"I-i'm sorry..."
•••
Yuta berjanji akan menjemputmu di fakultasmu dan pulang bersama karena kelas kalian hari ini selesai di jam yang sama. Namun setelah menunggu hampir satu jam dua puluh menit lamanya, pemuda berdarah Jepang itu belum menampakkan dirinya sama sekali. Entah apa yang tengah dilakukannya sampai menjemputmu yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja memakan waktu se-lama ini.
Baru saja kamu akan mengambil ponsel di dalam tas, seseorang menepuk bahumu dari belakang. Dengan senyum lebar, kamu berbalik cepat. Namun bukan senyum khas Yuta yang kamu dapat, melainkan senyum seorang teman kelasmu.
"Menunggu kekasihmu, ya?"
Kamu mengangguki pertanyaan Seongwoo yang kala itu mengambil duduk di sebelahmu. Pemuda bermarga Ong yang disebut-sebut sebagai pangeran fakultas itu tersenyum manis hingga matanya menyipit.
"Kenapa?" tanyamu bingung.
Seongwoo menggeleng. "Tidak. Aku hanya bingung."
"Bingung?" Kamu mengernyitkan kening setelahnya.
Kembali pemuda itu tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dia mengetuk dagu dengan jari telunjuk beberapa kali, kemudian memasang ekspresi berpikir.
"Hmm," dia bergumam pelan. "Biar kuingat apa yang membuatku bingung."
Kamu semakin mengerutkan keningmu, ada apa sih dengan pemuda ini?
"Oh!" serunya membuatmu sedikit tersentak. Melihatmu yang bergeser karena terkejut, Seongwoo tertawa geli lalu menepuk bahumu lembut. "Kamu menggemaskan."
"Apa?"
Seongwoo berdeham. "Aku bingung, kenapa kamu selalu menggemaskan dan cantik setiap hari?"
Bertepatan dengan munculnya rona di pipimu, seseorang menarik tanganmu kasar. Kamu berdiri secara paksa sembari meringis nyeri, tanganmu sangat sakit.
"Apa kamu tidak punya kegiatan lain, selain mengganggu kekasihku?"
"Yuta, dia hanya—"
"Jangan membelanya! Dan jangan kira kamu tidak bersalah di sini. Ayo pulang!"
Seongwoo terlihat kesal ketika Yuta menarikmu dengan kasar. Maka dengan cepat, dia meraih sebelah tanganmu hingga menghentikan langkah Yuta.
"Santai saja, Bung. Kenapa kasar sekali pada seorang gadis?" tanya Seongwoo pelan, namun menusuk.
Kamu memejamkan mata sesaat. Yuta tidak mungkin membiarkan Seongwoo bertindak lebih jauh, kamu yakin.
"Tutup mulutmu, Ong Seongwoo. Kamu tidak tahu apapun. Sampah."
Yuta kembali menarik tanganmu kasar. Meninggalkan Seongwoo yang tengah menahan amarahnya sendiri. Kamu nyaris menangis, tanganmu terasa sangat sakit. Bahkan hatimu juga.
Sampai di area parkir, Yuta menghempaskan tubuhmu hingga punggungmu menabrak pintu mobil miliknya.
"Y-Yuta..."
"Kamu tahu? Aku terlambat karena membantu Dosenku terlebih dahulu. Aku juga sudah meneleponmu hingga belasan kali tapi kamu justru asyik dengan pemuda lain?"
"Aku tidak—"
Melihat air matamu yang mulai mengalir, Yuta seketika memejamkan mata dan mengusap wajahnya kasar. Dia keterlaluan kali ini.
"Aku akan memesan taksi untukmu," ujar Yuta pelan seraya mengambil ponsel dari saku celananya.
"Aku tidak ingin naik taksi! Aku mau pulang denganmu!"
"Diam dan jangan banyak membantah."
"Tapi—"
"Kubilang diam!"
Setelah meneriakimu, Yuta kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Dia mendorong tubuhmu menjauh sebelum masuk ke dalam mobil.
"Taksimu sampai lima menit lagi, aku pergi."
Dan dia meninggalkanmu yang masih menangis, sendirian.
- Akrasia -
Season Series - January 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[Season Series] | Akrasia - Yuta Version
FanficHe always change, like every single time. He can be the softest person in the world, but in the next second, he became the scariest one. Just like the meaning of Akrasia, lack of self-control. Season Series Transitional Version - January 2019