Chapter 1

167 22 2
                                    

"Aku tidak tahu seistimewa apa lemari itu, tapi, hei mungkin benda itu sudah ada sejak ayah belum lahir."

Sasuke bernegosiasi. Tentang lemari hitam dengan ukiran seperti yang dibuat oleh pengrajin dengan usia 150 tahun—walau itu kedengarannya lucu, sangat tua bahkan ia sering mengejeknya dengan sebutan lemari peninggalan zaman kegelapan.

Lemari itu sudah ada sejak ia lahir, bahkan sebelum itu, mungkin juga sudah ada sebelum ayahnya yang lahir dan kemungkinan lainnya adalah milik kakek buyutnya. Ia tidak pernah menggunakannya, lemari itu hanya terpajang di pojok kamarnya dengan segala gaya kuno yang aneh.

"Lemari itu unik, tentu saja." Ayahnya membelakangi, menatap ke luar jendela dengan segala pertunjukan tetes air hujan di sana, "Karena itu adalah lemari turun temurun, saat seusiamu, ayah rasa lemari itu memiliki cerita tersendiri."

"Wow, apa lemari juga manusia?" ejek Sasuke, menyandarkan kepalanya pada badan sofa yang mulai mengeras—oh semua barang di sini terasa kuno. "Lemari itu hanya benda aneh, tidak terurus, mengerikan, yang ada di pojok kamarku," tambahnya dengan nada malas.

Kalimat Sasuke membuat ia mendapatkan atensi dari ayahnya yang sedari tadi tak acuh, atau sedang memikirkan sesuatu untuk mengularkan dan menjual lemari itu. Mungkin jika dijual ke toko barang antik harganya pasti cukup untuk pergi ke kota lain, karena di sini terlalu membosankan dan ia tidak akan menemukan hal lain selain rumah-rumah berjejer rapi dan beberapa gedung tinggi.

Kota ini terlalu kecil untuk Sasuke, dan sialnya orang-orang terlalu mengenalnya hingga setiap berangkat keluar rumah, ia akan mendapatkan ratusan sapaan. Tentu saja itu terlalu merepotkan.

"Mau ayah ceritakan sesuatu yang menarik?" Tanya ayahnya setelah beberapa saat berpikir, menghela napa seraya mendudukan diri di sofa yang sudah mulai usang itu. Sasuke hanya diam, menatap ayahnya seolah ia akan pergi jika ayahnya masih berbasa-basi. "Baiklah. Mungkin, bisa dibilang ini adalah rahasia berharga ayah," bisiknya, menjaga volume suara.

"Apa ayah diam-diam masih sering meminum alhokol?"

Sambung Sasuke sebelum ayahnya memulai cerita.

Tampak dari raut wajah, ayahnya langsung terkejut, lalu memberi kode agar Sasuke tidak mengatakan itu keras-keras. Karena jika hal itu sampai terdengar oleh ibunya atau kakak laki-lakinya, mungkin saja ayahnya akan terkena semprotan nasehat dan bonus omelan dari sang ibu. Mengingat ayahnya memiliki penyakit jantung beberapa bulan lalu, tak ayal ibunya sangat khawatir, lalu sejak saat itu ayahnya dilarang terlalu sering meminum whisky dan lebih baik menikmati masa-masa tahun terakhir menjadi pensiunan dosen, kata ibunya.

"Bukan itu bagian yang menariknya—dan, ya, minggu ini tidak ada alkohol," interupsi ayahnya, entah itu hanya untuk mengalihkan pembicaraan, lalu berkata lagi dengan nada serius. "Saat ayah seusaimu—yah, kupikir saat itu usiaku 17 tahun—ayah menemukkan sesuatu yang luar biasa di dalam lemari itu."

"Maksudmu kepala Hitler?" gurau Sasuke.

"Baiklah berhenti, Nak." Jika Sasuke melakukan lagi—menyela pembicaraan, mungkin ayahnya akan berhenti berwajah serius dan pergi. Karena penasaran, Sasuke hanya diam dan mencoba mendengarkan. Dan ayahnya kembali bersuara, "Lemari itu pernah membawa ayah pergi menjelajahi ruang dan waktu yang sangat berbeda dengan dunia kita. Maksudku, hal yang ajaib jika kau menemukan kembaranmu—maksudku orang yang mirip denganmu—di tempat lain dan hebatnya melalui lemari yang kropos itu, sensasi berada di tempai yang semuanya terasa berbeda."

Ayahnya berhenti sejenak. Memperhatikan wajah Sasuke yang mengernyit, mungkin mencoba membayangkan cerita ayahnya, atau mencoba untuk tidak buka suara dan berkata jika itu adalah saat di mana ayahnya bermimpi terlalu nyata.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

About The Space and TimeWhere stories live. Discover now