You

563 152 15
                                    

"I'll be there

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'll be there."

•••

Kamu mengerjap cepat ketika seorang wanita paruh baya berdiri di hadapanmu dengan sebuah senyum tipis namun teduh. Bahkan kamu bisa melihat mata Yuta di sana, mungkinkah ini Ibu dari kekasihmu?

"Jadi—ini Ibu-ku," Yuta merangkul Ibunya dengan lembut sebelum menatapmu dengan senyum manisnya. "Dan Ibu, ini kekasih-ku."

Belum sempat kamu angkat suara, kedua tanganmu sudah lebih dulu ditangkup dengan telapak hangat. Kamu bahkan bisa merasakan remasan lembut di sana, jantungmu bekerja dua kali lebih cepat.

"Apakah kamu mau menerima hadiah, Anak Manis? Kupikir Yuta sudah banyak membuatmu terluka dan repot..." ujarnya disertai ekspresi menyesal. Ah, kamu jadi ikut merasa tidak enak hati.

"Tolong jangan merasa begitu, Nyonya. Aku bahkan tidak melakukan apapun..."

Yuta menatapmu begitu lekat seiring dengan hembus napas milik sang Ibu yang menarik atensimu. Wanita paruh baya yang masih menggenggam tanganmu kini tersenyum, kamu perlu akui bahwa senyum itu benar-benar terlihat tulus dan cantik. Berapa banyak laki-laki di luar sana yang sudah jatuh cinta pada senyum itu?

"Kamu melakukan banyak hal, aku tahu..." katanya, genggaman itu mengerat. "Jadi sekarang izinkan aku membalas apa yang sudah kamu berikan pada anak lelaki cengeng ini."

"Ibu, tolong jangan bawa harga diriku yang hanya tinggal separuh..."

Kamu ikut tertawa bersama Ibu dari kekasihmu sebelum mengakhirinya dengan sebuah senyum tipis. "Jangan balas apapun, Nyonya. Aku melakukan ini karena aku jatuh cinta pada anak lelakimu yang mudah marah."

"Kali ini biar aku yang memarahinya sepanjang hari untukmu, gadis manis. Untuk saat ini, bagaimana dengan teh hangat dan sepotong kue?"

Begitu lenganmu digamit oleh beliau, Yuta hanya memperhatikan dalam diam. Bahkan ketika langkah kaki dua wanita yang terlibat percakapan entah apa itu sudah meninggalkan pelataran rumahnya, Yuta masih diam dengan senyum secerah Matahari. Hatinya penuh, kali ini penuh yang menyenangkan dan hangat.

- Akrasia -

Kamu mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa pertemuan pertamamu dengan Ibu dari kekasihmu akan sebegitu menyenangkannya. Beliau adalah wanita paling hangat dan ramah, sejauh yang kamu ketahui. Ah, jika saja kamu bisa melihat aura seseorang, kamu yakin warna aura beliau adalah kuning. Cerah dan hangat.

Sepanjang hari ini kamu habiskan dengan berbincang, mencoba teh di kedai rumahan terdekat, makan sepotong kue, kemudian menemani Ibunda Yuta membeli satu kalung antik yang menarik perhatiannya di toko barang antik. Sedang kekasihmu hanya mengikuti tanpa banyak bicara. Ia cukup nyaman walau rasanya ingin sekali menarikmu ke sisinya untuk mencuri satu pelukan sebelum Ibunya kembali memonopoli dirimu.

[Season Series] | Akrasia - Yuta VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang