E M P A T

137 41 30
                                    

-Yang namanya teman itu, akan selalu ada bahkan saat kau terpuruk-

-Yang namanya teman itu, akan selalu ada bahkan saat kau terpuruk-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana memandang kearah jendela, matanya terkagum dengan pemandangan diluar sana, hamparan salju menyelimuti pepohonan yang menjulang tinggi memancarkan cahaya keemasan. Disana juga terlihat rusa-rusa sedang berjalan kesana kemari dengan kursi dibelakangnya. Apa rusa itu milik santaklaus ?

“Aku bosan” tubuh gadis itu berbalik.

“Siapa kau” orang disebrang tempat tidur Ana menyirit bingung.

“Apa otakmu terlalu bodoh untuk mengingat diriku” wanita itu mendekati ana.

Otaknya kembali berputar entah ingatan apa yang sekarang berputar pada otak Ana yang jelas dirinya tidak paham dengan apa yang terjadi, “Uu—ular” medusa tertawa mendengar hal tersebut, ia menjitak kepala Ana.

“Sirine setelah kaparat itu meracuni dan memantraimu lalu membuangmu ke dalam pusaran maut. Apa dia merusak semua ingatanmu ?” Medusa terus mendesak Ana, bahkan gadis itu tak tau apa yang wanita itu bicarakan.

Ana menghela nafas kasar lalu mencubit pipinya “Awww” gadis itu melotot. Ini nyata bukan mimpi.

“I---ini b—bukan surga ?” muka ana sangat polos ketika menanyakan hal tersebut kepada medusa.

Wanita itu tertawa terbahak-bahak mendengar hal konyol yang dikatakan temannya ini. Dengan cepat medusa memukul kepala yana, membuat gadis itu sedikit meringis.

“Tuan putri Si—“ belum selesai medusa bicara, Ana langsung memotongnya.

“Namaku Ana. Bukan putri. Kenapa semua orang bodoh ini memanggilku putri” Ana melipatkan kudua tangan didepan dadanya.

Medusa mengecek kening gadis itu, hangat. Ia sejenak berfikir, apakah sibodoh ini lupa akan dirinya sendiri ? Apa kaparat sialan itu menghapus semua ingatannya ? Apa hal ini terjadi karena kepalanya terbentur ?

Wanita itu mendekatkan bibirnya pada telinga Ana,”Apa kau lupa semuanya” ana diam tak bergeming.

Medusa menampar pipinya sendiri,”Bagaimana bisa. Dasar bodoh” Ana melirik wanita yang sedang menarik rambutnya karena, mungkin kesal kepada wanita yang dianggap dirinya adalah putri sirine.

“Semua orang memanggilmu putri karena kau adalah anak dari yang mulia Raja Habaek. Kau adalah putri air” Ana mendengarkan penjelasan wanita itu dengan saksama, kepalanya pun diangguk anggukkan.

“Dongeng tidur yang sangat menarik” Ucap ana sambil tersenyum “Lanjutkan”.

“Ishhh kau ini. Dan kau sekalipun jangan percaya kepada orang asing” tegas medusa kepada gadis itu.

“Kau juga orang asing” Medusa menjerit karena kesabarannya kali ini benar-benar habis. Ia mengguncang tubuh gadis itu.

“Akan kuceritakan kisah mu” medusa duduk disebelah ana.

“Kisah apa !?” sekali lagi gadis ini benar benar mnguras kesabaran medusa, untung saja dia adalah teman baik medusa, jika tidak wanita itu akan melahap gadis ini sekarang juga.

Plak.

Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi ana, membuat kesadarannya kembali bangkit.

“Bedebah bodoh” kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulutnya.

Medusa tersenyum mendengar hal itu, “Sekali lagi ku ingatkan. Ini bukan dingeng atau legenda, ini adalah kisah hidupmu sirine. Dan kuharap kau cepat pulih sehingga bisa ingat semuanya”

Ana sedikit bingung dan tidak percaya akan hal yang menimpanya saat ini. Bukankan seharusnya dirinya mati karena meloncat kedalam sungai hutan belantara itu.

“Ceritakanlah” entah siapa yang menyuruhnya untuk berbicara seperti itu. Bahkan Ana sendiri terkejut dengan reaksi tubuhnya yang seolah menyuruh agar mencari tau jati diri dirinya sekarang.

“Jangan memotong ketika aku bercerita” Ana hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan.

“Kisahmu dimulai”

“Kisahmu dimulai”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______ ✨ _______

SEE YOU NEXT CHAPTER

_______ 🎓 _______

Prince WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang