Andini, Reza dan Reva sedang berada di meja makan. Andini yang sedang sibuk didapur sebenarnya sangat khawatir tentang Reva. Emosinya suka naik turun setelah tau Deandra adalah ayahnya.
"ma," panggil reva
"iya sayang?" sahut Andini dalam sekejap, ia fikir Reva tidak mau berbicarapadanya
"maafin reva ya, semalam Reva berlebihan. nggak seharusnya reva ngomong kayak gitu" ungkapnya. Jujur sebenarnya semalam setelah ia mengunggkapkan perasaannya sesungguhnya, ia merasa bersalah. Terutama pada mamanya.
Andini hanya tersenyum mengerti lalu ia mendatangi anaknya yang duduk di meja makan dengan Reza "mama juga minta maaf ya, ternyata selama ini mama yang nggak mengerti kalian." Ucapnya sambil memeluk Reva.
"mama jangan ngomong gitu. Mama itu mama terbaik yang pernah ada."ucap reva sambil membalas pelukan Andini
"ehem." Deheman Reza mampu mengalihkan perhatian Andini dan Reva.
"aku nggak dipeluk ni?" ucap Reza manja sambil mengembangkan tangannya, menandakan ia ingin dipeluk
"apaan sih lo? Ini mama gue kali" jahil reva
"begok lo. Kita kembar kalik" balas Reza sambil berlalri menuju mereka berdua untuk memeluk mereka
mereka tertawa bahagia sambil berpelukan.
what a happy life...
***
"za" panggil Reva.
Mereka berdua sekarang sedang didepan sekolah mereka, masih didalam mobil yang sudah terparkir rapi beesama mobil lainnya.
"wahhh, gilakk." Sahut reva.
Reza hanya bisa menghela nafasnya.
This is gonna a really long day. Ucapnya dalam hati.
Gerbang sekolah mereka dikerubungi oleh para wartawan yang sedang haus akan gossip "penerus Deandra cooperation." Ini pertama kalinya saudara kembar itu melihat langsung bagaimana wartawan mengambil gossip-gosip murahan dan pasti akan menambahkan msg didalamnya.
Dan tentunya si kembar tau pasti siapa yang mereka tunggu
"kita cabut za" saran Reva. Ia masih bengong melihat wartawan-wartawan itu. Mungkin ada 40puluhan wartawan yang berada digerbang sekolah mereka saat ini.
"nggak mungkin. Ini hari kedua sekolah va. Bisa bisa kena masalah kita." Ucap Reza sambil berfikir bagaimana ia melewati kerumunan wartawan itu.
"jadi gimana dong? Gue yakin, the moment we open this door, kita bakal jadi kayak gula yang digerogoti semut." Rengek Reva.
"gue jugak lagi mikir kalik. Sabaran dikit dong ahh" Rengek Reza balik dengan sedikit dikemayukan yang membuat Reva ingin memukul kakanya langsung.
"nggak lucu kali."
Reva semakin jengah dengan situasi ini karna hanya tinggal 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Ia melirik reza. Dari tampangnya ia tau reza juga kalang kabut tak tau harus gimana.
Keluar dari mobil? pastinya sepersekian detik mereka akan dikerumuni wartawan wartawan itu. Cabut? dunno, mungkin berhasil tapi pasti ada consequese nya.
"screw this, i'm out." ucap reva dan langsung keluar dari mobil.
reza yang tadinya bengong langsung terbangun dan panik. "Reva!! lo mau ngapain?! balik ke mobil sekarang!" Reva tak mengiraukan kata saudara kembarnya dan terus berjalan menuju kerumunan wartawan itu.
"Itu Reva Deandra!!" teriak salah satu wartawan dan langsung disambut wartawan lainnya. tentu saja dalam sekejab mata Reva langsung dikerumuni wartawan yang membanjirinya dengan pertanyaan.
keadaan mulai memanas saat para wartawan mulai adu dorong untuk menanyakan reva pertanyaan mereka. reva mulai terdesak dan terhimpit diantara wartawan.
tiba-tiba suara sirine toak dengan keras muncul. para wartawan langsung mengakihkan perhatian mereka ke sumber suara tersebut. disana berdiri reza yang memegang toak ditemani 4 security sekolah juga seorang siswa yang mengenakan almamater osis sekolah TUNAS BANGSA.
reza mematikan sirine toak saat semua perhatian tertuju padanya. lalu ia menyetel toak tersebut menjadi microphone.
"PERHATIAN UNTUK SEMUA WARTAWAN,
KALIAN BARU SAJA MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH TUNAS BANGSA, DIMANA KALIAN SUDAH MENYERANG DAN MENGGANGGU SISWA PADA JAM SEKOLAH. MAKA DARI ITU JIKA PARA WARTAWAN SALAM HITUNGAN KE 10 TIDAK PERGI DARI AREA SEKOLAH, MAKA MAU TIDAK MAU KITA AKAM MELAKUKAN TINDAK TEGAS DALAM JALUR HUKUM.
1..
2.."
tegas reza melalui toak.
wartawan-wartawan yang mengerumuni reza mulai melihat satu sama lain, mulai takut dengan ancaman reza. melihar wartawan yang masih tidah membubarkan diri reza merasa tidak puas dan menambahkan ancamannya.
"OH IYA, SAYA HARAP KALIAN TIDAK LUPA BAHWA BUAH TIDAH JATUH JAUH DARI POHONYA."
menyatakan bahwa ia membawa nama "papa"nya.
mendengar itu semua wartawan langsung mengambil semua peralatam merekan yang ada dilingkungan sekolah dan langsung masuk ke mobil masing-masing dan membubarkan diri dalam sekejab.
reza menghela nafas lega saat keadaan mulai terkendali. ia melirik kearah reva yang masih mematung ditempat. ia mulai medekatinya.
sesampai didepan reva ia langsung mengelus rambut adiknya lebut. "ini kenapa gue bilang tunggu. Now lesson has learned, hasn't it?"
reva menghela nafas kalah dan melirik saudara kembarnya yang tersenyum kecil. "yeah, lesson learned. yuk masuk" ucapnya pelan dan berjalan.
reza hanya bisa tertawa kecil.ia tak lupa berterima kasih kepada security-security dan ketua osis yang ia panggil tadi sebelum mengikuti reva.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Family
Teen Fictionkehidupan saudara kembar Reva dan Reza sangat sederhana. Mereka hidup di rumah yang sederhana, sekolah ditempat yang sederhana dan serba sederhana. Tak ada hal yang ribet dalam hidup mereka, tapi tiba tiba berubah 180° dengan kedatangan pria yang me...