Selama persahabatan mereka terjalin, untuk pertama kalinya Irene menampar pipi Chanyeol kemudian memprotes bahwa pengakuan yang tadi itu seharusnya tidak perlu terjadi. Dengan kasar Irene menyeret Chanyeol keluar dari apartemen, memberi serentetan kalimat yang menyakitkan bahwa Chanyeol saja tidak becus mengurus hubungan asmaranya dengan Gayoung, kenapa dia malah terlalu ikut campur dengan masalah orang lain.
"Kau menamparku selagi aku ingin membantumu, kau benar-benar setega itu?" Chanyeol mengusap pipinya yang memerah, matanya menatap nanar tidak percaya selagi dia tetap bertahan pada satu opini yang menurutnya benar.
"Tapi kau merusak semua rencanaku, tahu tidak?"
"Itu bukan rencana, tapi kau sedang mendorong dirimu pada masalah besar!"
"Chan, kau kan tahu-"
"Jangan memanggil namaku lagi jika kau menganggapku sudah bertindak salah dengan hidupmu!"
"Hey, kau mau kemana? Kita belum selesai bicara!"
Teriakan Irene tidak membuat Chanyeol berhenti melangkah menjauh dan masuk ke dalam mobilnya dengan kekesalan yang sedikitpun tidak berkurang. Chanyeol sempat menoleh ke arah Irene, memberinya tatapan kecewa sekaligus menyesal. Tapi rasa seperti itupun belum cukup untuk membuatnya meminta maaf atau apa.
Pada dasarnya Chanyeol memang tidak mau melihat hidup Irene menderita di masa depan. Rasa sayang sebagai sahabat yang dia pikir itu tulus, ternyata tidak berarti apa-apa. Chanyeol tahu jika mungkin Irene sudah salah paham menilainya. Hanya saja, Chanyeol tetap tidak suka dengan keegoisan Irene dalam memilih masa depan.
Pria itu melajukan mobilnya perlahan selagi satu tangannya menempelkan ponsel ke sisi telinga. Orang yang dia telepon adalah Kai lalu Chanyeol mengatakan semuanya mengenai kejadian beberapa menit yang lalu.
[Apa? Kau memukulinya? Kau membuat pengakuan padanya] suara Kai terdengar tidak percaya.
"Aku hanya tidak terima melihat hidup Sehun terlihat sangat santai. Dia yang menusuknya kenapa kau dan aku yang malah khawatir dan cemas? Kau merasa seperti itu juga kan?"
[Baguslah kalau Sehun sudah tahu. Mungkin kalau aku yang mengatakannya, sekarang aku sudah dilempar Irene ke liang kubur]
"Intinya aku jengkel dengan Irene. Jadi kalau nanti dia mengadu padamu, apa kau mau membelaku? Maksudku, kau memihak padaku kan?"
[Ehm...sepertinya tidak juga sih]
"Sialan!" Chanyeol mengumpat kesal.
Percuma saja dia menceritakannya pada Kai kalau pria itu juga tidak mendukung aksinya. Padahal setahu Chanyeol, Kai juga sama sekali tidak menyukai ide gila Irene dan beberapa kali mengeluhkan hal itu pada Chanyeol.
Di sisi lain,
Sehun tengah berdiri di depan wastafel membersihkan darah dari sudut bibirnya yang terluka ketika Irene datang dan hanya terdiam di ambang pintu. Pria itu menghela nafas kasar berulang kali sebelum akhirnya memutar badan karena dia tahu Irene sejak tadi sedang memperhatikan.
"Biar kuobati lukamu."
Sehun tidak mau menjawab ketika Irene berjalan menyeberangi ruangan. Dia mondar-mandir mencari dimana keberadaan kotak obat yang Sehun simpan dan setelah mendapatkannya, wanita itu menarik Sehun untuk duduk berhadapan di sofa.
"Chan memang orang yang seperti itu, tapi bukan berarti dia jahat. Dia juga tidak benar-benar membencimu," sambil bergumam macam-macam, satu tangan Irene sibuk mengaplikasikan obat oles pada luka Sehun. "Yang dikatakannya tadi benar, tapi aku sama sekali sedang tidak meminta apapun pertanggungjawaban darimu. Sungguh, ini murni keinginanku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Between
FanfictionMemiliki anak tanpa menikah, itulah yang diinginkan Irene-wanita berusia 32 tahun yang lebih menyukai kebebasan. Dia pikir, menikah adalah hal yang paling merepotkan dan yang dia tahu, pernikahan merupakan suatu ajang penderitaan. Jadi siapakah ke-3...