CHAPTER 8

35 3 2
                                    

"Hahahaha!" sunggingan senyum iblis ia tampakkan begitu jelas serta, sorot mata dengan warna iris merah darah itu seakan menusuk semua orang yang ia lihat. Termasuk itu Zein.
Tak pernah memperdulikan tatapan itu, yang dalam pikirannya hanya satu. Gadis masa kecilnya kini dalam bahaya.

Benar, gadis itu adalah Karli, yang sekarang berada dalam cengkraman laki-laki iblis seperti Torra. Entah manusia dari mana ia tercipta, yang jelas kekuatannya melebihi 10 orang laki-laki dewasa. Semua orang tau, kini didalam goa distrik bawah tanah sudahlah kacau dengan datangnya Torra tanpa diduga-duga. Manusia inilah ancaman nyata bagi revolusi bumi dan bahkan untuk persatuan dua kaum ini. Torra memang kuat namun Zein lebih satu langkah dari kekuatanya. Yaitu cerdik.

Ia memanfaatkan gerbang pikiranya dan putri Aura yang masihlah terhubung diantara jembatan pikiran mereka masing-masing, untuk berkomunikasi dengan putri Aura yang berada dibelakang kakeknya. Gerbang pikiran Zein dan putri Aura memang belum tertutup, bahkan disini Aura lupa akan gerbang pikiran yang masihlah terbuka.

" Putri Aura, aku membutuhkanmu dan elemen apimu. Tapi nanti saat aku menyuruhmu, maka saat itu juga kau gunakan elemenmu semaksimal mungkin. Tapi tidak untuk memaksakan diri, apa kau mengerti putri?" Aura mengerti. Disinilah rencana yang mungkin bisa berhasil atau malah sebaliknya. Tapi tak apa, tak ada salahnya dicoba. Karena sebelum mencoba semua orang tak akan pernah bisa mengetahui takdir yang tersembunyi darinya. Maka dari itu, berjuanglah sebelum mati.

Gadis itu selalu merintih menahan cekikan dari tangan Torra, disertai energi yang terus mengalir dan terhisap paksa oleh tangan dengan cahaya ungu tersebut. Yang dimana cahaya itu semakin tebal jika bertemu dengan energi tubuh makhluk hidup.

"Si.. al, cahaya apa ini sebenarnya?"

Semua perlawanannya melemah. Sekarang ia hanya bisa pasrah, pasrah bahwa hari ini hari terakhir nafasnya menikmati oksigen.

"KARLI!" anak tukang kayu itu nekat dengan tangan kosongnya. Dia juga tau kalau dia bukanlah tandingan Torra, tetapi ada dorongan tersendiri dari diri Jean untuk membantu Karli. Jean berlari sekuat tenaga dan saat ia ingin melayangkan tinjunya, Brukkk suatu hal yang tidak diduganya ia ambruk akibat satu kali tendangan keras dari Torra. "uhuk.. uhukk" Jean ambruk dengan posisi tengkurap dibawah kaki Torra, terkesan seperti berlutut dipandangannya.

"Sttthh!!" rasa sakit akibat tendangan keras tepat di bagian tulang keringnya, di tambah injakan kaki dipunggungnya sangat mempersulitkan pergerakanya sekarang. Seluruh tubuhnya sudah menempel ditanah bahkan, waktu ia mencoba bangkit, tekanan kaki Torra semakin mendalam diatas punggungnya dan sekarang Jean sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Bahkan otaknya ingin melawan namun kerjasama antar tubuhnya tak merespon sama sekali.

"Kau ini memang iblis!. Dihadapan Raja seolah kau adalah orang yang suci dan satu-satunya orang yang dipercayainya, Tapi apa? kau menghianatinya!" hardik Eros dengan berusaha bangkit dari jatuhnya.

"Jangan lupa, kau juga sama denganku. Kaki tangan pengihinat!, cuih" Torra meludah sembarangan, "aku akan membinasakan kalian semua dan menguasai dua umat hina ini!." Perkataannya semakin menjadi-jadi, bahkam terdengar menyeramkan ditelinga semua orang yang mendengarnya. Ia lupa bahwa ia juga bagian dari umat yang disebut hina oleh dirinya sendiri. Hanya karena nafsu manusia bisa menghalalkan segala cara dan bahkan nafsu inilah yang berkuasa. Seakan jiwanya kini terbelenggu tanpa meminta untuk dibebaskan oleh nafsu, dan untuk itu kita sebagai pemilik asli jiwa raga. Seharusnya kitalah yang mengendalikan nafsu bukan malah sebaliknya. Itu namanya lemah, percayalah.

ElfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang