Takdir mu sudah ditulis-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki Ana melangkah menyusuri rerumputan yang basah karena tadi langit menangis. Ia sampai pada hamparan batu nisan, gadis itu mencari keberadaan makam ibunya, hanya itu yang ingin dilakukan ana saat ini.

Hatinya serasa tertampar oleh kenyataan pahit, ia terlalu hijau untuk bisa bertahan tanpa dekapan dari orang tuanya.

“Ibu aku rindu” ia mengelus batu tersebut. Air matanya mengalir begitu saja.

“Kenapa ayah tega bu kepadaku bu” ia kembali terisak dan memeluk makam mendiang ibunya.

“Kenapa dia tidak percaya padaku, kenapa dia lebih memilih wanita itu bu kenapa hikss kenapa” tidak ada yang gadis itu lakukan selain memeluk erat makam ibunya sambil menangis terisak.

“Anakku jangan menangis” dengan cepat Ana mendongak setelah mendengar suara itu. Kepalanya menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan orang yang mengatakan hal itu kepadanya.

“Ibu hikss” Ana menghapus kasar air matanya. Gadis itu menatap seseorang yang sangat ia rindukan selama ini.

“Jangan takut ibu bersamamu” Perempuan bergaun putih itu tersenyum kearah putrinya, Ana tidak mampu membendung perasaan rindunya langsung berhambur ke pelukan ibunya.

“Jangan menyerah pada keadaan An kamu kuat dan ibu percaya padamu” Helen melonggarkan pelukannya, menatap manik biru putrinya lalu mengecup dahi Ana. Mereka terdiam beberapa saat, Ana yang tadinya ingin mencurahkan semua perasaanya tiba-tiba terdiam entah seperti ada yang menahannya.

Helen melepas kalung yang bertengger dilehernya dan memakaikan liontin biru zamrud itu kepada ana.

Gadis itu masih tidak bicara, ia hanya menatap ibunya untuk mengobati semua kerinduan yang selama ini membuncah.

Helen kemudian melepas tangannya yang ada dipundak Ana lalu ia tersenyum penuh arti kearah putrinya.

Kakinya berjalan melewati Ana, gadis itu menoleh kearah langkah ibunya hatinya tercekat, baru sebentar ia bertemu dengan ibunya setelah 10 tahun dan ibunya akan pergi lagi secepat ini.

“Aku ikut bu” suara itu berhasil keluar dari mulutnya. Helen menoleh dan lagi-lagi tersenyum kearah Ana.

“Kita akan bertemu sebentar lagi sayang. Ikuti saja tadkir mu. Tuhan tidak akan mengecewakanmu” setelah mengucapkan kata-kata tersebut Helen menghilang dengan datangnya cahaya kearah tubunya.

Ana menjerit ketika helen tiba-tiba menghilang.“Ibuuuuuu” air matanya bercucuran menghiasi wajah lusuhnya.

🎓

Mata Ana saat ini sudah terbuka dan memperjelas semua itu hanyalah mimpi belaka. Setelah melihat awan yang berubah menjadi senja Ana berdiri dari tanah yang ia duduki.

Prince WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang