"ADIT! BANGUN GAK LO?! ANTER GUE KE SEKOLAH CEPETAN, NTAR GUE TELAT!" Suara nyaring itu menggema di seluruh sudut ruangan, siapa lagi kalau bukan suara Adel.
"Apaan sih Del? Bangunin gue pagi-pagi gini, masih ngantuk gue," Seorang pria bertubuh jangkung masih menggeliat di atas kasur dengan selimut yang masih menutupi seluruh tubuhnya.
"ANTER GUE KE SEKOLAH!" teriak Adel masih dengan suara cemprengnya.
"Gamau ah, naik sepeda sana," Pria yang baru saja di panggil Adit itu kembali menutup matanya, hendak melanjutkan tidurnya, namun suara Adel kembali menggema, bukan memanggil Adit tetapi memanggil Luna, mamanya.
"MAMA, ADIT NGGAK MAU NGANTERIN ADEL KE SEKOLAH!" teriak Adel karena Luna yang sedang berada di dapur.
"DIT, ANTER ADEL KE SEKOLAH! KALO NGGAK MAU MAMA BAKAL POTONG UANG JAJAN KAMU SEBULAN!" Adel tersenyum penuh kemenangan setelah mendengar kalimat yang Luna lontarkan karena setelahnya Adit langsung bangun dan membuka matanya.
"Iya Ma, Adit anter Adel sekarang,"
Adel terkikik pelan melihat kelakuan kakak laki-laki nya itu.
"Apa lo cengar-cengir?""Wlee, cepet bangun lo dit. Anter gue ke sekolah, awas kalo gue sampe telat," ancam Adel dengan mata dibuat menyipit.
"Lo tuh jadi Adek nggak ada sopan-sopannya ya sama Kakak sendiri. panggil kakak kek, ato minta tolong gitu,"
"Kakak? Muka lo nggak pantes buat di panggil kakak. Kalo Abang? Lo bukan tukang bakso apalagi tukang ojek."
"Yaudah panggil gue Mas aja"
"Sori ya, panggilan mas hanya buat suami gue kelak. Jadi lo nggak usah ngarep gue panggil gitu," ucap Adel sarkatis, jangan heran dengan kelakuan mereka karena usia Adit dan Adel hanya terpaut dua tahun.
"Suami-suami jidat lo bengkak, sekolah aja belum lulus udah mikir suami lo," Adit menoyor pelan kepala Adel yang langsung di balas dengan pelototan tajamnya.
"Serah gue dong,"
"Yaudah gue juga gak mau nganterin lo, berangkat sendiri sana,"
"Kok gitu sih, gue bilangin ke mama nih, MA—" Belum sempat Adel melanjutkan kalimatnya, tangan besar Adit sudah membekap mulut Adel yang membuat gadis itu semakin memberontak.
"Brisik lo. Oke oke gue anterin,"
Adel tersenyum licik setelah Adit berlalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
***
Adel turun dari motor sport hitam yang baru saja mengantarnya menuju sekolah, baru saja akan melangkah menuju gerbang Adit sudah terlebih dahulu memanggilnya.
"Del!"
"Apaan?" tanya Adel menengok kembali dengan malas-malasan.
"Nih," Adit menyodorkan selembar uang dua puluh ribu kepada Adel, yang sekejap membuat mata gadis itu berbinar.
"Eh? Ini buat gue?"
"Bukan lah, enak aja."
"Trus?"
"Nanti pulang sekolah gue nitip cilok sepuluh rebu, yang kecil-kecil aja pake saus kecap,"
"Terus sisanya buat gue?" tanya Adel dengan percaya diri.
"Nggak lah, sisanya buat beli Es Doger. Kalo masih ada kembalian baru buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Ficção AdolescenteCover by @prlstuvwxyz Yang aku tahu, aku selalu mengagumimu meski ku mengerti engkau tak akan pernah tahu akan keberadaanku, yang sangat kecil bagimu. -your secret admirer- Happy reading for all readers:)