CHAPTER 5

28 3 1
                                    

Masih di tempat yang sama. Goa yang terdapat telaga jernih tepat di distrik bawah tanah.

"Hentikan!" Aura berteriak keluar dari semak-semak karena melihat Zein sudah termakan oleh amarahnya sendiri. Bersamaan dengan pecahnya kristal Zein tadi, membuat kedua tubuh rekan Eros terjatuh sudah tak bernyawa, untuk pertama kalinya Zein membunuh manusia dalam hidupnya.

Entah apa yang sekarang merasuki Zein hingga berbuat nekat seperti ini. Dia tetap tak menghiraukan teriakan Aura dari belakang dan terus berjalan ke arah Eros dengan serpihan kristal tajam yang siap menancap di tubuh Eros. Anehnya Eros hanya melihat saja tanpa melakukan perlawanan lagi, apa dia takut?, dirasakan tubunya mulai berkeringat serta kedua telapak tangannya mulai basah. Tak mungkin Eros takut dengan elf kecil seperti Zein.

Aura melihat kakek Zein dengan tatapan yang mengisyaratkan untuk segera menghentikan cucunya sebelum ia melukai Eros dengan kristalnya. Kakeknya mengangguk faham dan segera mungkin ia memusatkan, menarik, dan memadukan energi alam, tidak seperti Zein.

Kakeknya lebih handal menggunakan elemen Kristal hanya dengan perintah otak tanpa harus bergaya dengan mempersatukan kedua telapak tangan seperti yang di lakukan Zein beberapa waktu lalu. Sadar akan dirinya sudah tak muda lagi ia memilih tidak terlalu banyak bergerak agar pinggangnya tak kambuh lagi.

Kristal kakeknya sudah membeku ke kaki Zein, merambat naik hingga mata kaki. Akibatnya Zein terjungkal ke depan dengan kedua lulutnya mencium tanah sangat keras. Begitu menyakitkan. "Kakek!" pekiknya sambil menoleh ke arah kakeknya.

Bukannya minta maaf kakek Zein malah cengengesan sambil menggaruk-garuk rambut yang tak dirasa gatal. Ia tau pasti cucunya sedang memaki-maki kejahilannya ini.

"Jangan gegabah, ini salah satu pelajaran untukmu!" dengan perlahan langkah kakinya menghampiri Zein yang masih berlutut di tanah akibat penahanan darinya. Menjongkok dan memegang bahu Zein, "kamu sudah semakin kuat, kakek bangga!" ucapnya pelan hingga membuat Zein sadar kalau ia mulai merasa di permainkan oleh manusia di sekitarnya ini. Dilihat Eros yang masih berdiri di sana yang tak jauh dari mereka, menatap kearah cucu dan kakek yang sangat akrab, hal ini membuatnya sedikit iri pada Zein.

Karena di usianya seperti ini pun ia tak pernah mendapat kasih sayang orang terdekatnya jangan kan dekat orang tuanya pun tak pernah mengasikan senyuman padanya. Entah dosa apa yang telah di buat Eros hingga seisi dunia ini memusuhinya. Bahkan sampai sekarang, kalau bukan karena tekatnya untuk kuat mungkin ia tak akan pernah di akui keberadaanya. Sungguh miris sekali dunia ini yang terlalu pandang bulu. 

"Ada apa ini sebenarnya, tolong jelaskan padaku!" Benar ada yang di sembunyikan oleh mereka tapi apa?. Kakek Zein menyentuh pergelangan kaki cucunya yang terselimut kristal dan pecah. Iya, pecah. Hanya dengan sentuhan saja pecah menjadi debu kristal beterbangan dan kini Zein terduduk lemas. "Ini adalah bagian rencana Zein dan kau hampir membunuh Eros dengan kristalmu" Zein menoleh ke arah laki-laki berkulit hitam itu. Ternyata namanya Eros.

Putri Aura mendekat, Eros mendekat dan semuanya mendekat membuat Zein semaking bingung. Seolah ia kemari sudah terencana oleh mereka, pertarungan, bersembunyi di semak-semak sudah di rencanakan bahkan percakapan melalui gerbang pikiran Zein dan Aura sudah di rencanakan pula. Kenapa iini semua membingungkan untuk Zein.
"Zein maaf, kami mempermainkanmu. ini semua adalah rencara ku" Aura membuat pengakuan dan sesekali menunduk menghindari tatapan mata Zein.

"Aku sudah membunuh mereka, apa ini juga bagain dari rencana konyolmu, Aura?!" tatapan Zein marah, seenaknya mempermainkan alur cerita hingga membuatnya berputar kebingungan. Zein tak suka dengan semua ini, akibatnya Zein telah menodai tanganya demi melindungi kakek dan putri Aurora. Bukan menyesal melindungi tapi menyesal telah membunuh karena ini kali pertama untuk Zein jadi wajar saja kini jantungnya berdeguk sangat kencang karena sebuah peristiwa yang belum pernah sama sekali Zein lakukan.

ElfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang