Teror lagi

725 81 13
                                    

Ana dengan telaten mengobati luka Caitlin. Dengan menumbuk tumbuh-tumbuhan yang ada, Ana berharap itu akan menyembuhkan kaki Caitlin akibat gigitan serigala.

Ana membuka syal yang dia lilit di lehernya untuk mengikat obat yang sudah dibuat Ana.

Caitlin sedikit meringis kesakitan. Karena lukanya sangat perih, ditambah lagi harus diikat. Semakin sakit rasanya.

"Sakit memang, tapi kamu tahan ya?" Ucap Ana mengikat syalnya sempurna.

Caitlin mengangguk sambil meringkih. "Iya,"

Setelah selesai. Ana kemudian memakaikan sepatu Caitlin. Beruntung luka Caitlin berada di atas mata kaki, sehingga Caitlin masih bisa memakai sepatu.

Caitlin melihat Ana melakukannya dengan sangat telaten. Dia bahkan tidak jijik sama sekali memakaikan sepatu Caitlin. Seketika Caitlin tersentuh.

"Ana," panggil Caitlin pelan.

"Ya?" Jawab Ana tanpa melihat Caitlin. Dia masih terus memakaikan sepatu Caitlin.

"Makasih ya,"

Ana sontak menatap Caitlin. Terlihat Caitlin sudah berkaca-kaca. Hidungnya juga memerah dan sesaat lagi pasti menangis.

Ana tersenyum. Dia meraih kedua tangan Caitlin dan mengelusnya perlahan. "Kita ini tim. Harus saling membantu dan menjaga,"

Guntara dan Jeri menyimak pembicaraan Ana dan Caitlin yang terdengar sangat serius.

"Gue gak pernah punya temen setulus kalian," Caitlin menatap Guntara, Jeri dan Ana secara bergantian. "Semua orang yang kenal gue cuma karena uang gue," Caitlin perlahan terisak. Guntara, Jeri, dan Ana pun merasa terharu mendengar Caitlin.

Satu hal yang Ana tahu tentang Caitlin. Dia sosok yang baik. Dia bertingkah sedikit angkuh karena di sekelilingnya selalu serba lebih.

"Udah jangan sedih-sedih. Kita berempat akan selalu menjaga satu sama lain. Kita ke sini bareng, pulang juga harus bareng!"

Mereka semua tersenyum mendengar ucapan Guntara. Kekompakan mereka semakin kuat meski awalnya mereka memiliki pribadi yang sangat bertolak belakang.

"Sekarang apa?" Tanya Jeri. Dia sudah sangat kelelahan saat ini. Wajah mereka semua sudah sangat dekil sekarang.

"Kita akan lanjut, setelah Caitlin sembuh." Jawab Guntara, namun seketika langsung dibantah oleh Caitlin.

"Enggak! Jangan tunggu gue sembuh!"

Guntara mengerutkan dahinya dalam. Entah apa yang ada dipikirkan Caitlin. "Apa? Lo jalan aja masih pincang, gimana mau lanjut?"

"Dari gigitan serigala aja gue masih bisa hidup. Apalagi cuma jalan, gue sanggup!" Caitlin dengan sangat serius mengatakan hal itu. Membuat Jeri tertawa tanpa suara.

"Dah sombong lu, serigalanya kasian sama lo. Males dia dirempongi sama nenek lampir!" Cibir Jeri setelah itu dia tertawa.

"Stop Jer! Lo jangan mancing keributan, kita ini mau cari jalan ke luar,"

Jeri menarik napas dahulu sebelum berbicara. "Iye-iye!"

"Yaudah, lo beneran bisa jalan kan?" Tanya Guntara lagi. Memastikan kalau Caitlin benar-benar bisa berjalan.

"Bisa, lo semua tenang aja." Jawabnya.

Guntara menganggukkan kepalanya. "Kita harus buat obor, senter habis baterai!"

Jeri mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu di dalam sana. "Gue ada minyak tanah, kayunya lo cari."

Guntara pun bangkit dan mencari kayu yang bisa dia jadikan obor. Matanya langsung menangkap sebuah kayu tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Pas jika digunakan sebagai obor.

Teror telaga kematian [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang