"Mereka terhubung, bukan karna Eros. Namun lebih dari itu."
.
.
.
"Maaf tuanku, para raksasa membuat masalah lagi. Mereka mengamuk hingga salah satu pintu menuju bumi terbuka."
Hades, sang dewa dunia bawah itu menghela nafas keras. Mengernyit pada anak buahnya yang membawa salah satu arwah untuk dia adili, lantas mengayunkan lengannya, memberi perintah untuk membawa si arwah pergi. Turun dari singgasananya, berjalan tegap menuju satu-satunya pintu besar yang menghubungkan dengan teras kediamannya. Di ikuti seorang anak buah yang membawa kabar tentang para raksasa.
"Sudah kau pastikan mereka tidak ada yang lepas?"
Suara Hades terdengar begitu tegas namun tenang. Membawa langkahnya keluar dari kediaman. Berjalan sepanjang sungai Acheron dengan kedua tangan yang saling bertaut di belakang tubuh.
Sang anak buah membungkuk dengan tetap mengikuti langkah Hades. "Sudah, tuanku. Tapi hamba takut jika ada yang terlewat. Di tambah pintu menuju bumi juga belum tertutup sempurna."
Hades menghentikan langkahnya. Menoleh pada sekeliling taman di seberang sungai Acheron. Terlihat begitu terawat seperti biasa.
"Sudah kau letakkan beberapa penjaga di sana?"
"Sudah, tuanku."
Hades mengangguk kecil. Terdiam lagi sejenak sebelum menghela nafas perlahan. "Bawakan kudaku. Aku akan memastikan sendiri keadaan di sekitar pintu bumi yang terbuka."
Dan tanpa menunggu perintah dua kali, sang anak buah melaksanakan tugasnya. Meninggalkan Hades di sepanjang sungai Acheron sendirian. Kembali menghela nafas, kini terdengar lebih berat dan terkesan lelah. Memejamkan matanya, mengangkat satu tangan demi memijat pangkal hidungnya karna kepalanya terasa berdenyut begitu nyeri.
"Sialan. Akan ku bakar mereka kalau membuat masalah lagi. Monster-monster itu sesekali harus di beri pelajaran."
**
Tawa renyah Demeter terdengar begitu merdu. Mengusap sisi wajah putra menawannya yang tersenyum begitu manis. Memohon agar di ijinkan keluar sore ini.
"Tapi di luar Olimpus begitu berbahaya, sayangku. Ayah tidak bisa memastikan keselamatanmu jika membiarkan mu keluar sendirian. Lembah Nysa terlalu jauh dari Olimpus."
Berdengung manja. Menangkup kedua tangan lentik ayahnya sambil menggoyangkan ke kanan dan ke kiri. Menatap penuh permohonan, mengerjap lucu dengan bibir yang melengkung tipis kebawah. Menggemaskan. Putra Demeter memang terkenal memiliki paras mempesona yang tak terenyahkan. Itu sebabnya, sang Dewa terkadang bersikap protektif pada buah hatinya. Memberikan penjagaan begitu ketat hingga suatu waktu, terasa mencekik Persephone.
"Ijinkan aku, ayah. Kali ini saja. Aku benar-benar penasaran bagaimana keindahan Lembah Nysa yang di ceritakan para Nimfa padaku. Aku tidak akan sendirian. Aku akan mengajak beberapa Nimfa bersamaku. Hmm hmm?"
Helaan nafas jengah meluncur dari bibir semerah delima milik Demeter. Memejamkan matanya sejenak, mengangguk sambil membalas genggaman tangan sang putra. Persephone berakhir dengan tertawa lucu, memeluk ayahnya begitu erat di ikuti sebuah kecupan pada pipi berisi Ayahnya.
"Aku berjanji akan baik-baik saja dan pulang dengan selamat. Ayah jangan khawatir. Sekarang ayah kembali ke Olimpus. Duduk dengan tenang sambil menikmati pemandangan permukaan Bumi. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duende
FanfictionSebuah mitologi, untuk kelahiran sosok yang di bingkai keindahan. -project reman