Epilog

1.4K 225 25
                                    

~Happy reading~

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Oke, sesuai janji. Ini berakhir cepat. Karena aku gak mau pikiranku terbagi terlalu banyak. Jika kalian ngarepin adegan oh-yes-oh-yes, sowry, ini bukan koridor yang tepat. hehe

.

.

"Hadirin sekalian." Suara Jimin menggelegar keras memantul ke seluruh penjuru, Jimin berhenti untuk menjernihkan tenggorokan. Dia belum pernah berbicara menggunakan sistem pengeras suara sebesar ini, dan meskipun pernah melakukannya, paling cuma "Halo, cek... satu-dua, satu-dua" makanya dia kaget.

"Hadirin sekalian," Jimin mencoba lagi. "Terima kasih banyak untuk kalian yang telah bersedia hadir di tempat ini..." Jimin mengamati wajah-wajah yang menatap dia dengan penuh harap. Baris demi baris dari mengisi deret bangku Gereja Myengdong. "Kehadiran kalian disini sangat berarti bagi seorang wanita luar biasa yang telah menginspirasi kita semua." Jimin beralih sekilas ke lukisan Saehyun yang mendominasi dinding gereja. Di bawahnya terdapat rangkaian bunga paling indah, bunga lili dan anggrek serta tanaman merambat, bahkan kalung capung Saehyun dibuat dari mawar kuning pucat yang diletakkan di atas hamparan rumput sintetis. Itu bikinan Florist paling ngetop di Korea. Mereka langsung menghubungi Jimin ketika mereka mendengar tentang upacara peringatan lalu menawarkan membuatnya secara gratis, karena mereka semua adalah penggemar Saehyun dan ingin menunjukkan penghargaan mereka kepadanya. (Atau, kalau mau lebih buka-bukaan, karena mereka tahu mereka akan mendapatkan publisitas yang hebat).

Jujur saja, Jimin tidak berencana menjadikan acara peringatan kematian Saehyun menjadi acara besar-besaran. Tapi kemudian Daegu Portrait Gallery memasang pengumuman di situs web mereka agar para pecinta seni datang dan memberi penghormatan kepada ikon terkenal dunia. Dan di sinilah mereka semua berkumpul, berdesak-desakan. Orang-orang yang ingin menghormati Saehyun. Jimin bangga juga sama neneknya itu. Penggemarnya sebanyak ini.

Dress code untuk hari ini adalah vintage 1920-an, dan semua orang kayaknya prepare. Jimin tidak peduli meskipun upacara kematian pada umumnya tidak punya dress code, seperti yang dikatakan pendeta itu. Yang paling penting Saehyun pasti akan menyukainya.

Semua perawat dari panti jompo telah melakukan upaya yang spektakuler, menyuruh semua warga lanjut usia agar berkenan datang. Mereka mengenakan kostum yang paling menakjubkan, dengan hiasan kepala dan kalung. Yuri kelihatan berseri-seri dan cantik sekali.

Jimin melirik kedua orangtuanya, duduk di barisan depan. Seokjin mengenakan gaun lilac dengan ikat kepala seperti bandana, yang terlihat lebih bergaya 70-an daripada 20-an. Yang agak parah Namjoon, datang dengan pakaian yang sama sekali bukan gaya tahun 1920-an. Tapi Jimin sudah memaafkannya, karena dia menatap dengan kehangatan dan kebanggaan juga kasih sayang.

Isn't He Handsome? [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang