PROLOG : Rizki Permana

412 64 48
                                    

Banyak yang mengatakan jika 'Jodoh' itu ada di tangan Tuhan, dan kebanyakan dari mereka percaya akan hal itu. Tapi, tidak denganku.

Bagiku jodoh bukanlah sesuatu yang tiba-tiba turun dari langit, seperti dalam sebuah dongeng. Menurutku jodoh adalah sesuatu yang tumbuh dengan seiring jalannya waktu kita mengenal seseorang. Kalau pun memang benar seperti yang mereka percayai... Jika jodoh adalah sesuatu yang sudah ditentukan.

Bukankah seharusnya aku sudah bertemu dengannya?

Barangkali, satu kali saja atau memang aku melewatkannya?

Di kafe yang terletak di jalan Diponegoro, dekat Gedung Sate, Bandung. Seorang pria kembali menyesap americano miliknya yang masih hangat, kemudian menghisap rokok di tangannya dalam-dalam dan menghembuskannya ke udara sambil menatapi orang-orang yang berlalu lalang. Tidak biasanya ia mengawali hari dengan membicarakan hal berbau cinta. 3 tahun sudah ia memilih sendiri, tidak pernah merasa kekurangan dengan apa yang ia miliki, kecuali cinta.

Pagi ini, Rizki berniat datang ke kampus untuk urusan dengan dosennya. Namun karena Bento, motor jadul merk Suzuki A100, kesayangannya itu tiba-tiba saja ngadat di tengah jalan. Jadilah ia terdampar di tempat ini sambil menunggu teman satu kontrakannya datang menjemput. Awalnya Rizki memasuki tempat itu dengan biasa saja sebelum matanya mendapati seorang wanita yang sedang berjalan ke arahnya, tiba-tiba saja perasaan Rizki berubah jadi tidak enak, dan itu terasa seperti dirinya akan dihampiri oleh sesuatu yang merepotkan.

"Rizki! Ada teman gua yang baru putus nih, mau gua kenalin gak? Mau ya? Aslian, ini tipe ideal lu kok. Nanti malam pas kita ngopi gua ajak orangnya. Oke?"

Benar seperti yang dipikirkannya.

Rizki langsung memutar malas bola matanya, hancur sudah rencana ngopi manisnya pagi ini ketika seorang wanita berlari kecil ke arahnya. Wanita berambut kuncir yang mengenakan drees berwarna krem yang dibalut caridgan biru itu membicarakan soal perjodohan. Dia adalah Astrid, sahabat yang sudah ia kenal sejak duduk di bangku SMA sekaligus karyawan paruh waktu di kafe, tempat dirinya berada sekarang.

*****

"Astagfirullah Astrid, mau berapa banyak teman lu yang dikenalin ke gua? Pasrah aja gua mah. Mau dijawab 'engga' juga, pasti bakal tetap lu ajak orangnya," ujar Rizki mengiyakan semua ucapan sahabatnya tanpa mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya.

Sambil memainkan rokoknya, pria itu mengalihkan melihat ke arah Astrid yang sejak tadi berusaha membuka air mineral di tangannya. Meskipun kesulitan, anehnya gadis itu tidak kunjung meminta bantuan kepada dirinya.

Sebenarnya Rizki tidak begitu tertarik untuk dikenalkan dengan salah satu teman Astrid, memangnya ini zaman Siti Nurbaya?
Namun karena sahabat yang sudah ia kenal 6 tahun lebih yang memaksa ingin memperkenalkannya. Akhirnya, mau tidak mau ia terpaksa mengiyakan tawaran tersebut.

"Sampai lu dapat cewek, eh engga deng! Sampai lu dapat calon istri, mungkin? hahaha... Lagian gua cuma mau pastiin doang. Mau ditaruh dimana muka gua nanti kalau orangnya udah gua bawa, tapi lu-nya malah engga datang," jelas Astrid. Tangannya terus saja berusaha mencoba untuk membuka tutup botol itu, tapi tidak lama kemudian, gadis itu telihat menyerah dan menyodorkan minumannya ke arah Rizki.

"Tolong bukain atuh." katanya, yang langsung membuat pria itu seketika menyeringai dan mengejeknya

"Dasar bebal!" celetuk Rizki.

Astird seketika mendengus, "Makasih!" Ia langsung mengambil kembali minumannya yang telah dibuka, lalu meneguknya hingga menyisakan setengah botol.

Jika diperhatikan, aslinya Rizki tidak jelek-jelek amat bukan juga ia tidak laku di lingkungan kampusnya. Sebenarnya Rizki tipikal cool guy yang sering kali membuat teman-temannya kesal sendiri ketika jalan atau nongkrong dengannya. Dengan tinggi 180cm, tubuh yang tertatar gym, tatanan rambut two block, serta garis wajah yang tegas menjadi daya tarik bagi para kaum hawa. Sudah bukan hal aneh jika ada mahasiswi yang diam-diam menaruh surat di dalam tasnya atau wanita memberi sesuatu saat berpapasan dengan Rizki di jalan. Namun, dari sekian banyak wanita yang mendekatinya mulai dari yang bertubuh langsing seperti model hingga molek layaknya gitar Spanyol, tidak ada satupun dari mereka yang membuat Rizki tertarik. Itu sebabnya Astrid bersikeras memperkenalkan teman-temannya ke pada Rizki karena takut sahabatnya itu dianggap homo.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang