5

1.8K 122 0
                                    

"Reva," ucap Andini saat melihat Reva turun dari tangga.

Ia sangat khawatir dengan keadaan Reva. Semuanya pasti sangar membingungkan buatnya.

Sebenarnya Reza juga diberitau saat Reva pingsan. Tapi Reza anaknya sagat dewasa dan pengertian. Ia selalu mencari jalan keluar yang terbaik.

Sedangkan reva? Dia emosional. Andini takut bila sesuatu terjadi pada Reva.

"Kamu nggak papa sayang?" Tanya Andini.

Reva melihat sekeliling ruangan.

Ada orang yang mirip dengan Reza, ia tau siapa. Lelaki bangsat yang tidak percaya dengan istrinya sendiri. Lelaki yang membuang anaknya sendiri. Lelaki yang tega menyebut anaknya sendiri anak haram.

Mata Reva penuh dengan kebencian.

Ia melihat ada dua pasang pasangan tua.

Mertua dan orang tua mama?
Sama bangsatnya!

Reva melihat ibunya lagi. Mata ibunya penuh dengan kesedihan. Ia tak mau ibunya tambah sedih. Ia tidak mau menyakiti hati ibunya lebih dalam lagi.

"Ayo kita pulang ma." Pinta Reva pada mamanya.

"Tapi va, kam-"

"Ma please," kali ini reva benar benar meminta pada ibunya. Matanya sangat sendu.

Ia tak perlu siapapun dia hanya ingin ibunya. Pelukannya. Ia tak ingin ibunya tersakiti lagi. Ia ingin tau lebih tentang ibunya.

"Yaudah kita pulang." Potong Reza.

"Kita bahasnya dirumah aja ma" ucap reza pada mamanya.

Andini mengangguk. Memang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan kenapa mereka kesini. Kenapa mereka harus kerumah ini.

"Kita pulang." Ucap Andini lidih pada anak bungsunya.

Andini menundukan kepalanya sopan pada semua yang berada disana sedangkan Reva membuang muka, tak ingin melihat satupun dari mereka.

Andini dan Reva pergi menginggalkan mereka yang masih berdiri. Mata mereka mengguratkan satu makna. Bersalah.

Reza juga ikut munuduk sopan untuk berpamitan. Setelah itu menyusul Andini dan Reva yang sudah keluar rumah ini.

***

Didalam perjalanan reva hanya dapat memeluk ibunya. Bahkan sampai di apartemen pun ia masih memeluk ibunya. Ia tak tau luka sebesar apa yang sudah dibuat oleh mahluk mahluk rendah itu. Dia benci.

Reza hanya bisa melihat dan mengerti keadaan Reva. Reva paling benci jika ibunya tersakiti, apalagi disakiti. Ia takkan memaafkan orangnya.

Sekarang Andini dan Reza hanya bisa berharap Reva tidak akan terlalu marah dengan kabar yang akan di umumkan besok.

***

Tiba tiba saja pintu kamar Andini terbuka. Memperlihatkan putrinya yang telah tumbuh dewasa.

"Ma," panggil Reva manja setelah masuk kekamar Andini.

"Kenapa sayang?" Tanya Andini yang terbangun karna suara pintu yang dibuka Reva cukup keras.

"Reva mau tidur sama mama." Ucapnya sambil berbaring disebelah Andini.

"Waduh. Kok jadi manja gini anak mama?" Candanya untuk mengibur hati putrinya. Ia tau bahwa saat sedih Reva selalu minta tidur dengannya.

"Ihh mama mah gitu." Rengek Reva sambil memeluk mamanya. Kepalanya ia letakan di atas lengan mamanya. Sudah kebiasaan.

"Mama pasti sengsara banget dulu." Mulai Reva pada mamanya.

"Mama pasti sakit banget."kali ini suaranya mulai sendu.

Ia menatap wajah ibunya.

"Mama wanita terkuat yang pernah Reva temuin." Ungkapnya.

Andini yang mendengar Reva hanya bisa memeluk anaknya erat erat.

"Kamu mau tau nggak apa yang buat mama kuat?" Tanya Andini

Reva mengangguk dalam dekapan mamanya.

"Kalian." Ungkap andini.

"Setiap ngeliat wajah mungil kalian mama selalu semangat. Kamu sama Reza adalah harta paling berharga buat mama. Vitamin mujarap mama. Setiap mama capek kerja, kalian lari dengan semangat sambil mangil mama waktu mama pulang. Saat itu beban mama hilang. Kalian adalah alasan mama masih hidup. Cuma kalian." Ungkap Andini.

Kalimat ini tak pernah sekalipun ia ungkapkan. Andini merasakan Reva menangis di pelukannya.

"Mangkanya, sekarang kamu harus kuat. Kalok kamu kuat mama juga bakal kuat. Ya sayang?"

Reva mengangguk didalam dekapan mamanya. Ia mempererat pelukan tersebut.

Tok tok tok.

Keduanya langsung melihat sosok yang ada di pintu. Reza.

"Sebel. Kalian nggak ngajak." Ucap Reza sambil cemberut. Badannya yang tinggi malah membuat dia semakin lucu.

Ini dia sisi Reza yang jarang terungkap. Dia manja. Bahkan manja banget. Tapi hanya untuk mamanya.

"Gue jugak mau tidur sama mama." Ucapnya lalu berbaring disamping Andini dan memeluknya.

"Ihh apaan sih lu. Ganggu momen tau nggak." Seru Reva.

"Ihh elu yang apaan? Mama emangnya cuma mama lu? Mama jugak mama gue keleus." Ejek Reza.

"Udah udah. Kita tidur ya. Besok kalian ada sekolah lohh." Suruh andini.

"Cium dulu!" Ucap keduanya kompak

Andini hanya bisa tertanya melihat sikap manja malaikat malaikatnya itu.

The Wrong FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang