"00.00, tahun telah berganti, kematian semakin mendekat", ketus Nabila misterius.
"Apaan sih bil! Kebiasaan deh! Ngaco!", Tegur Fatimah.
"Hoam! Capek nih! Tidur yuk!", Sahut Juwita.
"Koylah!", Ketus Nazwa sambil menyeret kakinya menuju tenda diikuti teman-temannya.
'tangii!!! Tangiii!! Tangi!!! Woe tangioooo!!! Tangiiiiiiiiiiiii!! Woe sekolah po rak! Jam piro ki! Tangiiiii'
Alarm Vina tak henti-hentinya mengacaukan mimpi indah teman-temannya pukul 3 dini hari.
"Brisik amat sih! Masih jam 3 ngapain pasang alarm! Mana suaranya jelek lagi!", Keluh Nimas.
"Matiin! Matiin! Ganggu aja!", Sahut Sarah.
"Tuh orangnya juga lagi ngebo!", Tumpas Nova.
"Ya ampuunn!! Bisa-bisanya ya!", Sahut Wanda.
"Ahh!! Gue kalo kebangun langsung kebelet boker! Sialan banget sih Vina!", Keluh Erline.
"Ya boker sono!!!", Sahut Fatia.
"Ya temenin kek!!! Jam 3 gini!! Eh Bila kok ilang?", Erline terheran tak mendapati Bila yang tadi tidur disebelahnya.
"Hah? Masa sih?", Tanya Juju.
Brooottt...... Kentut Erlinde terlepas.
"IIIHHH BAUU!!!! BOKER SONO!!!!", Teriak Nazwa jijik.
"Ya ampun Err!!! Yok gue anter!", Ajak Nanda.
"Ayok!!!"
"Eh berdua doang ni?", Nanda takut.
" Iyalah!", Balas Nimas.
"Huhh!! Penakut emang! Ayolah! Gue ikut!", Sahut Sarah.
Erlinda, Nanda, dan Sarah meninggalkan tenda mereka menuju sungai.
"Dah sono! Gue gak bakalan lihat!", Seru Nanda.
"Ih! Iya-iya! Sabar dong!"
Eekkk!! Plung! Plung!
"Hah lega! Ayok gaes! Makasi!"
"Heu! Ngeluarin apa sih sampe setahun gini! Banyak nyamuk tau!", Keluh Sari.
Saat kembali ke tenda seseorang mencengkram bahu Erlinda dari belakang padahal mereka bertiga berjalan berjajar.
"AAAAAAA!!!!!!!!", Teriak Erline ketakutan.
"Apa sih Er?", Tanya Nanda.
"Ada yang megang bahu gue!!!!"
"Bila! Lo ngapain disini? Sejak kapan lo disini? Pake nakut-nakutin segala!", Tegur Sarah pada Nabila saat ia menoleh ke belakang.
"Tadi gue kebelet pipis! Kalian juga ngapain disini?", Balas Bila.
"Oohh!! Nih dia boker!", Ketus Nanda sambil menunjuk Erlinda.
"Yuk balik!", Ajak Sarah.
Mereka kembali ke tendanya.
***
"Vin bangun! Woy banguuunn!!! Mau pulang kagak?? WOOYYY!!!!", Fatia mengguncang-guncang tubuh Vina yang masih terlelap.
"Tempelin aja alarmnya ke kuping! Biar tau rasa tu bocah!", Ketus Juju.
Fatia mengikuti saran Juju hingga Vina terbangun.
"Cepet beres-beres! Kita mau pulang!", Ketus Nazwa.
Vina hanya mengangguk malas.
Mereka memulai perjalanan kembali ke rumah masing-masing. Lelah. Itu yang mereka rasakan.
Dan siapa sangka game bodoh yang mereka lakukan menjadi petaka mereka?
***
2 Februari 2019"Wan, hari ini lo ulang tahun kan?", Tanya Nova pada Wanda, teman kuliahnya.
"Iya! Tapi gue masih takut! Kayaknya gue ga bakal traktir temen-temen deh! Gue masih trauma sama meninggalnya Sarah!"
"Udah ga usah dipikir terus! Doain aja semoga Sarah tenang disana!"
"Lo mau nginep di kost an gue kan?"
"Aduh bukannya ga mau wan, gue nggak bisa! Nyokap gue lagi sakit! Bokap gue lagi di luar kota!"
"Oh yaudah! Gws ya buat nyokap lo!"
"Iya makasi wan! Gue balik dulu ya!"
"Iya! Hati-hati!"
***
Perempuan bergaun putih dengan masker dan sarung tangan sambil membawa kapak mempersiapkan posisi di belakang pintu kamar Wanda. Seakan bersiap memberi kejutan spesial di hari ulang tahunnya.Cklek!
Pintu kamar terbuka oleh Wanda. Perempuan berjubah itu melayangkan kapaknya ke arah Wanda. Kost nya sangat sepi. Teman-teman kostnya sedang pergi berkemah. Jadilah lancar rencana perempuan biadab tersebut. Ia menyeret Wanda di sudut kamar kost Wanda."Hai Wanda! Kau sudah membakar kertas laknat tersebut? Tenang.... Aku punya salinannya. Kita tetap bisa mengakhiri game ini!"
"SIAPA KAUU!!! PERGI DARI SINI! PERGIIII!!!!!"
"Oh oh oh! Tenang... Tenang.... Jika kau tenang aku akan membunuhmu dengan tenang jika kau memberontak..... Jangan tanyakan....", Ucap perempuan berjubah itu sambil menjabak rambut Wanda dan menghantamkan kepala Wanda ke dinding.
Pusing dan sakit. Wanda tak bisa melawan lagi.
"Si...siapa kau... Tolong lepaskan aku...."
"Mari kita ikuti petunjuknya! Tusukkan api dari lilin yang menyala ke sekujur tangan dan kakinya", oceh perempuan bergaun putih sambil membaca secarik kertas berisi salinan adegan gore yang di dapat Wanda saat bermain game bodoh itu di hutan.
Perempuan bergaun putih itu bangkit menyalakan lilin dan menusukkan apinya ke sekujur tangan dan kaki Wanda.
Wanda berteriak meronta-ronta tapi tak ada tanggapan dari si perempuan biadab itu.
"Patahkan setiap tulangnya dengan kapak", ucap perempuan bergaun putih itu sambil membaca secarik kertas itu lagi.
Perempuan bergaun putih itu melayangkan bebas kapaknya ke sekujur tubuh Wanda.
"Terakhir, hantamkan kapak pada lehernya", ucap perempuan bergaun putih itu lagi dengan membaca secarik kertas itu lagi.
Di angkatnya kembali kapak itu dan ia hantamkan keleher Wanda.
Tak ada jeritan lagi.
"Fyuhh... Selesai juga! Selamat ulang tahun Wanda!"
Perempuan biadab tersebut meninggalkan mayat Wanda di kamar kost nya dengan kapak yang masih menancap di lehernya.
YOU ARE READING
Hopeless Birthdie (END)
Mystery / ThrillerMembunuh orang sudah biasa bagiku. Namun jika menjebak orang-orang bodoh dalam permainanku dan membuat hari peringatan kelahiran mereka menjadi hari peringatan kematian, sepertinya seru. Alvina Nur Insyani Januari, 2019