"Sudah siap?"
Suara lembut Seokjin menggema mengelilingi ruangan dengan pilar-pilar tinggi yang menyangga. Sayap-sayapnya yang bercahaya terang secara bertahap meredup sebelum menghilang dengan kerlipan indah saat ia menghendakinya, terutama saat dirinya berada dalam istana emas nan megah yang berada di Timur dataran tinggi yang terbentang luas.
Tanpa pernah lelah Seokjin melintasi angkasa dari Timur ke Barat sambil menghalau bintang-bintang memasuki Sungai Ocean, kecuali rasi Ursa Mayor dan Minor yang tak pernah tenggelam dan terbit di ufuk saat fajar menyingsing maupun senja menjelang-seolah rasi ini terlalu abadi untuk disingkirkan, dan Seokjin paham bahwa ia tak perlu menghalaunya.
Dalam menjalankan tugasnya di sepanjang fajar benderang, Seokjin tak pernah lupa untuk membawa sekendi air dingin dalam perjalanannya guna memercikkan air tersebut ke atas permukaan rerumputan, dedaunan, dan bunga-bunga sebagai embun pagi yang berkilauan.
Itulah yang selama ini Seokjin lakukan dalam memakmurkan dunia-kesejahteraan manusia, dan seperti itulah ia menghabiskan seumur hidupnya sebagai Dewi Fajar-Sang Aurora. Sesosok wanita jelita, rambutnya tergerai keemasan dengan jari-jari yang kemerah-merahan bak mawar. Sosoknya yang anggun makin nampak menawan dengan sayap-sayapnya yang berkilauan terang begitu pagi menjelang.
Setiap kali ia sampai di istananya, Seokjin pasti akan menemukan sang adik yang cantiknya luar biasa menunggu dengan sabar hanya untuk menyaksikan pergantian sore dan malam yang kelam. Seokjin mengakuinya sepenuh hati, adiknya itu dari hari ke hari makin cantik dan meranum. Entah apa yang terjadi, hanya saja Seokjin penasaran dengan sinar wajah sang adik yang nampak bening dan sejuk saja. Maka dengan hati yang tenang Seokjin kembali menyapa sang adik yang kini tengah mengelus bulu putih rusa-rusanya bergantian dengan penuh kasih sayang.
"Sudah siap, Taehyung?" Tanyanya sembari mengusap pipi adiknya itu yang halusnya bagai bayi yang baru lahir bebera detik. "Kau begitu jelita malam ini, sayang. Apa yang menyenangkan hatimu?"
Taehyung tersipu, "Tidak ada apa-apa, Kakak," senyumnya terkulum manis dengan malu-malu. Ada seberkas rona tipis di tulang pipinya yang tinggi, Seokjin terkekeh melihat tingkah sang adik yang menggemaskan. "Sudah," jawabnya kalem. Taehyung bangkit berdiri, dan gerakannya itu menyebabkan jubahnya yang putih transparan bak cahaya melambai ringan. Ada mahkota sabit yang tersemat di ubun-ubun bersurai biru gelapnya, tangannya yang lentik bergerak untuk mengusapnya sekilas sebelum memejamkan mata-menyembunyikan kedua permata safirnya yang bening, dan detik kemudian selembar tudung sutra yang bersinar melambai dan melingkupi seluruh surainya yang bergelombang. "Kakak, aku pergi dulu ya?"
Seokjin tersenyum menanggapi. Ia memerhatikan sang adik yang mulai menaiki kereta terbangnya yang dikendarai delapan enam ekor rusa. "Semoga perjalananmu menyenangkan, Taehyung!"
Gerakan Taehyung sangatlah luwes saat membalikkan separuh tubuhnya hanya untuk membalas lambaian tangan Seokjin yang tertuju padanya. Tarikan bibir merah muda Taehyung tersungging dengan cantik, lalu ia kembali menatap ke depan sembari berseru ringan pada rusa-rusanya yang sudah siap untuk mengepakkan sayap.
"Terbanglah wahai rusa-rusaku, bawa aku mengelilingi langit malam, membangunkan bintang-bintang, menerangi jagad sebagai rembulan yang megah."
Dan saat ketukan kaki-kaki rusa itu mengepak tanah istana emasnya, disertai gerbang megah terbuka dengan pasti, tepat saat roda kereta yang dinaikinya melayang mengarungi udara, disanalah bintang-bintang mulai berkerlipan di tengah hamparan senja yang perlahan lenyap.
Ya, dialah Kim Taehyung.
Dewi malam yang cantik jelita.
Dewi malam yang membagikan cahaya terang keperakan dengan suka-cita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duende
FanfictionSebuah mitologi, untuk kelahiran sosok yang di bingkai keindahan. -project reman