Kepala Reva pusing. Ia mulai membuka matanya perlahan. Disampingnya ada mama dan kakaknya yang terlihat khawatir.
"Ma." Panggil Reva lemah.
"Kamu udah bangun Va?" Tanya Andini penuh kekhawatiran.
"Ma, Reva mimpi buruk tadi." Adu reva sambil memeluk mamanya.
"Masa Reva mimpi papa masih hidup." Ia masih setengah sadar.
"Papa mirip banget sama Reza ma, cuman keliatan tua." Lanjutnya.
Mata Andini mulai berair mendengar putri kecilnya itu mengoceh.
"Itu bukan mimpi Va" ucap Reza tiba tiba memotong bualan adiknya itu.
Reva langsung melepas pelukannya dan menatap Reza bingung. Ia kira Reza bercanda, tapi wajahnya terlalu serius untuk dianggap bercanda.
"Maksud lo?"tanyanya benar benar bingung.
"Mama keluar aja, biar Reza yang jelasin" pinta Reza pada Andini. Ia tahu Andini akan menagis kalau menceritakannya.
Andini hanya bisa menganguk dan berjalan keluar.
Reva yang baru sadar dia bukan di rumahnya mulai merasa gelisah. Cat dan hiasannya persis yang dimimpi. Oiya, itu bukan mimpi.
Badannya mulai kaku lagi.
Nggak. Nggak mungkin!
"Va," panggil Reza.
Reva langsung berbalik badan. Ia tak ingin melihat Reza saat ini. Reza jga sangat mengerti perasaannya saat ini. Shock? Pastinya. Sedih? Senang? Hanya Tuhan dan Revalah yang tau.
"Itu bukan mimpi?" Tanya Reva sangat pelan setelah beberapa menit terdiam.
Reza hanya bisa menghela nafas melihat adiknya. "Iya, bukan mimpi." Jawab Reza jelas.
"Papa masih hidup?" Tanyanya lagi. Kali ini suaranya bergetar, badannyapun juga.
Ia menangis.
"Va..." Panggil Reza khawatir.
"Apa lu tau?" Tanyanya lagi. Isakan tangisan Reva terdengar jelas.
Reza hanya diam.
"Apa lu tau papa masih hidup selama ini?!" Tanya reva sekali lagi. Kali ini ia berteriak. Ia menatap Reza penuh amarah.
"Nggak." Jawab reza singkat.
"Jadi ini maksudnya apa?! Kepala gue pusing tau nggak?!" Ia menatap Reza meminta penjelasan. Wajahnya penuh dengan air mata. Tubuhnya benar benar shock.
Reza langsung memeluk adiknya erat erat.
"Gue tau lu shock, tapi dengerin dulu penjelasan gue. Gue nggak suka adik kesayangan gue nangis kayak gini." Ucap Reza.
Reva balas memeluk kakanya itu. Ia butuh sandaran. Ia juga butuh penjelasan. Ia butuh waktu.
Reza mengelus puncak kepala Reva agar dia bisa tenang. Ia harus tenang agar bisa mencerna semua cerita ini.
***
"Udah mendingan?" Tanya Reza sambil menghapus bekas tangisan Reva.
Reva mengangguk.
"Jelasin." Ucap Reva menatap kakaknya menunggu jawaban.
Reza duduk didepan adiknya.
"Gue nggak tau mau mulai dari mana, tapi satu yang lu harus tau. Dunia kita nggak bakal berubah setelah ini." Ucap Reza dengan yakin.
Reva menatap kakaknya ragu, tapi ia harus percaya padanya. Ia mengangguk sekali lagi dengan senyuman tipis. Ia siap mendengar penjelasan Reza.
Reza mengambil nafas dalam dalam sebelum menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
"Dulu temen mama memfitnah mama. Katanya mama dituduh berselingkuh dengan laki laki selain papa." Buka Reza dengan penjelasannya.
"Dan pap- bukan, laki laki itu percaya aja?!" Tanya Reva sedikit emosi. Ia bahkan sudah tak sudi memanggil lelaki itu papa.
"Dengerin gue dulu Va..." Pinta Reza untuk menenangkan adiknya.
"Lanjutin."
"Awalnya papa nggak percaya, tapi temen mama, tante Liana ngejebak papa. Dia nunjukin foto mama tidur sama laki laki lain. Tapi yang papa nggak tau, foto itu cuman editan." Jelas Reza.
Hanya mendegar sepengal cerita dari hidup mamanya hati Reva serasa mau hancur.
"Disaat tuduhan itu muncul, disaat itu pula kita ada. Karna tuduhan yang besar, papa nggak percaya bahwa kita ini anaknya."
Tangan Reva mengepal. Ia emosi
Laki laki jahat. Brengsek.
"Dia ngusir mama dari rumah karna terbakar emosi, tapi dia nggak bisa menceraikan mama karna kondisi mama lagi hamil. Jadi waktu kita lahir disitulah mama diceraikan."
"Papa juga nggak mau liat kita, katanya dia nggak sudi. Dia bilang," jeda Reza. Ia ragu.
"Kita anak haram"
Kali ini air mata yang tanpa Reva sadari mengalir. Tentu saja ia mengerti perasaan mamanya. Mereka sama sama perempuan.
Selama 15 tahun gue hidup, mama nggak pernah ngelirik laki laki lain. Dan mereka bilang mama selingkuh? Persetan!!
"Disaar mama fikir orang tuanya percaya, mereka ternyata juga terhasut. Mama juga dibuang sama orang tuanya. Katanya mereka malu." Reza behenti dan melirik Reva yang benar benar emosi.
"Va, kalok lu nggak kuat gak usa-"
"Terusin." Reva tau apa yang akan dibilang Reza
"Kalau lu nggak kuat gak usah gue terusin" iya Reva yakin ini yang akan Reza bilang
Gue bukan anak bayi lagi za! Pikir Reva
"Sejak mama diusir mama mulai buka usaha sendiri. Butik. Mama memang hutang sana sini, tapi mama nggak nyerah. Akhirnya mama ketemu temen lamanya, om Damar. Om Damar mau invest butik mama. Dari situ kita mulai naik lagi. Kita jadi keluarga bahagia kayak sekarang, walaupun cuman bertiga" Ungkap Reza.
"Gue tau lo marah sama mama karna ngerahasiain ini semua. Tapi ini juga demi kebaikan kita. Mama nggak mau kita minder. Lu ngerti kan Va?" Tanya Reza diakhir kalimatnya.
Ia melirik Reva yang saat ini benar benar acak acakan. Wajahnya penuh dengan air mata. Matanya merah.
"Va?" Panggil Reza khawatir.
"Gue butuh waktu sendiri." Jawabnya sambil menghapus air matanya. "Gue butuh waktu buat mencerna semuanya." Lanjutnya.
Waktu. Diperlu waktu.
Reza hanya mengangguk mengerti. Ia berjalan menuju pintu. "Kalau lu udah siap kita semua bakal nunggu dibawah." Ucap Reza terakhir kali sebelum menutup pintu.
Kita.
Maksudnya mama dan reza atau semua mahluk yang nyampakin mama?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Family
Teen Fictionkehidupan saudara kembar Reva dan Reza sangat sederhana. Mereka hidup di rumah yang sederhana, sekolah ditempat yang sederhana dan serba sederhana. Tak ada hal yang ribet dalam hidup mereka, tapi tiba tiba berubah 180° dengan kedatangan pria yang me...