Gadis Yang Sama?

29 5 0
                                    

Zico, Umi, dan Abinya sampai-sampai menggunakan helikopter pribadi-jangan tanya landas dimana-untuk mempercepat perjalanan ke tempat adik semata wayang Zico. Karena menggunakan mobil pribadi akan menghabiskan waktu 2 hari. Sedangkan sedari tadi Uminya sudah begitu khawatir.

"Kamu udah tau ruangan adikmu, Bang?"

"Mawar 1, Umi"

Terlihat sekali wajah cemas Umi Zico, lain dengan Abinya yang santai dan datar-datar saja.

Mereka berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Bahkan gamis dan kerudung syari Uminya sedikit berkibar.

"Assalamualaikum"

Ke delapan orang di dalam ruangan menolehkan kepala. Bergegas memperbaiki posisi duduk-tidurannya menjadi berdiri-kecuali laki-laki yang sedang terbaring di brankar empuk rumah sakit. Tersenyum sopan pada Abi yang selalu terlihat galak, padahal kedua anaknya bukan gadis-orang bilang gadis cantik Ayahnya galak.

"Waalaikum salam"

Mereka menyalami satu persatu tangan Abi dan menangkupkan kedua tangan dengan Umi. Sebab Umi tidak mau bersentuhan dengan laki-laki selain suami dan kedua anak laki-lakinya. Pun mereka tidak mau diplototi Abi 'sieun'.

"Kamu kenapa bisa begini Yud?"

Tangan dan kaki kanan Yudha sudah banyak perban bahkan kakinya di gips.

"Semalam Yudha cuma ngantuk Umi, terus bawa motor. Nabrak pohon deh"

Zico beserta ke tujuh teman Yudha menahan diri untuk tidak segera memukul kepala laki-laki itu. Karena mereka sudah tahu penyebab benar kecelakannya.

Yudha tersenyum tipis. Ada rasa bersalah membohongi Umi dan Abinya tapi mau bagaimana? Bisa-bisa ia di kebiri Abi kalau sampai beliau tahu dirinya sering main di club. Lagipula dia tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang mengantuk semalam, ditambah dua botol minuman keras yang membuat kepalanya pusing.

"Siapa yang nolong kamu semalam?"
Abi angkat bicara. Nadanya seperti polisi yang menginterogasi.

"Tio"

Yang disebut tersenyum kikuk. "Sebenernya Tio cuma nganter ke rumah sakit"

"Terus?"

Tio berdeham mengurangi kegugupan karena berbicara dengan Abi. Kemudian melirik Yudha supaya dia saja yang menjelaskan. Mereka saling beradu pandang menyuruh salah satu berbicara.

Yudha berdecak. "Ada mahasiswa baru yang tolong Yudha, Bi"

Abi tidak mengangguk tidak juga menjawab, malah memperhatikan seisi ruangan. Entah kenapa ruangan menjadi panas padahal ini ruang VIP-ada AC karena Abi berbicara. Tapi juga sejuk begitu melihat Umi. Pasangan serasi-saling melengkapi.

Yudha bersyukur Abi Uminya tidak bertanya lebih jauh.

"Cewek cowok?"

Yudha melirik malas pada laki-laki yang berbeda umur 5 tahun diatasnya itu. "Hah?"

"Yang nolong"

Baru saja Yudha bersyukur. Karena dia malas-sebetulnya menyebutkan nama gadis itu.

"Cewek Bang, Rahila namanya"
Sahut Tio. Wajahnya sumringah begitu membayangkan gadis itu.

Zico terkejut. Dadanya bergemuruh mendengar nama Rahila. Apa itu Rahila yang dikenalnya?

"Kenapa Bang?"
Uminya memang terpeka sadar Zico malah terkejut dan melamun.

"Gapapa Mi, cuma ada yang aku kenal juga. Namanya mungkin sama"

Yudha memutar bola mata malas. "Nama orang gak cuma satu kali"

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang