"I'm not surprised."
•••
"Kudengar kekasihnya sakit jiwa."
"Aku juga pernah mendengar kabar tersebut, astaga kenapa dia ingin bertahan dengan lelaki seperti itu?"
"Demi Tuhan, di beberapa bagian tubuhnya terdapat bekas luka juga lebam keunguan. Aku melihatnya!"
"Siapa yang mengatakan kekasihnya gila?"
"Entah, aku mendengarnya dari orang lain. Kurasa memang benar."
Hal yang selalu terjadi setiap kamu melangkah melintasi koridor fakultasmu, adalah mereka yang tidak mengerti apapun mulai mengeluarkan spekulasi sampah yang sangat tidak logis. Sakit jiwa, katanya? Merekalah yang sakit jiwa karena berani mengatai kekasihmu seperti itu!
Kamu marah. Pada siapapun yang berani berbicara hal aneh tentang Yuta, mengatakan hal tidak masuk akal, atau menatapnya seakan dirinya adalah makhluk paling menjijikan di muka bumi.
Teringat pada satu hari, dimana Yuta hilang kendali akan dirinya seperti yang sudah-sudah. Tangannya mencengkeram kuat helai rambutnya dan bergumam panjang lebar mengenai, "aku tidak sakit, aku tidak gila."
Dan kamu hanya bisa memeluknya, mengucapkan kalimat penenang yang entah berfungsi atau tidak, mengingat Yuta langsung balas memeluk tubuhmu dengan erat.
Yuta sehat. Tidak mengidap penyakit apapun baik mental dan fisik. Hanya sebuah gangguan, yang kamu yakini berasal dari masa lalunya. Dan setelah kamu telusuri, kamu semakin yakin bahwa Yuta memang sehat.
Baik mental dan fisiknya.
- Akrasia -
"Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kekasihmu mengidap bipolar, pantang untuk menyebut seseorang yang sehat sepertinya dengan titel semacam itu," ujar seseorang saat kamu mencondongkan tubuh ke arahnya, tampak begitu tertarik dalam sebuah perbincangan hangat di siang yang terik ini.
Chittaponㅡatau yang kerap kali disapa Tenㅡitu menyesap teh madu di hadapannya. Perawakannya yang tinggi dan kurus disertai surai hitam juga rona merah alami di pipinya, membuat Ten terlihat jauh lebih bersahabat dibanding Yuta. Seorang mahasiswa jurusan Psikologi yang gemar menebar senyum dan terhitung cukup jahil.
"Pernah bertanya sesuatu mengenai kenapa dirinya bisa berbuat seperti itu?" tanya Ten.
Kamu menggeleng dengan bibir mengerucut. "Tidak berani. Lagipula, rasanya agak kurang sopan saat kamu bertanya tentang masa lalu seseorang. Bisa saja dia memiliki sesuatu di masa lalunya dan ingin melupakan hal tersebut. Atau mungkin, ada sebuah kejadian dimana dirinya berubah menjadi seperti iniㅡ" ucapanmu terhenti. Netramu menatap tepat ke dalam manik kelam milik Ten.
Pemuda itu mengangguk. "Exactly."
"Wow," kamu bergumam, "Lantas apa yang harus aku lakukan?"
"Dekati secara perlahan, ajak bicara dengan santai, jika dia menolak maka jangan memaksa. Biarkan dia yang mengatur semua berdasar keinginannya. Semudah itu."
Kamu menghela napas kemudian mengangguk. Ada rasa lega yang berkembang dalam rongga dadamu.
"Ingat. Yuta tidak sakit, dan dia membutuhkan seseorang untuk membantunya. Jadilah orang tersebut."
- Akrasia -
Season Series - January 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[Season Series] | Akrasia - Yuta Version
FanfictionHe always change, like every single time. He can be the softest person in the world, but in the next second, he became the scariest one. Just like the meaning of Akrasia, lack of self-control. Season Series Transitional Version - January 2019