Guntara bersedia

660 78 3
                                    

"GUE GAK BISA!"

Guntara memekik kuat. Dia menolak keras untuk melakukan itu. Membantu Susan dan menjadi cinta sejatinya.

Seluruh makhluk dan rekan-rekan Guntara membelalakkan matanya tak percaya. Guntara tidak mau melakukannya karena fisik semata.

Susan. Si gadis yang mengalami kutukan tersebut melangkah mendekati Guntara. Dengan wujudnya yang aneh, dia menguatkan diri untuk berbicara dengan Guntara.

Guntara yang sadar di dekati Susan pun perlahan melangkah mundur. Jujur dia tidak siap, dia masih belum bisa melakukan segalanya. Dia masih bimbang dengan kejadian yang menimpanya.

Bukan hal yang mudah bagi seorang Guntara. Dan mungkin semua orang juga sama seperti dirinya. Tidak bisa dipaksa untuk mencintai orang yang tidak dicintainya. Walau memang sudah takdirnya. Pasti butuh waktu lama untuk menerima kenyataannya.

"Jangan takut,"

Ucapan Susan membuat Guntara perlahan diam. Sembari dia mencoba untuk tetap tenang. Guntara menatap manik mata Susan dalam. Dia pun dapat merasakan penderitaannya selama mendapat kutukan. Tetapi Guntara tidak bisa melakukannya.

Susan menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Mungkin kalian takut melihatku. Aku tau itu," Susan menunduk. Tak memperlihatkan wajah malu dirinya.

"Siapapun tak ingin jadi aku. Cacat, dikucilkan, dan dibuang." Susan menengadahkan kepalanya menatap Guntara. "Maaf sudah mengganggu kalian. Dan memaksa sampai meneror kalian."

Ana, Guntara, Jeri, dan Caitlin tiba-tiba tersentuh dengan lirihan Susan. Mereka merasakan bagaimana penderitaan Susan selama ini. Sampai dia harus berbuat jahat demi mencabut kutukannya.

Air mata Susan perlahan jatuh dari pelupuk mata. "Aku tau kamu tidak bisa melakukannya." Susan mengembangkan senyum tipisnya. "Pulanglah, tempat kalian bukan di sini."

Setelah mengatakan itu, Susan berbalik dan melangkah menjauhi Guntara dan teman-temannya.

Angel menyerngit bingung. Dia tidak mengerti kenapa Susan dengan mudahnya melepaskan mereka. Padahal Angel dan yang lain sudah susah payah untuk membawa mereka ke sini.

"Susan, kenapa kau bebaskan mereka? Kami sudah susah payah membawa mereka ke hadapanmu,"

Angel protes. Dia menganggap kalau Susan tidak menghargai usaha mereka. Perjuangan untuk mencabut kutukan Susan.

Susan tersenyum merespon Angel. Dia mengerti kalau Angel kecewa dengan keputusannya. Tetapi memaksakan kehendak orang lain, itu tidak akan berjalan baik.

"Aku ditakdirkan seperti ini. Dan di akhir nanti, aku akan tetap seperti ini." Susan seperti menampakkan bahwa dirinya pasrah dengan semua yang terjadi pada dirinya.

Ana menyerngit dalam. Dia tidak mengerti maksud akhir yang dikatakan Susan. "Akhir?"

Susan menatap Ana. Sambil tetap tersenyum dan tegar dia menjawab Ana. "Tepat di akhir umurku yang ke 17 tahun. Atau pergantian usiaku ke 18 tahun, aku akan mati jika kutukanku tidak hilang saat itu. Dan aku akan menjadi bagian dari bangsa albino dari dunia lain, selamanya."

"Kapan kau bertambah usia?" Tanya Jeri tiba-tiba.

"Besok,"

Mereka semua mengaga lebar saat Susan menjawab pertanyaan Ana. Mereka tak menyangka kalau Susan sekarang berada di ambang kematian.

"Kalian semua tidak perlu cemas. Aku tidak memaksa kalian," Susan semakin melebarkan senyumnya. "Pulanglah,"

"Mereka tidak bisa pergi sebelum menyelesaikan semuanya. Karena mereka yang telah memulainya," sambung Angel jujur. Walaupun Susan mengizinkan mereka pulang, tetapi semua itu tidak akan terjadi. Karena sebelum Susan bebas dari kutukan. Tak ada dari mereka yang bisa bebas.

Guntara semakin dilema. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Di satu sisi dia ingin pulang. Tetapi dia tidak ingin menjadi jodoh makhluk aneh seperti Susan.

Melihat Guntara sedari tadi hanya diam. Tidak melakukan apapun bahkan tidak memberi keputusan apapun. Caitlin geram dan langsung menarik Guntara ke belakang.

"Kenapa lo diam aja?!" Pekik Caitlin dengan suara sedikit pelan.

"Gue gak bisa," jawab Guntara setelahnya. Dengan wajah yang masih tertunduk ke bawah.

Caitlin mengusap wajahnya kasar. Guntara sangat tidak dewasa saat ini. Tidak seperti yang awal. Hanya karena dia harus menjadi jodoh Susan.

"Gun, seandainya gue yang jadi jodoh Susan. Gue akan lakuin," seketika Guntara mendongak dan melihat wajah serius Caitlin. "Supaya kita bisa keluar, gue rela ngelakuinnya. Tapi sayangnya bukan gue,"

Mulut Guntara semakin terkunci rapat. Dia semakin tidak tahu bagaimana dia harus mengambil sikap.

Ana, Jeri, bahkan makhluk-makhluk aneh yang ada di sana menyaksikan perdebatan Guntara dan Caitlin cukup sengit. Dan Susan, dirinya sangat tidak enak hati terhadap Guntara. Tetapi ini untuk dirinya tetap hidup.

"Gue tau fisik Susan gak sempurna. Tapi hei!" Caitlin semakin menekankan ucapannya. "Dia terkena kutukan. Dan itu bukan tubuh aslinya."

"Tapi itu berat!" Bantah Guntara menolak dengan penuh ketegasan.

"Lo gak sendiri," Caitlin menunjuk dada Guntara dengan telunjuknya. "Lo punya kita. Kita berempat, kita akan sama-sama!"

Tetapi Guntara masih tetap diam. Dia sepertinya memang tidak ingin membantu Susan dan melepaskan teman-temannya dan dirinya sendiri dari tempat ini.

"Tapi kalau lo gak siap, gak papa kok. Mungkin selamanya kita akan membusuk di sini,"

Caitlin pasrah. Dia tidak bisa lagi membujuk Guntara. Karena dia juga tidak bisa memaksakan kehendak orang lain. Tetapi semua itu demi kebaikan mereka semua. Meski kini Guntara yang harus melakukannya.

Tetapi seharusnya Guntara berpikir. Kalau dirinya tidak sendiri. Dalam situasi sesulit apapun mereka akan tetap bergandeng tangan. Sampai semua masalah ini selesai.

Caitlin melangkahkan kakinya meninggalkan Guntara. Dia sudah putuskan untuk kembali ke rumah tua itu jika sampai Guntara tidak ingin melakukannya.

Guntara menghela napas panjang. Mungkin memang ini yang harus dilakukannya. Seketika langkah Caitlin terhenti dan semua tersenyum senang mendengar ucapan Guntara.

"Gue bersedia melakukannya,"




























Holaa!

Akhirnya Guntara mau juga,

Bentar lagi ending kayaknya nih haha

Luvss

❤️

Teror telaga kematian [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang