"Ssttt!!! Tenanglah! Disini banyak teman-teman sialanmu! Jika kau brisik kau semakin membuatku susah menghadapimu! Dan jangan salahkan aku jika aku membunuhmu dengan kasar! Itu semua karena kau tak bisa tenang!", Oceh perempuan bergaun putih pada Bila yang mulutnya terlakban dan tangan dan kaki terikat dengan tubuh yang menyudut di kamar mandi.
Bila hanya bisa memberikan berontakkan kecil yang tak berarti bagi si gaun putih itu. Dia menyesal meninggalkan kamar itu. Dia tak bisa membayangkan betapa kecewanya teman-temannya yang bersusah payah melindunginya.
"Hai anak manis! Terima kasih telah menjadi kambing hitamku! Sebagai balasannya akan ku beri bonus dalam pembunuhanmu!", Oceh si gaun putih itu lagi sembari mengeluarkan secarik kertas.
"Hmmm yang ditulis Fatia sadis banget ya! Aku aja ga pernah mikir kayak gini! Hmm yaudah! Bonusnya aku batalin deh!", Lagi-lagi si jubah hitam mengoceh sambil mengamati kertas yang dipegang tangannya yang terbalut sarung tangan.
"Fyuh!! Let's do that!", Seru si gaun putih.
"Hantamkan kepalanya ke cermin!", Ujar si gaun putih membaca kalimat pertama salinan adegan gore yang Fatia tulis.
Si gaun putih itu melepaskan ikatan kaki Bila, sedetik kemudian dihempaskanlah Tubuh Nabila ke cermin kamar mandi hingga cerminnya pecah.
"Tusukkan retakan-retakan cermin pada perutnya yang luas!", Gumam si jubah hitam membaca kalimat kedua.
Si jubah hitam menghempaskan kembali Bila ke lantai kamar mandi. Dengan tenaga kecilnya, ia cabut retakkan-retakkan cermin itu dan dengan brutalnya setiap retakan cermin itu ia tanamkan dalam-dalam pada perut Bila.
Mulut Bila masih terbungkam, darahnya menyucur deras dari dahi dan perutnya.
"Hempaskan keras ke arah pintu!", Gumam si gaun putih sembari membaca kalimat terakhir dari secarik kertas itu.
Dibangkitkan kembali tubuh lemas Nabila oleh si jubah hitam itu dan dilemparkannya tubuh Nabila ke pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu hingga salah satu engselnya patah.
"Selamat ulang tahun!", Ucap si gaun putih dengan menginjakkan kakinya di atas perut Bila yang tertanam retakan kaca yang besar sehingga memperdalam retakan itu menusuk ke perut Bila.
Di seretnya mayat Bila menjauh dari pintu agar tidak menghalangi jalannya.
Dengan santai ia keluar dari kamar mandi dan kabur tentunya.
***
Fatia dan Nanda semakin bergetar mendekati pintu kamar mandi karena darah yang terus mengalir dari dalam kamar mandi tak kunjung henti.
Nanda membuka pintu kamar mandi yang miring karena engsel bawahnya patah.
Tak percaya dengan apa yang mereka lihat, Fatimah langsung menelpon polisi.
Pukul 04.00 WIB. Kompleks Bila mulai ramai oleh kasus kematiannya. Teman-teman Bila kembali terpukul. Sudah ketiga kalinya ini terjadi. Sebenarnya ada apa dengan tahun ini?
***
Tubuh Nanda bergetar hebat di sudut kamar di atas kasurnya. Ia sudah menuduh Bila yang bukan-bukan, dan hidup Bila berakhir mengenaskan. Beruntung teman-temannya sedang berkumpul di rumahnya.
"Gue juga ngerasain itu Nan! Gue juga udah nuduh dia!"
"Gaes! Lagi-lagi luka yang didapet temen-temen kita yang udah ga ada sama dengan apa yang mereka dapet waktu main game itu! Luka Bila! Lukanya sama persis dengan apa yang aku tulis! Dan dia dapet kertas aku!"
"Game sialan itu lagi! Yang mencetuskan dia juga yang akan menyelesaikan! Lalu.... Bagaimana kalau yang mencetuskan telah meninggalkan kita?", Gumam Nazwa.
YOU ARE READING
Hopeless Birthdie (END)
Mystery / ThrillerMembunuh orang sudah biasa bagiku. Namun jika menjebak orang-orang bodoh dalam permainanku dan membuat hari peringatan kelahiran mereka menjadi hari peringatan kematian, sepertinya seru. Alvina Nur Insyani Januari, 2019