Aliran darah di seluruh tubuh Irene seakan berhenti mendapati Sehun sudah berdiri tepat di dihadapannya, menatap Irene terkejut sekaligus menilai. Irene tidak berharap dia akan bertemu Sehun dalam situasi seperti ini, membuatnya mirip maling yang tertangkap basah dan tidak ada yang bisa Irene lakukan selain mematung selama beberapa detik ke depan. Sekedar untuk menggerakkan kakinya saja rasanya itu cukup sulit sementara otaknya terus berputar mencari-cari alasan kalau sampai Sehun bertanya tentang kejadian beberapa waktu lalu mengenai dirinya bersama Kai.
Sehun juga tidak berniat untuk menggeser tubuhnya seperti meminta penjelasan kenapa akhir-akhir ini Irene terus menghindarinya. Bukan Sehun tidak tahu, bahkan beberapa kali pria itu memergoki Irene sedang berjalan cepat menuju tangga darurat, selalu mencari jalan lain agar mereka tidak bertemu. Sehun jelas merasa aneh dan dia jadi berpikir apanya yang salah sampai wanita itu tidak mau bertemu dengannya?
"H-hai...," akhirnya sebuah sapaan lirih meluncur dari mulut Irene dibarengi cengiran paksa.
"Hai," Sehun membalas santai.
Tapi sampai hitungan ke sekian detik, keduanya kembali hanya saling menatap canggung. Saat Irene mencoba bergeser ke kanan, Sehun mengikutinya, saat Irene bergeser ke kiri, pergerakan itu dibarengi oleh Sehun ke arah yang sama dan berujung keduanya tetap dalam posisi saling berhadapan.
"Hai...," sapa Irene sekali lagi, merasa bodoh kenapa hanya kata itu yang bisa dia ucapkan. Jantungnya terus bergedup kencang saat jemarinya sibuk meremas-remas tepian celana training olahraganya.
"Hai...," kali ini Sehun merespon sementara satu matanya menyipit, aneh saja melihat gelagat Irene yang tidak seperti biasanya.
Mencoba bersikap lebih santai dan berpura-pura tidak pernah ada yang terjadi, Irene menciptakan lengkungan manis di bibir. Tapi sapaan 'hai' terucap lagi untuk ketiga kalinya. Irene bersumpah ingin memelintir bibirnya sendiri, kenapa justru itu-itu saja yang dia katakan sejak tadi. Irene yakin dia tidak mabuk selepas berlatih tinju bersama Chanyeol. Atau mungkin ketololannya ini adalah efek dari ciuman mereka yang terjadi sekitar lima menit lalu? Ah sial, Irene mendadak menyesal menerima ciuman dari pria yang sudah memiliki pacar.
"Sepertinya kau habis berolahraga."
"Oh iya aku memang sering olahraga berdua dengan Chanyeol mencari keringat...," Irene langsung menutup mata dalam, entah kenapa kalimat yang baru saja dia ucap terkesan memberi peluang orang lain untuk bertanya, olahraga macam apa yang dilakukan antara wanita dengan pria, berdua? Kenapa juga Irene harus membawa-bawa nama Chanyeol sih? Benar-benar bodoh.
"Menjaga kesehatan memang penting, itu bagus," tidak mau berkomentar panjang, Sehun tahu teman yang kerap berkunjung ke apartemen Irene nyaris hanya Kai dan Chanyeol. Jadi kalau wanita itu terlihat bepergian dengan keduanya, bukan merupakan satu hal yang memang harus Sehun curigai lebih jauh. Irene juga memberitahu bahwa keduanya hanya sebatas teman.
Irene sendiri merasa lega karena Sehun tidak membahas apa yang selama ini Irene pikirkan. Kenapa dia tidak menyadari bahwa Sehun adalah seorang pemuda yang baik, yang seharusnya tidak ikut campur dengan urusan orang lain? Tidak seharusnya juga Irene bersikap seperti pecundang yang berjalan mengendap-endap sementara orang yang dia hindari sama sekali tidak peduli.
"Kau mau pergi?" tanya Irene setelah melihat Sehun berpakaian rapi, ciri khas anak muda yang mengenakan skinny jeans dan balutan kaos di dalam jaket kulit hitamnya.
"Aku baru saja kembali dari pemotretan tapi aku lapar dan aku lupa bahan makanan di kulkas sudah habis," mengedikan bahunya kecil, Sehun berkata rendah bermaksud ingin menuju ke mini market untuk berbelanja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Fiksi PenggemarMemiliki anak tanpa menikah, itulah yang diinginkan Irene-wanita berusia 32 tahun yang lebih menyukai kebebasan. Dia pikir, menikah adalah hal yang paling merepotkan dan yang dia tahu, pernikahan merupakan suatu ajang penderitaan. Jadi siapakah ke-3...