WAKTU berlalu begitu cepat ketika aku memiliki kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan Hyunjin.
Kebahagiaan memang secepat itu berlalu. April sudah hampir habis kendati bunga-bunga musim seminya masih belum berakhir. Minggu depan sudah ujian tengah semester. Minggu depannya lagi adalah jadwalku lomba.
Tidak ada waktu untuk bersantai, tentu saja. Namun di sinilah aku berada. Menghitung bunga musim semi yang berguguran sembari berjongkok di taman belakang sekolah. Melakukan hal sia-sia dengan dalih coping stress. Sebuah rutinitas setiap kali obat anticemasku gagal melakukan fungsinya dengan baik.
Hidupmu berantakan, Hwang Yeji. Ujian dan lomba sudah di depan mata dan kamu masih begini-begini saja. Kegagalan sudah siap menyapamu, seperti biasa.
"Hwang Yeji?"
Suara favoritku lagi. Aku langsung menoleh, mendapati Hwang Hyunjin berdiri di belakangku dengan alis bertaut dan sekaleng soda di tangan. Aneh. Aku tidak mendengar suara langkah kakinya kali ini.
"Hyunjin? Sedang apa kamu di sini?" tanyaku.
"Seharusnya aku yang tanya. Sedang apa kamu? Menghitung bunga yang berjatuhan?" Hyunjin bertanya balik.
Aku tersenyum. Sensasi hangat menjalar di hatiku. Selalu seperti ini tiap kali aku bicara dengan Hyunjin. Sudah kubilang, kan, kalau ia mirip perapian?
"Iya. Mau ikut?" tawarku, bercanda.
Hyunjin mengernyit sebentar, lantas terkekeh, memamerkan deretan giginya yang rapi dan kecil-kecil. Manis.
Sang pangeran sekolah berjongkok di sebelahku, mulai menghitung bunga-bunga yang baru saja jatuh. Sorot matanya dipenuhi antusiasme, dahinya mengernyit dalam, sementara bibirnya berkomat-kamit menghitung kelopak-kelopak bunga yang jatuh.
"Ah, ini sulit!" serunya frustrasi setelah beberapa saat menghitung. "Selalu ada bunga yang jatuh setiap detiknya. Gimana caranya hitung?"
Ia menoleh, menatapku. Tatapannya masih sehangat biasa, sudah membuat leleh sejak lama.
"Oh, I found the prettiest flower here!"
Pipiku memanas kala Hyunjin menunjuk ke arahku. Tangannya terulur, meraih sebuah kelopak bunga yang jatuh dan tersangkut di suraiku.
"Kamu tahu bunga apa ini?" tanyanya sembari memperlihatkan bunga itu lebih jelas kepadaku.
Aku menggeleng.
"Abeliophyllum, atau forsythia putih. Kamu tahu gaenari, kan? Kalau mereka berwarna kuning bagai matahari, yang ini putih seperti kepingan salju."
Sudah pernah kuberitahu belum kalau Hwang Hyunjin itu penghafal handal segala jenis bunga? Tidak tahukah ia kalau eksistensinya sediri jauh lebih indah daripada bunga mana pun di jagat raya?
"Kalau yang ini," lanjutnya sembari menepuk bahuku, "namanya bunga Yeji. Hobinya menari-nari mengikuti melodi sang mentari."
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLEN PETALS
Fanfiction❝Aku adalah satu dari banyak kelopak bunga yang berjatuhan.❞ [ HYUNJIN, YEJI ] a fanfiction © shoeebill, 2019