#7 Tatapan Menyeramkan

112 27 11
                                    

Pagi-pagi sekali Adel sudah sampai disekolah, hanya untuk satu alasan yang tak lain, menyontek tugas biologi Kaira.

Bagi Adel, merepotkan sahabatnya itu telah menjadi rutinitasnya. Bahkan tidak ada hari dimana Adel tidak meminta tolong kepada Kaira. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya jika tidak ada Kaira, karena bagi Adel sendiri dirinya itu hanyalah gadis bodoh dan pemalas yang hanya bisa mengandalkan bantuan dari orang lain, semacam parasit lah.

"Del, nanti gue gak bisa jemput lo ya." Ujar Adit setelah menurunkan Adel di depan sekolah.

Adel mengerucutkan bibirnya. "Lhah terus, gue pulang naik apa?"

"Naik angkot ato nggak, nebeng si Kaira."

Adel berdecak kemudian mendengus kesal. Ini nih, ia paling malas kalau si Adit nggak bisa jemput sekolah, karena ia harus naik angkot, atau nggak nebeng Kaira. Tau sendiri kan, suasana di angkot itu kayak gimana? Panas, pengap, sumpek. Kalo nebeng Kaira sih oke oke aja si Kairanya tapi malah Adel yang merasa tidak enak karena hampir setiap hari ia sudah merepotkan Kaira.

Adel kesal dan langsung pergi dengan langkah panjang, meninggalkan Adit di depan gerbang tanpa berpamitan.

Adit mendengus sambil menggelengkan kepala, kemudian mulai melajukan motornya, pulang.

***

"Kai, pinjem biologinya dong." Adel yang baru saja datang dan meletakkan tasnya di kursi langsung berceletuk.

Kaira langsung membuka tasnya dan mengeluarkan satu buah buku tulis kemudian ia berikan kepada Adel. "Nih."

Tanpa ba-bi-bu Adel langsung menerima buku itu dan menyalin di bukunya sendiri.

Selama 10 menit, Adel telah selesai menyalin tugas biologi yang jawabannya seabrek itu. Ia meletakkan bolpennya di meja dan mengembalikkan buku Kaira.
"Nih Kai, makasiiiihh banget." Ujarnya.

Kaira mengangguk. "Iyah."

"Kai, nanti pulang sekolah lo mau pergi nggak?" Tanya Adel mengawali.

Kaira mencoba mengingat-ingat jadwalnya hari ini. "Nggak tuh, napa emang?"

"Eum, gue nanti pulang sekolah bole nebeng lo nggak? Si kampret Adit nggak bisa jemput gue."

"Ya bole lah Del, santai aja keleus biasanya juga gimana."

"Gue rada nggak enak udah sering ngrepotin elo Kai, hampir setiap hari aja gue udah minta tolong sama lo." Ujar Adel cemberut.

Kaira yang melihat ekspresi wajah Adel terkekeh geli. Tidak biasanya Adel merasa sungkan seperti ini.
"Halah, sok-sokan bilang nggak enak. Kita tuh temenan udah berapa tahun sih Del? Rumah gue juga hampir searah sama rumah lo, gamasalah juga gue."

Yah, Adel dan Kaira memang sudah berteman sudah hampir sebelas tahun. Bagaimana tidak? Dari dua tahun TK yang sama, 6 tahun SD di kelas yang sama juga, namun saat SMP mereka tidak bersekolah yang sama, karena pada saat itu Kaira melanjutkan di salah satu SMP favorit karena memang Kaira lebih pandai daripada Adel. Dan sekarang di SMA mereka kembali di pertemukan, meskipun saat kelas 10, mereka tidak bisa satu kelas.

"Tapi beneran gapapa kan Kai?" Tanya Adel ragu.

"Ck. Gapapa Adelyn." Kaira memukul pelan pundak Adel, yang membuat gadis itu tersenyum haru.

"Tumben banget abang lo nggak bisa jemput, biasanya kemana-mana pergi berdua kayak orang pacaran."

Adel mendengus seraya mengalihkan matanya malas. "Palingan dia jalan sama pacarnya, kak Mita."

Kaira kembali terkekeh.

***

Bel pulang sekolah berbunyi pada pukul 11.00, karena ini hari Jumat. Hari jumat memang pulang lebih awal dari hari hari lain. Hari ini juga merupakan hari terakhir berangkat sekolah dalam satu minggu karena selain hari minggu hari sabtu juga libur.

Adel mengikuti Kaira di belakangnya menuju parkiran motor siswa.

"Adel!" Suara itu refleks membuat Adel menoleh ke sumber suara, di belakangnya. Ia mendapati Kevin yang tengah berdiri setelah memanggil namanya. Adel sedikit terkejut karena tiba-tiba saja Kevin memanggil namanya dan menghampirinya. Siapa sih cewe yang nggak kaget plus deg-degan saat si gebetan manggil nama. Kalo ada pasti si cewek itu nggak normal.

"Eh, napa Vin?" Tanya Adel dengan suara yang lembut.

"Nih, kotak makan lo udah gue cuci. Sandwich nya enak. Makasih ya." Kevin menyerahkan kotak makan yang sudah ditaruh ke dalam papper bag kecil itu kepada Adel.

Adel langsung kelabakan. "Gue masih amatiran masak kok." Ia mengambil papper bag itu dengan pelan.

Kevin tersenyum tipis. "Thanks ya sekali lagi."

"Eh iya, sama-sama" ujar Adel dengan suara yang lembut, nyaris tak terdengar.

Kaira yang tengah berada di dekat motor terkikik geli melihat ekspresi dan tingkah Adel saat berada di depan Kevin. Biasanya saja ia menjadi cewek brutal, dan sekarang malah seolah-olah ia menjadi seoarang bidadari yang lemah lembut.

Setelah sosok Kevin hilang dari pandangannya, Adel berbalik arah, masih dengan senyuman merekahnya. Rasanya memang seperti terbang sih. Jadi biarkan saja Adel menikmati khayalannya sejenak.

"Napa lo senyum-senyum sendiri gitu? Udah gila lo ya?" Selidik Kaira setelah Adel berjalan mendekatinya sambil senyum-senyum sendiri.

Adel menggigit tali papper bag yang di genggamnya dengan tidak sadar. "Iya Kai gue gila. Gue udah gila karna Kevin." Ujarnya ngelantur.

Kaira menggelengkan kepalanya dan bergidik ngeri. Melihat kelakuan Adel ia jadi sadar akan satu hal. Cinta memang membuat orang menjadi gila. Selain itu cinta juga membuat seorang Adelyn, gadis cuek bin introvert menjadi seperti sekarang ini, gila.

"Del, lo mau gigit tali papper bag nya sampe kenyang? Gamau pulang lo?" Teriak Kaira setelah memakai helm dan mulai menghidupkan mesin motornya.

Adel tersadar kemudian menggigit bibir nya karena di sekelilingnya sudah banyak oranng. Bahkan tidak sedikit juga yang berpikiran aneh tentangnya.

Disaat ingin membalikkan badannya, tatapannya bertemu dengan sosok pria yang menatapnya diatas motor berwarna biru dominan hitam dengan helm yang sudah menutupi kepalanya, namun sorot matanya masih terlihat jelas bahwa ia sedang merasa kesal.

Adel menyernyit heran setelah motor dan pengendaranya itu meninggalkan parkir sekolah.

'Si Yasa kenapa sih? Tatapannya serem gitu?'

****
Hi! I'm back yuhuu-,-
Vote comment nya oyy
Tq.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang