Bab: 5

4.6K 173 4
                                    

"Put, gue ada di luar rumah lo nih. Keluar dong, ada yang mau gue bicarain."

Sambungan telepon langsung terputus begitu saja. Puput hanya menghela nafas dengan kelakuan sahabat satu-satunya itu.

"Untung lo sahabat gue, ada apaan si?" Puput mulai memutar matanya jengah "Elah gitu bat sih lo, gue cuma mau ngomong kalau gue mau pergi ke Mesir 1 minggu lagi." Hening tidak ada suara dari Puput, maklumlah dia kan rada lola.

"Lo ke Mesir? Ngapain? Baru aja sampe mau pergi lagi."

"Gue dapet beasiswa buat kuliah di sana. Cuma 3 tahunan lah." Ucap Sarah dengan santai.

"WHATT LO BILANG CUMA??? 3 TAHUN ITU MENURUT GUE LAMA SITI." Jujur saat itu juga mereka menjadi bahan tontonan orang lewat, dan Sarah hanya menutup telinganya.

"Itu suara apa toa masjid si? Keras amat. Btw nama gue Sarah bukan Siti. Siti mah tetangga gue."

"Trus sama pernikahan lo gimana?" Puput mulai mendelik mencari jawaban "Batal." Sarah kembali memainkan ponselnya.

"Emang gila lo." Sarkas Puput dengan menggelengkan kepala "Gue ga gila. Abi sama orang tua Ahmad udah setuju kok kalau batal."

"Eh bukannya lo seneng kalau pernikahannya batal." Kini Sarah mulai menunjuk sahabatnya dengan heran.

"Seneng? Gue? Buat apaan? Lagian nih yah, gue ga ada rasa sama tuh orang. Gue Cuma anggep tuh orang kakak gue, ga lebih. Btw yang kapan lalu lo liat itu, dia juga bukan pacar gue, dia itu senior gue di organisasi. Namanya Rendi." Jelas Puput panjang lebar.

"Masa si lo ga suka sama Ahmad?"

"Dua rius malah." Puput menatap yakin perempuan di depannya "Bertepuk sebelah tangan dong."

"Gue masih pengen gini-gini aja. Nanti kalau ada yang mau deketin gue selain dia, gue juga bakal jaga jarak kok. Gue udah ngga se bar-bar dulu kali yang main serobot sana sini, gue udah pensiun jadi badgirl sejak masuk pesantren dulu."

"Widih yang mantan anak santri. Yaudah deh kalau itu mau lo, tapi nanti kalau ada apa-apa kabarin gue ya."

"Males." Melihat ekspresi Sarah, Puput langsung mencubit pipi cabinya dengan gemas. "Iya-iya santui kaya di pantai."

"Jangan kangen gue ya disana."

"Idih. Bakal kangen lah." Sarah ketus. Kemudian tawa mereka pecah seketika.

Merasa ada yang kurang, begitulah kini perasaan Puput dengan menatap langit-langit kamarnya yang kosong. Tapi Puput segera membuang jauh-jauh pikiran anehnya, ia lebih memilih segera beranjak sholat isya' dan beristirahat untuk besok.

"Aishh, ga penting juga kan. Ngapain sih mesti gue pikirin."

Sinar mentari mulai mengintip dari balik jendela, dan Puput sudah bersiap untuk pergi ke kampus karena ada kuis yang harus diikutinya.

"Pagi mi, bi. Nanti Puput kayaknya bakal pulang cepet deh, soalnya hari ini habis rapat Puput cuma ada 1 kelas lagi buat praktek." Ucap Puput sambil memakan roti isi coklat dan susu coklat kesukaannya.

"Iya nak. Oh iya, kamu udah tahu belum kalau pernikahan Ahmad dibatalin. Katanya sih, calonnya mau lanjutin kuliah di Mesir." Umi Farah menatap putrinya dengan mengangkat kedua alisnya.

"Udah mi. Kalau gitu Puput berangkat yah, assalamualaikum." Puput memutuskan untuk berangkat lebih pagi dan segera meninggalkan halaman rumahnya dengan cepat. Puput malas kalau harus berurusan dengan masalah pernikahan Ahmad yang dibatalkan.

Ya itu kan urusan dia, bukan urusan gue. Buat apa gue pikirin.

Ya begitulah pikirnya.

Sesampainya di kampus, Puput langsung dihadang dengan seseorang "Pagi Put, tumben berangkat lebih awal?"

Almost (Completed✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang