4 - Ice Cream Vanilla Cone Jingga

4 1 0
                                    


KALO GAK SUKA JANGAN DIBACA :)

GAK JELAS SOALNYA :V

JGN LUPA VOTMENT!

                       ***

Sore itu sepulang sekolah, Langit dan Senja mampir ke kedai ice cream dekat sekolah mereka,seperti janji Langit pada Senja. Ia akan membelikan 10 ice cream vanila cone jingga permintaan Senja.

"Ja,kalo gak ada cone warna jingga gimana?"

"Harus ada! Cone dijalanan aja warnanya jingga masa cone ice cream gak ada."  Ucap Senja penuh keyakinan.

Langit berdecak kesal masa cone dijalan disamakan dengan cone ice cream. Kemudian dengan cepat ia melangkahkan kakinya ke kedai ice cream.

"Mbak,ice cream vanila-nya sepuluh ya,"

"I.. iya mas tunggu sebentar ya." Ucap mbak ice cream itu tampak gugup,malu-malu menatap ketampanan Langit.

"Pakai cone ya mbak,"

"Hm.. Cone warna jingga ada gak ya mbak?" Tanya Langit sedikit ragu sambil menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.

"Ada kok mas,"

"Seriusan mbak ada? Kok saya baru denger ya?" Ucap Langit dengan tatapan serius,wajahnya tampak tak percaya.

Mbak ice cream-nya tertawa mendengar pengakuan Langit yang nampak lucu menggemaskan itu.

"Mas nya gak pernah beli ice cream sih.."

"Hehe iya mbak saya biasanya cuma nemenin temen saya."

Senja yang sedari tadi duduk dikursi yang sudah disediakan akhirnya bangkit menghampiri Langit,yang kelihatannya malah asyik ngobrol-ngobrol kan Senja jadi kepo.

"Langit lama banget sih!" Ujar cewek itu tak sabaran.

"Yaudah lo tungguin disini bentar lagi jadi kok." ucap Langit seraya pergi dari stan mbak ice cream.

"Mas ini ice cre__"

Mbak ice cream yang memakai baju setelan merah muda dengan bad name yang tertera bernama "Cantika Dewi" itu tampak kebingungan mencari keberadaan Langit.

"Loh.. Mas gantengnya kemana ya?" Gumamnya namun masih bisa terdengar oleh Senja.

Cih.. Dasar ganjen,batin Senja kesal.

"Sini mbak,itu ice cream punya saya. Sepuluh ice cream vanilla cone jingga kan? Tadi yang pesan temen saya" ujar Senja sedikit sewot.

"Iya mbak betul" ucap mbak  lalu menyerahkan ice cream-nya pada Senja.

Senja tampak kebingungan tangannya sudah dipenuhi lima ice cream.

"Ya gimana ini tangan saya penuh,bentar ya mbak." ucap Senja seraya berlari menghampiri keberadaan Langit.

"Langit!" Panggilnya,membuat cowok berlesung pipi itu mendongak.

Langit yang sedang asik memainkan ponselnya menatap Senja dengan alis yang saling bertautan.

"Kenapa?"

"Bantuin gue kek,pegangin ice cream,nih.." Ucap Senja yang langsung menyodorkan lima ice cream-nya.

Langit mencibir kesal,kelakuan Senja memang selalu saja membuat Langit ribet,tapi ia tak bisa menolak apapun permintaan Senja.

"Makanya dibilangin gausah ngeyel! Bawa ice cram lima aja udah kesusahan apalagi sepuluh!" Omel Langit sedikit kesal.

Senja mengabaikan omelan Langit,ia langsung ngacir kembali ke mba ice cream.

Melihat Senja yang menjauh diam-diam Langit memperhatikan ice creamnya yang mulai meleleh,dengan ragu akhirnya Langit melahap ice creamnya hingga menghabiskan dua ice cream milik Senja.

"Enak juga nih ice cream.." Gumam Langit nampak menikmati ice cream vanila itu.

Senja kembali lagi menghampiri Langit membawa sisa ice cream-nya yang belum sempat diambil tadi. Kemudian ia menjatuhkan bokongnya untuk duduk disamping Langit.

Ia menatap Langit penuh selidik,bibir Langit belepotan ada bekas sisa ice cream dan yang dipegang Langit tinggal tiga ice cream,pasti dimakannya pikir gadis itu.

"Lo makan ice cream gue ya?" Tanya Senja,sorot matanya tajam.

"Enggak," sahut Langit cepat sambil menggeleng.

"Bohong! Itu ice creamnya kok tinggal tiga?

"Ya.. Ya.. Tadi lo emang ngasihnya cuma tiga!" Alibi Langit.

"Bohong! Bibir lo aja ada bekas ice cream-nya!" Ujar gadis itu sewot.

Cowok berlesung pipi itu kemudian langsung menyetuh bibirnya dan mengelapnya. Kemudian nyengir lebar hingga menampakan giginya yang rapi dan kedua lesung pipinya.

"Ice cream lo meleleh jadi gue makan deh"

"Hm,yaudah deh itu buat lo aja. Kasian gue liat lo dari kecil gak pernah makan ice cream." ucap Senja jujur.

Apa yang dikatakan Senja memang benar,Langit memang sejak kecil tidak menyukai ice cream padahal ia belum mencobanya.

Alasannya karena dulu ia pernah membelikan oma nya ice cream,oma nya sangat menyukai ice cream hingga makan ice cream terlalu banyak dan akhirnya membuat gigi oma nya sakit,Langit melihat oma nya kesakitan hampir menangis akibat makan ice cream. Dan sejak saat itu ia mengucap tidak akan mau makan ice cream.

"Ternyata ice cream enak juga ya." ucap Langit sembari melahap ice cream-nya,karena Senja ia sudah mematahkan ucapannya dulu.

Senja mencibir.
"Dasar norak."

"Yee.. wajar kali gue kan baru makan pertama kali ini"

"Ya ya serah lo deh!"

Senja melahap kembali ice cream-nya dengan lahap hingga bibirnya belepotan penuh ice cream.

Langit menatap Senja sebentar memperhatikannya memakan ice cream,lalu ia mendekatkan wajahnya pada Senja,tangannya terulur untuk membersihkan sisa ice cream di bibir Senja.

"Lo gimana sih,makan ice cream kayak anak kecil."

Senja merasakan wajah Langit sangat dekat,bahkan deru napas cowok itu sangat terasa,ia belum pernah menatap Langit sedekat ini,jika dilihat dari dekat Langit itu lumayan tampan. Alisnya tebal,bola matanya indah,hidung mancung,serta bibir merah yang tipis. Tanpa aba-aba jantung Senja berdetak hebat tidak seperti biasanya,tubuhnya menegang tak bisa bergerak,membuat Senja berpikir rasa apakah ini? Kenapa begitu hebat menggetarkan jantungnya?

Langit kembali lagi ke posisi semula,lalu menatap langit  bersemburat jingga dari ujung barat.

"Udah sore ayo pulang."

"I-- i-ya," Ucap Senja gugup menetralkan degupan jantungnya yang sedari tadi tak hentinya begejolak hebat.

"Kenapa lo gugup gitu? Jangan bilang kalok gue ganteng?" ujar Langit sangat percaya diri sekaligus heran melihat tingkah sahabatnya.

"Ha? Pede banget!" Sahutnya ketus.

Kemudian Langit hanya bisa tertawa mendengar jawaban Senja,lalu beralih mengambil motornya diikuti Senja dibelakangnya.

Perasaan itu tidak dapat diprediksi datangnya dan kita tidak tahu apa sebabnya.
Kita hanya bisa menduga-duga namun hati lah yang tetap menentukan apakah perasaan itu layak untuk disimpan.

                      ***

Sejauh ini,aku tidak tahu bagaimana arti cinta sesungguhnya,yang ku tahu adalah sebuah rasa dimana jantungku bergetar hebat saat menatapmu sedekat ini.

                - Senja Jingga Anjani.




Coretan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang