Prolog

15 1 0
                                    


Namaku Senja Jingga Anjani,panggil saja aku Senja. Seperti namaku,aku sangat menyukai dunia berwarna jingga dan tentunya senja di langit sana. Oh iya,kenalin nih sahabatku,namanya Langit Biru Samudera. Seperti namanya,hatinya seluas langit dan setenang samudera. Aku merasa beruntung mempunyai sahabat sepertinya. Sejak kecil aku sangat suka makan biskuit,begitu pula dengan Langit yang sangat suka kopi. Kalau bicara tentang Cita-cita,aku sampai saat ini bahkan nggak tau apa cita-citaku,tapi bukan berarti aku tidak punya mimpi. Justru aku punya banyak impian,apakah itu bisa dianggap sebagai cita-cita? Ku anggap bisa. Kau mau tau apa impianku? Jangan deh,kalau ditulis nggak akan selesai,hehe. Sebagai gantinya aku beri tahu cita-cita Langit ya. Cita-cita dia adalah menjadi seorang pilot. Keren juga ya? Dengan begitu aku akan meminta dia untuk menerbangkan impianku menjadi nyata. Kami berdua mempunyai hobi yang bisa dibilang unik. Hobiku dari dulu sampai sekarang tidak akan pernah berubah yaitu akan selalu membuat Langit merasa kesal. Dan kau mau tahu apa hobi Langit? Mari ku beri tahu,hobi Langit yaitu akan selalu menjahili Senja,menyebalkan bukan? Namun aku tak mungkin mengatakan kalau ia sepenuhnya menyebalkan,sebab Langit lah yang membuat hari-hariku kian sempurna,hidup ku menjadi lebih bewarna jika bersamanya. Dengan begitu,aku Senja menyatakan hari ini dan seterusnya akan selalu menghabiskan waktuku bersamanya,merajut mimpi,mewujudkan mimpi,dan kemudian menikmati keindahannya berdua. Langit dan Senja.

         Bandung,Februari 2017

***

Seusai menulis diary, Senja termenung. Pikirannya kembali mengingat kejadian masa kecilnya.

Senja kecil melihat seorang anak laki-laki sepantaran dengannya,kira kira sekitar umur 5 tahun-an sedang duduk di kursi taman dekat komplek. Anak laki-laki itu terlihat sangat murung,tatapannya pun kosong. Tanpa rasa ragu,Senja kecil menghampirinya,lalu duduk disebelah anak laki-laki itu. Senja kecil memperkenalkan dirinya,meskipun anak laki-laki itu tidak menanggapinya. Tetapi Senja kecil tak berhenti mengajaknya bicara.

Coretan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang