Kecelakaan

33 3 0
                                    

"Kata orang, cinta dan benci itu beda tipis. Maka yang sebenarnya cinta dan benci lah karena Allah"

--##--

Rahila akhirnya dapat bernafas lega. Segala macam kegiatan sebagai MABA sudah selesai. Kalau boleh jujur, itu semua menguras tenaga Rahila. Belum lagi ia harus mempersiapkan segalanya sendiri.

Dia rindu Mamahnya.

Rahila mengambil ponselnya di saku gamis. Mencari kontak bertuliskan 'Mamsky'. Jalan disini sepi sekali karena hari sudah malam. Tidak masalah sepertinya sambil menelpon. Lagipula dia berjalan kaki karena ingin membeli 'sesuatu' yang mendesak.

"Assalamualaikum Mah"

"Waalaikum salam. Kenapa Ra?"

"Gapapa, mau nelpon aja. Mamah gimana kabarnya?"

"Baik disini alhamdulillah sehat semua. Rahila gimana?"

"Alhamdulillah Mah udh selesai kegiatan-kegiatan mahasiswa baru"

"Oh, yaudah jangan lupa makan. Inget kamu punya magh, udah belanja bahan buat masak belum?"

Rahila nyengir walaupun sebetulnya tidak terlihat oleh Mamahnya. "Belum, kemarin kan sibuk kegiatan. Gak sempet"

"Terus makan apa seminggu ini?"

"Warteg Mah"

"Kamu di kos-kosan?"

"Lagi jalan mau ke warung" Rahila terkekeh.

"Hati-hati Ra, udah malam! Besok beli bahan-bahan ke pasar pagi-pagi"

"Siap. Dah Mah! Salam buat bapak sama nenek aki. Assalamualaikum"

"Iyaa waalaikum salam"

Bunyi tut tut-tanda sambungan telepon dimatikan terdengar bertepatan dengan suara decitan. Disusul suara benda keras bertabrakan.

Rahila menoleh ke belakang. Astaghfirullah adzim!

Di sebrang tempat Rahila berdiri sebuah motor tergeletak dengan asap yang keluar, sedikit mengepul. Seseorang tergeletak dibawahnya diiringi suara ringisan. Rahila segera menyeberang jalan, sedikit berlari menghampiri.

Gadis itu terkejut begitu mengetahui siapa yang jadi korban. "Ka Yudha?"

Yudha meringis, wajahnya sudah tak karuan walaupun tetap tampan. Laki-laki itu tampak tidak sanggup berdiri. "Tolongin gue, kaki tangan kanan gue sakit"

Bingung, motor Yudha besar dia tidak mungkin mengangkatnya sendiri. Tapi tidak mungkin juga Rahila tidak menolong. Baik, dia akan coba! Semoga tenaga silatnya zaman MTs dulu bisa berguna.

Semangat Ra!

Sekuat tenaga Rahila mengangkat motor besar Yudha. Yap! Berhasil, tidak seperti yang dia pikirkan ternyata motor ini tidak seberat itu.

Yudha mencoba bangkit, tapi kemudian meringis lagi. "Gue rasa tulang kaki sama tangan kanan gue geser"

Rahila bertambah bingung. Telpon ambulance? Tidak itu terlalu dramatis. Takut suara ambulans membangunkan warga sekitar.

Yudha merogoh saku jaketnya menggunakan tangan kiri. Kemudian terlihat hendak menelpon seseorang.

"Halo. Bang, bisa kesini ga?"

"Gue jatoh nabrak pohon"

"Bawel lo, tinggal kesini doang"

"Alah percuma gue nelpon lo"

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang