Lebih Cepat Lebih Baik

23 3 0
                                    


"Tidak ada solusi yang lebih baik bagi dua insan yang saling mencintai dibanding pernikahan."
(HR. Ibnu Majah)

--##--

Hari ini Yudha sudah tidak begitu kesulitan bergerak. Walaupun tangannya masih 'terikat'. Hello dia laki-laki kan? Begini saja lemah.

Zico pun berencana untuk kembali ke Jakarta sore ini, banyak sekali pekerjaan yang dia tinggalkan. Kasihan juga Adam yang menghandle semua pekerjaannya. Belum pula seminggu lagi laki-laki itu akan menikah dengan perempuan yang dilamarnya minggu lalu tentu banyak segala sesuatu yang perlu dipersiapkan.

Satu hal lagi, dia pun tidak sabar untuk berkunjung ke rumah Rahila. Takut-takut keduluan orang. Tentu bukan sekedar berkunjung bukan? Dia akan menyampaikan niatnya pada orangtua Rahila.

Membayangkannya saja jantungnya sudah berdetak tak karuan. Apa Ayah Rahila akan menyukainya?

"Gue mau berangkat ngampus, lo balik sekarang?"

Zico mengangguk. "Bawa mobil sendiri?"

"Iya, lumayan lah udah bisa nahan"

Seakan tersadar sesuatu,"Oh iya, Farisa teman Rahila kan?"

Memincingkan mata curiga, setelahnya Yudha mengangkat bahu acuh. "Wae?"

"Kasih tau Farisa tolong bilangin ke Rahila, gue pulang ke Jakarta sekarang gitu"

"Ada apaan lo sama Rahila?"

"Kepo"

Yudha berdecak sebal. Dia jadi penasaran ada apa sebetulnya Zico dengan Rahila? Kenapa tidak dia saja yang menyampaikan langsung ke Rahila?

Oh Yudha sepertinya kamu mulai tertarik dengan urusan gadis itu?

Tidak, mana mungkin. Dia tidak akan pernah peduli dengan gadis yang sudah menolongnya itu. Sudah menolongnya ya?...

"Jangan sampe lo yang nyampain langsung ke Rahila, gue tendang lo"
Ancam Zico. Mana orang dewasa berumur 24 tahun sekarang?

"Lebay"

Sebetulnya Zico tidak seposesif itu. Hanya saja, dia takut Rahila yang akan menjadi calon istrinya disukai oleh adiknya sendiri. Bagaimana jadinya nanti? Dia harus berperan sebagai seorang laki-laki atau kakak yang baik?

"Gue berangkat"

Zico mengangguk, dia juga sudah selesai berkemas. Dia sudah memesan tiket kereta menuju Jakarta dan sepertinya dia akan menggunakan ojek online ke stasiun.

"Eh, masih ada duit lo?"

"Kartu yang lo kasih bisa abis?"

"Oh iya, sip. Buat yang berguna lo, usaha kek"

"Males, gue di anak perusahaan Abi aja"

Zico menggelengkan kepalanya. Susah sekali mengubah pola pikir adik satu-satunya itu. Sampai kapan Yudha mau bergantung dengan Zico dan Abinya.

Mungkin karena sedari kecil Yudha selalu di manja Abi dan Uminya.

--##--

Sekarang Rahila selalu diantara jemput oleh Farisa. Mereka seperti dua sejoli yang sulit dipisahkan, berpisah hanya ketika memasuki fakultas saja. Oh jangan lupakan Tiara yang sekarang sudah menjadi teman dekat mereka berdua juga.

"Annyeong Calon Istri!"

"Aduh!"
Refleks kepala Tio dijitak oleh sepupunya.

Ya.. Tio terus gencar mendekati Rahila. Tapi, gadis itu hanya menganggapnya lelucon. Untung saja ada Farisa.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang