20 Maret

34 6 7
                                    

Wanita berjubah itu menyeret Nazwa yang sebelumnya telapak kaki kanannya ia gores dalam hingga ke tulang ke rumah kosong di sebelah rumah Nazwa.

Ketakutan Nazwa sejak kemarin memang benar adanya. Ia merasa ia akan berakhir di sana.

Kedua tangan Nazwa dikekang untuk ditarik wanita berjubah itu. Dengan kaki yang sakit bukan main dan tubuh yang terpaksa mengikuti alur seretan, mana mungkin ia melawan.

Najwa hanya bisa meringis kesakitan menggigit kain yang dilingkarkan dari mulutnya mengitari pipi dan kepalanya dengan penuh kucuran air mata.

Setelah menghidupkan kembali arus listrik di rumah Nazwa, ia kembali menemui Nazwa yang ia bekam di rumah kosong.

Gelap....

Hening....

"Happy birthday Nazwa~~ Happy birthday Nazwa~ Happy birthday! Happy birthday! Are you ready for your death~~~", wanita berjubah itu bersenandung dengan lagu Happy Birthday yang lirik terakhirnya sebgaja ia ganti. Ia menjatuhkan korek api yang menyala di lantai yang telah ia siram dengan minyak tanah yang mengitari tubuh Nazwa namun tak sedikitpun minyak tanah itu di kenakan pada tubuh Nazwa.

Gila.

"Kok apinya ga di tiup sih! Tiup dong! Kan lagi ulang tahun! Jangan lupa buat permintaan ya!", Oceh wanita jubah itu.

"Tapi ada satu permintaan yang ga mungkin terkabul. Jangan harap kamu bisa selamat!", Lanjut oceh wanita jubah itu.

"Di kertas sih ga ada acara bakar-bakaran. Tapi aku tambahin aja biar spesial. Bagus kan?"

"Aku udah baca kertas kutukan itu! Aku udah hafal! Kita langsung mulai aja ya!"

Wanita jubah itu memadamkan api yang mengitari tubuh Nazwa. Ia sudah bersiap dengan gergaji, palu, paku, dan perkakas mengerikan lainnya.

Dengan cahaya bulan yang samar-samar, wanita jubah itu meraih gergajinya. Ia hantamkan kasar pada lutut Nazwa. Ia mulai menggeseknya. Hingga patah. Apanya? Tak perlu disebutkan sepertinya.

"Kedua.....", Wanita jubah itu bergumam.

Wanita jubah itu mengambil palu dan menghantamkan keras bagian tumpul palu tersebut ke jari-jari tangan Nazwa. Enam belas kali pada setiap jari tangan. Sesuai umurnya.

Tak sanggup lagi Nazwa bergerak sedikit pun.

Wanita jubah itu melepaskan kain yang digigit Nazwa.

"Berteriaklah saat aku memaku kepalamu! Jangan berteriak sekarang! Atau kematianmu akan menyeret teman-temanmu!", Ancam wanita jubah itu.

Wanita jubah itu mengambil paku sepanjang 10cm sambil terus menggenggam palu yang ia bawa.

Ia menyeret Najwa dengan menjambak rambut Najwa hingga kepalanya ia benturkan ke dinding.

"Bersiaplah kawan!"

Wanita berjubah itu memposisikan pakunya di jidat Najwa yang hanya diam menahan sakit yang teramat parah.

"AAAAAAAAKKKKKK", Teriak Nazwa histeris saat wanita biadab itu menghantamkan palunya di atas paku yang ia posisikan di atas jidat Najwa.

Teriakan terakhir Nazwa telah terlepas. Paku itu tertanam kuat di jidat Nazwa.

Wanita berjubah itu mengambil ponsel Nazwa dari balik saku piyama jasad Najwa dan mengirim pesan ke grup chat Najwa.

"Aku di rumah kosong, tanpa nyawa",
bunyi pesan tersebut.

***
Kecewa.

Teman-teman Nazwa yang hanya tersisa Fatia, Juju, Nanda, Nimas, Nova, Erline, dan Vina.

Mereka tersadar kembali pada game itu. Pasalnya sudah beberapa kali temannya meninggal tragis dengan cara yanh sama dengan apa yang mereka tulis untuk masing-masing korban.

Setelah saling menyalahkan mereka mulai menyalahkan diri mereka masong-masing.

Mereka sadar mereka sendiri pelakunya. Karena semua kejadian itu tidak akan terjadi apabila mereka tidak memainkan game tersebut. Dan setiap kalimat tragis itu merupakan inspirasi bagi si pembunuh untuk melenyapkan mereka satu persatu dengan halus namun menyakitkan.

Hopeless Birthdie (END)Where stories live. Discover now