06 | of hidden feeling and stupid confession

328 102 23
                                    

HYUNJIN adalah cinta terakhirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HYUNJIN adalah cinta terakhirku.

Desember datang lagi, yang ketiga kali sejak aku pertama kali bertemu Hyunjin. Artinya, aku sudah berhasil melewati tiga tahun dengan cukup baik-baik saja.

"Yeji, selamat natal!"

Aku tersenyum menanggapi ucapan Hyunjin. "Selamat natal juga, Hyunjin," balasku.

Enam bulan sudah lewat sejak terakhir kali aku berlatih menari bersama Hyunjin untuk persiapan lomba. Setelah lomba itu, aku tidak mengikuti lomba apa pun lagi karena jadwal akademik yang padat di kelas tiga. Ujian CSAT sudah berlalu dan aku masih dihantui rasa cemas akan hasilnya.

Meskipun begitu, Hyunjin tidak serta merta lupa akan diriku. Mungkin ia lupa akan pertemuan pertama kami tiga tahun lalu. Bisa jadi ia tidak ingat pernah menghitung bunga bersamaku di taman belakang sekolah, atau makan ramen bersama, atau memori-memori sederhana lain yang kusimpan dengan amat rapi di dalam hatiku.

Tetapi setidaknya ia ingat kalau aku masih Hwang Yeji yang suka menari, yang gemar menyendiri dan aneh bukan main. Ia masih bersikap hangat padaku seolah-olah aku adalah salah satu teman dekatnya, yang padahal bukan.

Hwang Hyunjin tersenyum, sepasang matanya menyipit memunculkan sebentuk pelangi. Hyunjin memang pelangiku. "Kalau liburan ke Jeonju jangan lupa oleh-oleh untukku. Sampai jumpa di tahun baru!"

Hyunjin melambaikan tangannya, hendak berbelok ke arah tempat parkir motor. Bayangan dua minggu tanpa melihat Hyunjin sudah membuatku cemas. Ada yang hendak kukatakan padanya. Ada yang belum ia tahu soal diriku. Banyak.

"Hwang Hyunjin!" seruku sebelum ia benar-benar hilang dari pandangan.

Koridor sedang sepi saat ini karena kebanyakan murid bergegas pulang setelah bel berbunyi, mau cepat-cepat liburan. Meski begitu, masih ada beberapa murid yang memandangku heran, seolah pemandangan seorang Yeji berteriak memanggil nama pangeran sekolah merupakan hal yang masih tabu untuk disaksikan.

Sang pemilik nama menoleh, dahinya berkerut melihatku berlari ke arahnya.

Aku pasti tidak akan berani melakukan ini ketika ada Shin Ryujin. Payah, memang.

"Kenapa?" tanya Hyunjin begitu aku tiba di hadapannya.

"Ada yang ingin aku katakan padamu. Terlalu banyak. Lebih panjang dari kereta api mana pun."

Hyunjin menelengkan kepalanya, tertawa kecil. "Apa itu?"

"Karena ini terlalu rumit, boleh aku katakan dengan cara lain?"

Tanpa menunggu jawaban Hyunjin, aku memberanikan diri berjinjit hingga tubuhku nyaris setinggi miliknya. Satu detik dan kukecup pipinya lembut. Hanya satu detik, bahkan kurang. Kupu-kupu kembali menari-nari di perutku, sama terkejutnya dengan diriku sendiri dan pastinya, Hyunjin. Aku bisa merasakan irama detak jantungku yang tidak beraturan.

Aku sudah lama gila, tapi belum pernah segila ini.

"Yeji..."

Aku tidak menjawab. Semua yang ingin kukatakan sudah kusampaikan melalui kecupan itu. Terserah Hyunjin hendak memaknainya bagaimana.

Dua menit tanpa kata, barulah Hyunjin berujar. Singkat dan menyakitkan.

"Maaf, kamu tahu sendiri... aku menyukai Ryujin."

Dan cinta terakhirku melangkah pergi, tanpa sempat menoleh ke arahku, lagi.

Dan cinta terakhirku melangkah pergi, tanpa sempat menoleh ke arahku, lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FALLEN PETALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang