"Eh tungguin dong! Cepet amat sih capek tau! Mana kayu bakar gue banyak banget lagi!", Keluh Wanda.
"Apaan sih lo! Badan aja yang gede! Tenaga? Apa kabar?", Ledek Nova yang memang lebih kurus daripada Wanda.
"Serah lu!"
"Kalo badan gede, isinya dikeluarin aja kan gampang! Aku bawa pisau di tas!", Ledek Bila yang justru menyeramkan.
"Apa sih! Ga lucu tau!", Sahut Erline.
Tiba-tiba Vina berteriak saat kakinya diseret kebawah saat menaiki tanjakan. Kayu bakarnya berceceran seluruh kakinya perih nergesek dengan ranting-ranting kecil yang berceceran.
"Bila! Kamu apa-apaan sih! Jangan bercanda kayak gitu dong! Bahaya! Kita itu lagi di hutan!", Tegur Nova marah pada Nabila yang menyeret kaki Vina.
Nabila berhenti dengan wajah sebal dan melanjutkan perjalanannya. Sedangkan Vina memunguti kayu bakarnya di bantu oleh Wanda.
"Makasi Wan!"
"Yoi!"
Setelah kembali ke tenda, mereka mulai menyusun kayu bakar dan membuat api unggun untuk mengahangatkan senja yang sejuk. Setelah semua selesai. Mereka mengeluarkan lauk pauk mentah yang mereka bawa. Ada sosis, bakso jagung, bahkan ikan! Ada-ada saja! Apa tidak busuk selama perjalanan? Oh ya! Ada marshmello juga!
"Fat! Ju! Ayok sini siapin bumbu buat rendaman bahan-bahannya!", Ajak Nazwa.
"Kuy!"
"Gue tusukin bahan-bahannya aja ya!", Seru Nanda.
"Gue bantuin Nan! Ayok Sar! Sini bantuin!", Seru Nimas.
"Gue ngapain?", Sahut Nova.
"Lo yang kipasin aja nanti sama gue, sama Erline!", Sahut Wanda.
"Gue siapin minum aja ya!", Ucap Vina.
"Yoi!"
Setelah semuanya selesai mereka menyantap makanannya sambil menunggu berakhirnya tahun 2018.
"Guys! Aku ada cerita yang seru deh!", Seru Nabila ditengah-tengah-tengah asiknya menyantap jagung bakar.
"Apaan?", Tanya Fatia.
"Jadi, ada sekumpulan remaja penyuka cerita gore, mereka mainin game namanya dumbest gore. Cara mainnya tuh mereka nulis cuplikan adegan gore sesuai imajinasi mereka, habis itu ditukerin sama temen-temennya. Nah, setelah mainin game itu ada seseorang misterius yang bunuh mereka sesuai tanggal lahir mereka tapi nggak termasuk tahun"
"Yang bunuh siapa?", Sahut Juju.
"Perempuan tinggi berjubah hitam! Dia juga pake masker dan sarung tangan!", Jelas Bila.
"Cih! Cerita apaan sih! Ga banget deh!", Ketus Nazwa.
"Kita coba main itu yuk!", Ajak Bila riang.
"Buat apa! Sinting!", Tumpas Nanda.
"Ya kita cuma tuker-tukeran imajinasi gore aja! Dan setelah mainin itu! Kita ga boleh bersikap jelek sama siapapun sampe hari ulang tahun kita! Kalo ada yang ngelanggar, kita kasih hukuman! Setuju?", Seru Bila.
"Buat apa Bilaaa!!! Aneh-aneh aja!", Sahut Nimas.
"Ya biar seru dong! Lagi pula biar kita bisa latihan berperilaku yang baik!", Jelas Bila.
"Gue sih setuju aja kayaknya seru!", Seru Sarah.
Akhirnya mereka bersepakat memainkan game itu.
"Gue bawa diary! Ntar ya! Gue ambil dulu!", Seru Nova.
Nova masuk ke tenda mengambil buku diarynya dan sebuah bolpen.
"Bolpennya cuma 1! Gantian ya!", Seru Nova.
Dian mulai menuliskan imajinasi gorenya. Diikuti teman-temannya secara bergiliran. Mereka saling menukarkan imajinasinya.
"5 MENIT LAGII!!!", Seru Wanda dengan girangnya.
"Kenapa Wan?", Sahut Erlinda.
"5 MENIT LAGI 2019 OGEB!!!",Seru Wanda lagi.
"Eh iya! Cepetan nyalain petasannya!!", Ketus Alvina.
Duar! Duar! Duar!
Suara petasan meramaikan hutan yang sepi."00.00, tahun telah berganti, kematian semakin mendekat", ketus Bila misterius.
YOU ARE READING
Hopeless Birthdie (END)
Mistero / ThrillerMembunuh orang sudah biasa bagiku. Namun jika menjebak orang-orang bodoh dalam permainanku dan membuat hari peringatan kelahiran mereka menjadi hari peringatan kematian, sepertinya seru. Alvina Nur Insyani Januari, 2019