Fate (2)

1K 208 51
                                    

"Takdir mereka bahkan tidak akan terputus sekali pun benang merah di putus. Karna tercipta dari satu cahaya, maka bagaimana pun alurnya, akan kembali pada tempatnya."

.

.

.



























Hades kira, di senja selanjutnya—Persephone akan duduk di tempat yang sama menunggu dirinya datang. Menatap matahari dengan sepasang iris jernihnya. Tersenyum lembut merasakan usapan angin sore di wajahnya. Atau sekedar merangkai beberapa bunga yang dia kumpulkan di sekitar padang Nysa. Seperti biasanya. Iya, seperti senja-senja sebelumnya.

Namun hari ini kembali terjadi. Kenyataan menakutkan yang menghantam Hades tentang—tak dapat menemui Persephone-nya—kembali lagi.

Persephone tidak ada dimana-mana di seluruh padang Nysa. Bahkan ketika matahari sudah hampir tenggelam dengan semburat gelap yang perlahan menggulung, Persephone tidak juga datang.

Mengayunkan kaki kokohnya memutari padang Nysa yang ke sekian kalinya sore ini, demi menemukan sosok Persephone yang mungkin saja tersesat. Hades hanya berharap bahwa ketakutannya tidak lah benar. Persephone pasti menepati janjinya. Kekasihnya itu akan datang seperti apa yang pemuda itu katakan senja kemarin.

Harusnya mereka bertemu sejak tadi. Harusnya mereka sudah berbagi dekapan dengan Hades yang mencuri beberapa kecupan dari bibir merekah kekasihnya mau pun pipi yang menampakkan semburat merah menawan. Tapi tidak ada. Tidak ada dekapan hangat dari Persephone nya. Taehyung tidak datang menemuinya di padang Nysa seperti janjinya kemarin. Taehyung tidak ada di mana-mana.

Mengusak rambut legamnya kebelakang dengan bibir bawah yang di gigit resah. Alis tebalnya menukik tajam. Sekali lagi mengedarkan pandangannya, berharap—sungguh-sungguh dia berharap—Persephone akan berlari padanya di tengah padang Nysa meski pun hanya memberi satu dua kecupan dan pelukan hangat yang sebentar. Namun sayang, itu hanya sebuah harapan.

Sang dewa dunia bawah tengah merindu, dan dia benar-benar tak ingin jika apa yang Taehyung katakan dalam mimpinya semalam akan menjadi sebuah ketakutan dan mimpi buruk terpanjang selama hidupnya. Tidak, Hades tidak ingin itu terjadi.

Apapun yang terjadi. Siapapun lawannya—

"—Persephone akan tetap menjadi milikku. Taehyung, milikku."

'Jungkook, jangan bersedih jika aku tidak datang.. Kau tahu kan, aku mencintaimu. Jangan bersedih sayang. Jika takdir itu milik kita, bagaimana pun caranya, aku pasti kembali padamu.'

**








"Jungkook, kau gila?!"

Ares menghela nafas, menyisir rambut hitamnya kebelakang dengan jemari kokohnya lantas melangkah mendekat pada sang kawan. Menarik sisi lengan berotot milik Hades yang tengah sibuk menyiapkan pedangnya untuk rencana menyerang Olimpus.

Sang dewa tengah kehilangan kewarasannya. Sudah satu minggu sejak terakhir kali dirinya bertatap muka dengan Persephone, mencoba mengirimkan puluhan merpati dengan kertas gulungan di kaki mereka, namun satu pun—tidak ada yang kembali pada Hades mengirimkan pesan balasan dari Persephone.

Hades tidak tahu dimana Persephone nya berada. Demeter terlampau pintar menyembunyikan Taehyung darinya. Bahkan ketika semalam Hades mencoba menerobos masuk kediaman Demeter untuk menculik Taehyung, rumah besar Dewa itu sudah kosong. Hanya tersisa dua patung besar sebagai penjaga di pintu gerbangnya. Seakan benar-benar sengaja menghindarkan Persephone darinya.

DuendeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang